Festival Danau Sentani atau dikenal juga dengan istilah FDS merupakan salah satu festival tahunan yang ada di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papus. Sesuai dengan namanya, festival ini digelar di Danau Sentani yang juga merupakan salah satu danau paling besar di Papua. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 2007 silam dan sejak saat itu, FDS selalu menjadi tujuan wisatawan asing maupun lokal untuk menyaksikannnya. Festival Danau Sentani merupakan festival dimana berbagai suku yang tinggal di sekitar Danau Sentani menghias perahunya masing-masing, berias diri, dan menari tarian khas suku masing-masing di atas perahu. Tarian tersebut dibawakan dengan diiringi oleh musik khas Papua. Dalam rentetan festival tersebut juga dilengkapi dengan pengenalan lagu daerah, lomba kuliner, bazaar, mengepang rambut ciri khas budaya lokal, kerajinan tangan dan menawarkan berbagai produk hasil tanaman lokal yang beberapa diantaranya adalah kopi, buah kakao, naga, dan Batik Papua, kerajinan dari kulit pohon dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain sebagai daya tarik wisatawan, Festival Danau Sentani ini sekaligus sebagai momen menyatukan dan menjalin rasa kesatuan maupun persatuan antar suku-suku, ras dan agama masyarakat yang ada di sekitar Danau Sintani. Tentunya hal ini sangat sesuai dengan kondisi di Papua yang mana memang terdapat berbagai suku-suku kecil yang sangat mudah tersulut untuk terjadi bentrok antar suku. Festival Danau Sintani adalah sebuah momen yang sangat disayangkan jika dilewatkan. Festival ini selalu digelar pada pertengahan bulan Juni dan biasanya digelar selama lima hari berturut-turut. Akses untuk menuju ke Danau Sentai sangatlah mudah. Dari kota Jayapura, perjalanan menuju ke Danau Sintani hanya memerlukan waktu setengah jam dengan bus kecil kea rah barat. Jika Anda berada di luar pulau Papua, tentunya Anda perlu menggunakan pesawat untuk sampai di Jayapura lebih cepat. Namun jika Anda ingin menyaksikan FestivalDanau Sentani dengan lebih mudah, sebaiknya Anda bergabung dengan biro jasa travel yang mengadakan tour khusus untuk menikmati
Festival Danau Sentani atau dikenal juga dengan istilah FDS merupakan salah satu festival tahunan yang ada di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papus. Sesuai dengan namanya, festival ini digelar di Danau Sentani yang juga merupakan salah satu danau paling besar di Papua. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 2007 silam dan sejak saat itu, FDS
Festival Iseng Mulang atau sering disebut juga dengan istilah Festival Budaya Isen Mulang merupakan salah satu agenda tahunan Dinas Pariwisata Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Festival tahunan ini digelar setahun sekali berbarengan dengan peringatan hari jadi Kalimantan Tengah yang terselenggara di Kota Palangka Raya. Hari jadi Kalimantan Tengah ini jatuh pada bulan Mei. Isen Mulang dalam bahasa Indonesia memiliki arti ‘pantang mundur’ yang memberikan makna untuk tidak mudah menyerah, terus berjuang untuk dapat meraih apa yang diinginkan hingga sukses. Festival Isen Mulang merupakan salah satu ajang bagi masyarakat Dayak untuk memperkenalkan berbagai macam budaya khas daerah masing-masing. Dalam festival ini biasanya terdapat serangkaian acara mulai dari suguhan berbagai jenis tarian, baju adat, musik, balap perahu hias, makanan khas daerah, karnaval budaya, dan ajang bagi transmigran yang ada di Palangka Raya untuk memamerkan budaya dari asalnya masing-masing. Selain sebagai ajang memamerkan budaya, Festival Isen Mulang juga merupakan momen pemilihan Putra Putri Pariwisata Kalimantan Tengah. Salah satu daya tarik luar biasa pada Festival Isen Mulang adalah penampilan para penari yang menyuguhkan tarian khas Dayak. Dalam tarian Dayak, penarinya