Kupang Atambua Pulau Timor merupakan wilayah yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur yang langsung berbatasan dengan Timor Leste. Destinasi wisata yang terkenal di Kupang Atambua Pulau Timor adalah Savana Fulan Fehan, padang rumput yang menyerupai padang rumput dikawasan Eropa yang berada di Atambua Nusa Tenggara Timur. Kami akan mengajak anda untuk menjelajah Kupang Atambua Pulau Timor tak hanya menikmati pesona wisata alamnya tetapi juga mengenal kebudayaan Kupang Atambua Pulau Timor itu sendiri.
1. Savana Fulan Fehan
Padang Savana Fulan Fehan memiliki sejuta keindahan yang menarik untuk dikunjungi. Wisata ini terletak di bawah kaki Gunung Laka’an Atambua. Keindahan wisata ini bagaikan padang savana yang ada di luar negeri. Fulan Fehan merupakan sebuah lembah di kaki Gunung Lakaan yang terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Fulan Fehan dihiasi dengan padang rumput hijau dan tumbuhan kaktus yang begitu luas. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
Tempat ini terletak jauh dari keramaian kota Atambua, ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Jarak tempuh dari Atambua ke padang savana Fulan Fehan kurang lebih 42 km. Akses jalan menuju tempat ini pun membutuhkan usaha yang ekstra karena kondisi jalan berbatu dan agak rusak.
2. Kampung Adat Tamkesi
Tamkesi dulunya merupakan pusat Kerajaan (Sonaf) Biboki. Sebelum di Tamkesi, Sonaf Biboki berpusat di Desa Oepuah (daerah Wini) yang bernama “Kolan Ha Siun Ha”. Sudah enam orang raja yang menempati Sonaf Tamkesi. Dua raja yang terakhir sudah tidak menempati Sonaf Tamkesi. Hal ini terjadi setelah kemerdekaan Indonesia dan sistem Pemerintahan Swapraja diganti dengan sistem pemerintahan yang baru. Namun hingga saat ini masih sering dilangsungkan upacara-upacara adat di tempat ini.
Kampung Tamkesi ini terletak di antara dua buah gunung batu yang dianggap kembar yaitu Gunung Oepuah dan Gunung Tapenpah. Gunung ini melambangkan dualisme kosmis dan dimanifestasikan dalam berbagai hubungan. Gunung di sebelah timur dianggap sebagai sisi lelaki dan bayang-bayang lelaki. Sedangkan yang di bagian barat lambang sisi wanita dan bayang-bayang wanita. Keduanya membentuk pah nitu (tanah air) yang dipercaya sebagai tempat asal usul.
Dinding tebing yang tersusun dari bebatuan yang rapi, dibuat sudah ratusan tahun yang lalu. Pemukiman Tamkesi dikelilingi benteng lapis tiga. Pembuatan benteng untuk mempertahankan keser/raja mereka dari jangkauan musuh (Belanda dan Jepang). Di lokasi ini terdapat banyak tempat yang masih keramat, digunakan untuk upacara adat dan religi.
3. Desa Adat Maubesi
Menyusuri sepanjang jalan di desa Maubesi, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara NTT kita akan menjumpai beberapa rumah yang terdapat Lopo didepannya dan Ibu-Ibu yang sedang menenun. Hal ini ternyata merupakan satu kebiasaan di Desa Maubesi ini yang dikenal dengan Sentra Home Industri kerajinan Tenun Ikat khas Timor.
Lopo yang terdapat hampir ditiap rumah merupakan tempat dimana mengerjakan pekerjaan menenun itu. Hal ini kadang dikerjakan setiap pagi hingga menjelang senja. Berbeda dengan beberapa tempat lain di NTT, Kain tenun yang dikerjakan menggunakan motif serta warna corak khas dari daerah Insana. Motif khusus serta motif bunga timbul ini disebut dengan Lotis atau Sotis dan Buna. Hal ini merupakan ciri khas yang ingin ditampilkan oleh penenun dari Desa Maubesi.
Biasanya untuk pengerjaan membutuhkan waktu satu minggu atau maksimal 1 bulan untuk sebuah lembar Tais, Mau Ana atau pembuatan sarung. Hasil tenun selain digunakan sendiri juga dijual untuk kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat
4. Benteng None
Jangan bayangkan bentuknya seperti benteng-benteng lainnya di Indonesia, seperti Benteng/Fort Rotterdam di Makassar Sulawesi Selatan, atau Benteng Van Der Wijk di Kebumen Jawa Tengah. Benteng None ini jauh lebih kecil, cuma sekitar 80 X 44 m. Area benteng yang lebih mirip kampung adat di tengah kebun ini dipagari tumpukan batu-batu alam. None ini diambil dari nama kampungnya, Kampung None, di Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten TTS.
