Salah satu situs manusia purba yang cukup terkenal di Indonesia adalah situs manusia purba Sangiran. Situs Sangiran sendiri tepatnya berada di antara dua kabupaten di Jawa Tengah yakni Sragen dan Karanganyar. Situs Sangiran memiliki luas 59,21 kilometer persegi.
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran yang merupakan unit pelaksanan teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi pengelola dan penanggung jawab situs manusia purba Sangiran.
Di kawasan Situs Sangiran terdapat sebuah museum yang terbagi dalam lima klaster yaitu klaster Krikilan, Klaster Dayu, Klaster Bukuran, Klaster Ngebung dan Museum Manyarejo. Klaster Krikilan memberikan berbagai informasi yang lengkap terkait Situs Sangiran kepada para pengunjung. Klaster pertama ini adalah visitor centre Situs Sangiran.
Sebagai salah satu bentuk wisata edukasi, harga tiket masuk situs manusia purba Sangiran cukup murah. Dengan merogoh kocek Rp 7500.- hingga Rp 10000.- Anda bisa menelusuri dan mempelajari tentang sejarah manusia purba dari Situs Sangiran. Situs Sangiran buka tiap hari Selasa sampai Minggu mulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Seperti halnya museum lain, Situs Sangiran akan tutup pada hari Senin untuk membersihkan dan merawat koleksi purbakala yang dimiliki.
Sejarah Situs Sangiran
Sejarah ditemukannya situs manusia purba Sangiran berawal dari penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti asal Belanda, Von Koenigswald pada tahun 1934. Pada waktu itu Von Koenigswald berhasil menemukan berbagai peralatan dari batu yang diklaim sebagai hasil budaya manusia purba. Penemuan ini menjadi awal mula penelitian – penelitian selanjutnya di Sangiran.
Situs manusia purba pertama baru ditemukan pada sebuah penelitian yang dilakukan tahun 1936. Setelah itu banyak dilakukan penelitian di Situs Sangiran dengan berbagai temuan berupa alat batu, fosil – fosil manusia puba, fosil hewan maupun alat tulang.
Berbagai penemuan fosil purba di Sangiran memiliki nilai yang cukup penting dan berharga untuk menguak berbagai misteri kehidupan manusia purba yang ada di Indonesia maupun dunia. Museum SItus manusia purba Sangiran resmi dibuka untuk umum pada tahun 2005 lalu dengan nama International Sangiran Early Man Museum. Selanjutnya situs bersejarah ini dikembangkan ke dalam lima klaster oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata.
Situs Sangiran pun langsung mampu menarik perhatian banyak wisatawan yang ingin berwisata sekaligus menambah pengetahuan mereka tentang kehidupan jaman purba dan evolusi manusia. Situs Sangiran juga telah diakui dunia internasional sebagai peninggalan purbakala yang cukup penting hingga pihak UNESCO menetapkannya sebagai warisan budaya dunia pada tahun 1996 dan bernama ‘Sangiran Early Man Site’.
Menguak Klaster Situs Sangiran
- Klaster Krikilan
Klaster Krikilan merupakan ruang utama yang menyuguhkan berbagai informasi pengetahuan tentang manusia purba di situs Sangiran. Klaster Krikilan terbagi dalam 3 ruang pameran. Ruang yang pertama berisi tentang Wealth of Sangiran (kekayaan Sangiran). Pada ruang kedua terkait tentang Steps of Humanity (langkah – langkah kemanusiaan). Sedangkan pada ruang pameran ketiga terkait tentang era emas Homo Erectus berkisar antara 500.000 tahun silam (The Golden Era of Homo Erectus -500.000 years ago).
Setiap ruangan memiliki ukuran yang cukup luas dan dilengkapi dengan aneka diorama, foto, poster serta replika manusia purba dan hewan purba yang pernah ada di dunia lengkap dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
- Klaster Dayu
Di tempat ini Anda dapat menemukan contoh lapisan tanah mulai formasi Pucangan (jaman Plestosen bawah antara 1,8 juta-900 ribu tahun silam) sampai dengan formasi Notopuro (Plestosen Atas 250.000 – 100.000 tahun yang lalu).
Di klaster ini telah dilengkapi teknologi canggih berbasis aplikasi yang disediakan oleh pihak pengembang Google Store. Lewat aplikasi tersebut para pengunjung bisa mendapatkan informasi secara lengkap dengan lebih mudah dari smartphone.
- Klaster nano
Disebut klaster nano karena memiliki ukuran yang lebih kecil dari klaster-klaster lainnya. Para pengunjung diajak untuk menelusuri berbagai penemuan fosil tengkorak manusia purba yang cukup lengkap. Klaster ini merupakan pusat penelitian Arkeologi Nasional dan Musee National de’Naturelle semenjak 2009 lalu. Hasil penelitian dipamerkan ke pengunjung.
Comments