memakai kostum tari yang unik dan menarik perhatian. Kostum yang dipakai berwarna warni, kemudian di bagian kepala terdapa hiasan yang terbuat dari bulu burung rangkong dan dihias menggunakan manik-manik serta anting yang besar pada bagian telinga. Tarian khas Dayak diiringi dengan musik khas Dayak dan para penarinya membawa perisai dan Mandau yang memiliki makna tertentu. Dalam acara Festival Isen Mulang ini terdapat satu rentetan acara yang semakin menambah semaraknya Isen Mulang, yaitu lomba balap perahu hias. Peserta diwajibkan menghias perahu secantik mungkin untuk memenangkan lomba. Lebih menariknya lagi, di atas perahu ada perempuan yang sedang menari tarian khas Dayak dan seorang pria dengan memperagakan adegan perang. Festival Iseng Mulang sangat sayang untuk dilewatkan. Pasalnya, dalam sekali momen kita bisa melihat berbagai kebudayaan baik dari Palangka
Festival Iseng Mulang atau sering disebut juga dengan istilah Festival Budaya Isen Mulang merupakan salah satu agenda tahunan Dinas Pariwisata Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Festival tahunan ini digelar setahun sekali berbarengan dengan peringatan hari jadi Kalimantan Tengah yang terselenggara di Kota Palangka Raya. Hari jadi Kalimantan Tengah ini jatuh pada bulan Mei. Isen Mulang dalam
Siapapun yang pernah ke Bromo pasti setuju akan keindahan alam dan juga lukisan sunrise yang begitu mempesona. Namun tahukah kalian bahwa Bromo memiliki daya tarik lain untuk dikunjungi, yaitu adanya Upacara Kasada atau Yadnya Kasada. Upacara ini merupakan upacara tahunan yang dilakukan oleh umat Hindu, Suku Tengger yang tinggal di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara Kasada dilakukan untuk banyak tujuan, diantaranya yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diterima, tolak bala, menangkat dukun atau pemimpin agama, dan juga untuk memohon rejeki kepada Sang Hyang Widhi. Selain itu, rupanya Upacara Kasada ini dilakukan untuk memperingati pengorbanan yang pernah dilakukan oleh Raden Kusuma yang merupakan anak dari Jaka Seger dan Rara Anteng (pasangan yang membangun dan memerintah di Kawasan Tengger). Sang Hyang Widhi adalah sosok yang didewakan oleh Jaka Seger dan Rara Anteng untuk menyembah dan memohon diberikan keturunan karena pada waktu itu pasangan ini belum dikaruniai keturunan. Sang Hyang Widhi mengabulkan permohonan pasangan ini dengan syarat mengorbankan anak bungsunya (Raden Kusuma) ke Kawah Gunung Bromo. Pasangan Jaka Seger dan Rara Anteng tidak menepatinya sehingga terjadi bencana di kawasan Gunung Bromo. Raden Kusuma masuk ke Kawah Bromo akibat jilatan api yang keluar dari Kawah Bromo. Semenjak saat itu, terdengar suara bahwa masyarakat diminta memberikan sesaji untuk Sang Hyang Widhi dengan cara melarung sesaji ke Kawah Bromo pada hari ke 14 di bulan Kasada demi kedamaian dan ketentraman mereka. Masyarakat Tengger percaya bahwa suara tersebut adalah milik Raden Kusuma. Sesaji yang digunakan masyarakat Tengger untuk menjalankan Upacara Kasada berupa hasil bumi dan ternak peliharaan berupa ayam. Sesaji ini kemudian dibuang ke Kawah Bromo yang dimaksudkan untuk Sang Hyang Widhi. Meskipun dilakukan oleh umat Hindu, wisatawan juga dibolehkan untuk mengikuti atau melihat serangkaian Upacara Kasada ketika Kasada dijadwalkan sekitar pertengahan tahun. Jika tidak mengetahui jadwalnya secara pasti, cobalah bergabung dengan biro travel
Siapapun yang pernah ke Bromo pasti setuju akan keindahan alam dan juga lukisan sunrise yang begitu mempesona. Namun tahukah kalian bahwa Bromo memiliki daya tarik lain untuk dikunjungi, yaitu adanya Upacara Kasada atau Yadnya Kasada. Upacara ini merupakan upacara tahunan yang dilakukan oleh umat Hindu, Suku Tengger yang tinggal di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur.