Benteng ini sudah dipakai oleh 9-10 generasi Suku Tauho yang mendiami kampung itu dan sudah ada sejak sekitar 200 tahun lalu. Sangat menarik mendengar ceritanya, salah satunya bagaimana zaman dahulu mereka melakukan persiapan perang dengan suku lain. Selain melakukan pengintaian atau pengamatan tentang dari arah mana musuh akan datang, panglima perang juga harus bisa meramalkan hasil perang, baru kemudian memerintahkan pasukannya menyerang. Meramalkan hasil perang, apakah mereka akan menang atau kalah dilakukan dengan menggunakan telur ayam kampung dan tongkat.
5. Kampung Adat Boti
Suku Boti yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan ini juga sangat menghormati satu sama lain, baik kepada sesama penduduk maupun tamu yang datang mengunjungi perkampungan mereka. Sebagai pengunjung kami merasakan keamanan karena barang-barang berharga yang kami tinggalkan di rumah tidak akan ada yang menganggu, karena prinsip adat Suku Boti adalah tidak akan mengambil apa yang bukan milik mereka.
Dibagian lain penghargaan dari Suku Boti bagi tamu yang tinggal dan menginap di tempat mereka adalah pelayanan yang baik, hal ini ditunjukan bila saat makan tiba baik pagi, siang maupun malam, selalu ada utusan dari Raja yang mengundang kami untuk makan di Kediaman Raja. Begitu juga kami selalu mendapati bak penampungan air kami selalu penuh tiap kami ke kamar mandi karena selalu ada masyarakat yang menyediakan air tersebut walaupun sumber air jauh dari perkampungan.
Keamanan lainnya juga adanya kesigapan berupa penjagaan dari pemuda-pemuda di sekitar tempat tinggal kami, disana mereka memainkan syair-syair lagu untuk menghibur tamu mereka yang sedang beristirahat.
6. Rumah Sasando Oebelo
Sasando merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote, alat musik ini dimainkan dengan cara di petik. Meski berasal dari Rote namun kita bisa mendengarkan alun merdu dari Sasando di Kupang, caranya adalah dengan mendatangi rumah sang maestro Sasando yaitu Bapak Jeremias August Pah.
Rumah beliau dikenal sebagai tempat perajin Sasando, berada di Jalan Timor Raya Kilometer 22, Oebelo Paluti, Kabupaten Kupang Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Bapak Jeremias bersama anaknya memang selalu dengan senang hati memainkan sasando setiap kali ada tamu yang datang ke rumahnya. Beliau telah menyediakan seperangkat alat musik sasando yang disetting dengan pengeras suara sehingga lantunan hasil petikan dawai dari sasando terdengar jelas oleh pendengarnya.
7. Pantai Kolbano
Pantai Kolbano terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sekitar 135 km dari Ibu Kota Kupang, dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk sampai ke lokasi cantik nan unik ini. Keunikannya karena bukan hamparan pasir hitam maupun putih yang akan kalian lihat melainkan hamparan bebatuan kerikil yang terlihat cantik berwarna-warni. Tak hanya itu saja, keindahan Pantai Kolbano juga dilengkapi dengan adanya landmark yang berupa sebuah batu raksasa yang menjadi ciri khas di Pantai Kolbano ini, penduduk setempat biasa menyebutnya batu besar “Fatu Un”. Sekilas batu Fatu Un ini terlihat seperti kepala singa jika dilihat dari sisi samping.
Pengunjung juga dapat menaiki batu tersebut untuk melihat keindahan panorama Pantai Kolbano dari ketinggian. Samudera Hindia yang ada di hadapan muka pantai dengan kombinasi birunya air laut serta hamburan bebatuan krikil berwarna-warni semakin menambah keindahan Pantai Kolbano.
8. Pantai Oetune
Pantai Oetune terletak di Oebelo, Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Keindahan yang ditawarkan oleh Pantai Oetune sangatlah berbeda dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya. Selain hamparan pasir putihnya yang begitu lembut, Pantai Oetune juga memiliki gelombang ombak pecah yang sangat unik di setiap gulungannya. Di sepanjang batas pantainya juga tumbuh Pohon Kasuari yang berjarak 6-8m, dan diperkirakan berusia hingga puluhan tahun.
Tak jauh dari lokasi pantainya, terdapat sebuah hamparan lautan padang pasir dengan luas mencapai 100 meter persegi di sepanjang pantainya, layaknya gurun pasir di Negeri Timur Tengah. Tak hanya berekreasi pantai saja, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Oetune dengan bermain-main di sekitar kawasan gurun pasirnya. Keindahan panorama pasir putih dengan balutan birunya laut dan langit semakin menambah keelokan pantai ini. Jajaran Pohon Lontar juga ikut menghiasi lanskap Pantai Oetune.
Comments