Salah satu acara yang menarik wisatawan untuk datang ke Sumba adalah untuk menyaksikan Festival Pasola. Festival Pasola atau biasa disebut juga dengan Perang Pasola merupakan sebuah permainan tradisional yang dilakukan oleh beberapa suku di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pasola diadakan setiap tahun yang biasanya dilakukan pada bulan Februari dan Maret. Pasola dijadikan simbol kedaiaman oleh masyarakat Sumba yang khususnya penganut agama Marapu. Selain sebagai simbol kedamaian, Pasola juga diyakini mampu meyuburkan tanaman dan menambah hasil panen. Penyebutan Pasola berasal dari dua suku kata, yaitu ‘Sola’ dan ‘Pa’. Dimana Sola yang berarti tombak tumpul yang dilemparkan oleh penunggang kuda dan Pa yang berarti permainan. Dengan demikian, Pasola adalah permainan untuk adu ketangkasan dari dua atau lebih penunggang kuda yang saling melepar tombak atau lembing tumpul. Dalam permainan di Festival Pasola ini biasanya akan ada petarung yang terluka dan mengeluarkan darah, namun darah yang menetes ini diyakini mampu menyuburkan tanah mereka. Festival Pasola biasa dilakukan di padang rumput yang luas dan dikelilingi oleh warga lokal maupun wisatawan yang harir untuk menyaksikan perang tombak tersebut. Permainan perang ini bisa dikatakan sebagai perang besar, karena masing-masing kelompok biasanya terdiri dari 100 pemuda penunggang kuda yang siap bertarung dengan tombak sebagai senjata mereka. Perlu diketahui bahwa tradisi ini tidak dilakukan oleh semua suku yang ada di Sumba. Hanya beberapa suku di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Rinciannya adalah 3 suku dari Sumba Barat, yaitu Suku Wanokaka, Suku Lamboya, dan Suku Gaura. Sedangkan dari Sumba Daya hanya ada satu Suku yang menjalankannya, yaitu Suku Kodi. Jika Anda tertarik, masih ada jadwal pelaksanaan Festival Pasola yang akan digelar pada bulan Maret 2018 mendatang. Silahkan mengunjungi Sumba pada 8-10 Maret 2018 mendatang untuk menyaksikan perang akbar tersebut. Dalam tiga hari yang telah dijadwalkan tersebut akan ada Festival Pasola Maliti Bondo Ate, Pasola Waiha, dan Pasola Wainyapu. Jangan
Salah satu acara yang menarik wisatawan untuk datang ke Sumba adalah untuk menyaksikan Festival Pasola. Festival Pasola atau biasa disebut juga dengan Perang Pasola merupakan sebuah permainan tradisional yang dilakukan oleh beberapa suku di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pasola diadakan setiap tahun yang biasanya dilakukan pada bulan Februari dan Maret. Pasola dijadikan simbol kedaiaman oleh
Upacara Bakar Tongkang atau sering disebut juga dengan Ritual Bakar Tongkang adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia. Upacara ini sangat dikenal dan melegenda bagi etnis Tionghoa yang berdomisili di Bagansiapipai, Provinsi Riau. Upacara Bakar Tongkang yang selalu dilakukan pada bulan Juni ini memiliki makna mendalam dan sangat penting bagi masyarakat Tiongkok di Bagansiapiapi. Tak heran jika banyak warga yang meski merantau ke luar Bangansiapiapi selalu menyempatkan diri untuk kembali ke kampung halaman demi mengikuti upacara penuh makna tersebut. Sejarah Upacara Bakar Tongkang bermula dari jaman leluhur warga Tiongkok yang menemukan tanah Bangansiapiapi dan tidak ingin kembali ke tempat asal. Keinginan tersebut diwujudkan dengan cara membakar kapan tongkang yang mereka gunakan sebelumnya untuk mencari lokasi tempat tinggal baru. Mereka memutuskan untuk tinggal selamanya di Bangansiapiapi. Hal tersebut didasari karena adanya perang saudara yang terjadi pada jaman dulu di Tiongkok. Upacara Bakar Tongkang merupakan sebuah simbol bahwa Dewa telah bermurah hati dan berhasil menyelamatkan para leluhur hingga sampai di Bangansiapiapi. Namun makna terpenting dari upacara tersebut adalah leluhur telah berhasil membawa keluarga mereka ke tanah rantau hingga saat ini. Makna lain dari diadakannya Upacara Bakar Tongkong ini juga menyiratkan adanya dewa penguasa laut yang memiliki dua sisi, yaitu baik dan buruk, rejeki dan malapetaka, serta suka dan duka. Dewa ini oleh masyarakat Tionghoa di Bangansiapiapi dikenal dengan nama Ki Ong Yan dan Tai Su Ong. Dana yang dibutuhkan untuk menjalankan Upacara Bakar Tongkong tidak sedikit. Oleh karenanya, acara ini dapat terlaksana berkat adanya sumbangan dari beberapa negara di dunia, seperti Amerika, Malaysia, Inggris, Taiwan dan Singapura. Daerah di dalam negeri yang sering memberikan bantuan berupa finansial terhadap acara ini adalah kota Jakarta. Bagi Anda yang tertarik ingin ikut menyaksikan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Bangansiapiapi, Provinsi Riau ini silahkan mengunjunginya pada bulan Juni pertengahan tahun ini.
Upacara Bakar Tongkang atau sering disebut juga dengan Ritual Bakar Tongkang adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia. Upacara ini sangat dikenal dan melegenda bagi etnis Tionghoa yang berdomisili di Bagansiapipai, Provinsi Riau. Upacara Bakar Tongkang yang selalu dilakukan pada bulan Juni ini memiliki makna mendalam dan sangat penting
Hal yang banyak diburu oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri adalah singgah sejenak di Rumah Budaya Sumba Barat. Mengapa demikian? Rumah Budaya Sumba atau disingkat RBs ini merupakan salah satu lokasi penginapan yang dibangun dengan tujuan khusus. Beralamatkan di Jl. Rumah Budaya no 212, Kalembu Nga’banga Weetabula, Rumah Budaya Sumba menjadi tujuan utama kebanyaka wisatawan yang berlibur ke Sumba. Di Rumah Budaya Sumba ini Anda bisa berlibur, menginap, dan sekaligus belajar budaya asli Sumba dari jaman leluhur hingga sekarang. Selain menyediakan tempat menginap, RBS terdapat Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba. Rumah Budaya yang didirikan oleh Pater Robesrt Ramone, C.Sc.R dan donator-donatur yang bekerjasama dengannya ini terdapat lebih dari 5000 jenis benda purba yang bernilai sejarah di Sumba. Benda-benda tersebut diperoleh dari sumbangan masing-masing kampung di Sumba. Tentunya benda tersebut sekarang bisa Anda lihat di museum yang ada di RBS. RBS sengaja dibangun dengan tujuan agar anak cucu masih bisa menikmati warisan budaya asli Sumba yang mungkin dapat tergerus oleh budaya kekinian yang cenderung melupakan budaya leluhur. Rumah Budaya Sumba dibangun pada tahun 2010 dan diresmikan pada tahun 2011 lalu. Sejak saat itu, RBS menjadi magnet bagi wisatawan, terutama wisatawan dari manca Negara. Singgah sejenak di Rumah Budaya Sumba Barat ini akan memberikan kesan tersendiri bagi siapa saja. Saat pertama memasuki RBS, Anda akan disambut dengan budaya asli Sumba. Anda diwajibkan memukul tumbar 3 kali yang berarti Anda tengah memberikan salam kepada leluhur Sumba. Begitu selesai meukul tumbar, Anda disambut oleh seseorang yang akan memandu untuk berkeliling museum. Anda akan dikenalkan dengan berbagai koleksi yang ada di museum, mulai dari asalnya, umur, dan siapa yang menyumbangkannya untuk museum RBS. Jika Anda beruntung, Anda akan dipandu langsung oleh Pater Robert sendiri, namun jika tidak, biasanya Anda akan dipandu oleh manajer RBS. Jika Anda ingin berlibur sambil belajar, singgah sejenak
Hal yang banyak diburu oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri adalah singgah sejenak di Rumah Budaya Sumba Barat. Mengapa demikian? Rumah Budaya Sumba atau disingkat RBs ini merupakan salah satu lokasi penginapan yang dibangun dengan tujuan khusus. Beralamatkan di Jl. Rumah Budaya no 212, Kalembu Nga’banga Weetabula, Rumah Budaya Sumba menjadi tujuan utama
Festival Sail Sabang adalah puncak acara Sail Indonesia 2017 Rally yang berlokasi di Sabang, titik nol km Indonesia. Acara ini merupakan seri ke 9 yang mana acara ini pertama kali digelar di Bunaken Manado pada tahun 2009 silam. Tahun 2017 lalu, Sail Sabang berlokasi di Pulau Weh, Provinsi Aceh. Dalam serangkaian acara Sail Sabang, turut serta beberapa acara yang digelar bersamaan dengan acara tersebutu, yaitu Sabang Wonderful Expo dan Marine Expo. Kegiatan menarik yang telah dirancang oleh panitian dan sekaligus sukses memikat kurang lebih 20.000 wisatan tersebut sangat banyak. Beberapa diantaranya adalah Yacth Rally, Pekan Budaya Aceh, Seminar dan Pameran Ilmu Pengetahuan, Pertunjukan Aerobik Internasional, Kejuaraan Parasbangan, Pameran Sabang Wonderful, Kompetisi Fotografi Bawah Air Sabang, Parade Sail Sabag, dan masih banyak lagi yang lainnya. Festival Sail Sabang tahun 2017 lalu dilaksanakan pada tanggal 28 November hingga 5 Desember. Untuk tahun ini, belum diumumkan secara pasti kapan dan di mana acara puncak Sail Indonesia akan dilaksanakan. Wisatawan yang sengaja berkunjung untuk menyaksikan dan menjadi peserta di Festival Sail Sabang 2017 diajak untuk mengkuti serangkaian acara pembukaan puncak Sail Sabang. Rentetan acara pembukaan tersebut dimulai dari berlayar menggunakan kapal tradisional yang melewati kapal-kapal tradisional dan menyaksikan pertunjukan paramotor. Selain itu, peserta juga diajak untuk berkeliling kota Banda Aceh yang merupakan Ibukota Provinsi Aceh dan mengunjungi museum bencana alam Tsunami. Pada acara penutupan, baik peserta maupun wisatawan disuguhi upacara tradisional Troen U Laot yang dilanjutkan dengan pertunjukkan tari tradisional bernama Keumalahayati. Akses yang digunakan oleh wisatawan maupun peserta Festival Sail Sabang berupa jalur udara dan laut. Jika ingin menggunakan jalur udara, Anda bisa naik pesawat dari Medan ke Bandara Sabang yang sudah tersedia tiga penerbangan mingguan. Namun ada pula yang menggunakan jalur laut dengan cara naik kapal feri cepat yang dikenakan tariff 80.00-95.000 per orang. Jadwal berangkat dari Bandara Aceh yang berangkat
Festival Sail Sabang adalah puncak acara Sail Indonesia 2017 Rally yang berlokasi di Sabang, titik nol km Indonesia. Acara ini merupakan seri ke 9 yang mana acara ini pertama kali digelar di Bunaken Manado pada tahun 2009 silam. Tahun 2017 lalu, Sail Sabang berlokasi di Pulau Weh, Provinsi Aceh. Dalam serangkaian acara Sail Sabang,
Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara dan sekaligus sebagai salah satu danau paling dalam di dunia. Danau ini terletak di Sumatra Utara dan sekaligus dipercaya sebagai tempat kelahiran orang Batak. Untuk melestarikan budaya dan adat masyarakat di sekitar Danau Toba, pemerintah mengadakan Festival Danau Toba. Festival ini merupakan festival budaya tahunan yang bisa dibilang paling meriah di Sumatra Utara. Tahun 2017 lalu, acara taunan Festival Danau Toba ini digelar pada tanggal 6-9 Desember 2017. Kali itu, festival yang menarik untuk dikunjungi tersebut berpusat di Bakkara, Kabupaten Humbang Hasudutan (Hambahas), Sumatra Utara. Selain pemandangan danau yang indah, alami dan menyejukkan mata, Festival Danau Toba menarik perhatian lantaran serangkaian acara yang suguhkan sangat komplit dan saying untuk dilewatkan. Dalam acara tersebut terdapat kolaborasi antara seni, musik, kerajian, seminar pariwisata, olahraga tradisional, dan pameran. Tak hanya itu saja, kegiatan lain yang ikut dalam rangkaian Festival Danau Toba terdiri dari Tarian kolosal Puak, Parade Gerobak Terhias dengan tema ‘Ulos’, Lomba Renang Rakyat, Lomba Lari, Lomba Perahu Naga Solu, Geopark kawah Danau Toba, Tari Mocak, Tari Tor Tor, Pawai Keindahan Toba, Geopark Ucok Butet, dan sederet acara lain yang sangat disayangkan jika tidak diikuti. Keunikan Danau Toba yang mungkin belum Anda ketahui adalah proses terbentuknya. Berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan oleh para ilmuan, Danau Toba terbentuk dari letusan gunung dizaman purba. Kemudian terbentuklah kawah yang super luas dan dalam. Akibat ledakan tersebut, banyak sumber yang menyebutkan bahwa kala itu Bumi dilanda musim dingin vulkanik selama kurun waktu sekitar 6-10 tahun lamanya. Tak bisa dibayangkan bukan bagaimana dasyatnya ledakan pada zaman purba dulu? Jika Anda ingin ke sana untuk melihat langsung Festival Danau Toba, sebaiknya Anda turun di Bandara Silangit. Waktu tempuh yang Anda butuhkan dari bandara ini hanya sekitar 1,5 jam. Namun jika Anda terpaksa turun di Bandara di Medan, maka waktu tempuh
Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara dan sekaligus sebagai salah satu danau paling dalam di dunia. Danau ini terletak di Sumatra Utara dan sekaligus dipercaya sebagai tempat kelahiran orang Batak. Untuk melestarikan budaya dan adat masyarakat di sekitar Danau Toba, pemerintah mengadakan Festival Danau Toba. Festival ini merupakan festival budaya tahunan yang bisa
Pantai Walakiri adalah salah satu pantai indah yang ada di Sumba, NTT. Pantai di Sumba dikenal memiliki berbagai keunikan tersendiri di tiap pantainya, begitu pula di Pantai Walakiri. Di pantai ini terdapat fenomena unik yang sering dikenal dengan kurcaci menari di Pantai Walakiri. Jangan bayangkan di sana ada kurcaci layaknya di dongeng-dongeng ya, yang dimaksud kurcaci di sini adalah adanya pohon mangrove yang tumbuh di sekitar pantai. Pohon mangrove yang tidak tumbuh tegak ini member kesan seperti kurcaci yang sedang menari. Pasalnya, masing-masing mangriv tumbuh membengkok dengan arah yang berbeda-beda. Ya, Pantai Walakiri dikenal dengan ciri khas adanya pohon mangrove yang hidup di sekitar pantai. Tak hanya itu saja, di sisi lain ada pula pohon kelapa yang tumbuh berjejer dan sangat indah dipandang mata. Fenomena kurcaci menari di Pantai Walakiri bisa Anda nikmati kapan aja, namun sangat disarankan Anda mendatanginya ketika air pantai sedang surut. Selain bisa memfoto pemandangan unik ini, Anda bisa pula foto di antara pohon-pohon mangrove tersebut dari jarak dekat. Keunikan lain dari pantai ini adalah adanya batas yang jelas antara dua jenis pasir yang ada di Pantai Walakiri. Pasir di tepi pantai adalah pasir dengan jenis seperti pasir putih di pantai pada umumnya. Namun pasir di area pantai yang menjadi zona pasang-surut air laut memiliki pasir yang halus layaknya bedak dan berwarna seperti semen. Perpaduan kedua keunikan di Pantai Walakiri ini sungguh memikat. Anda bisa mengunjungi pantai ini dengan akses yang lebih mudah darpada akses menuju pantai-pantai lain di Sumba. Hal ini dikarenakan Walakiri terletak di dekat jalan raya arah Melolo. Pantai Walakiri bisa dijangkau sekitar 30 menit dari pusat kota Waingapu karena jaraknya hanya 24 km saja. Anda bisa menggunakan mobil maupun motor untuk dapat sampai ke Walakiri yang bisa Anda sewa di Waingapu. Perlu diketahui bahwa tidak ada angkutan umum yang sampai pada Walakiri,
Pantai Walakiri adalah salah satu pantai indah yang ada di Sumba, NTT. Pantai di Sumba dikenal memiliki berbagai keunikan tersendiri di tiap pantainya, begitu pula di Pantai Walakiri. Di pantai ini terdapat fenomena unik yang sering dikenal dengan kurcaci menari di Pantai Walakiri. Jangan bayangkan di sana ada kurcaci layaknya di dongeng-dongeng ya, yang dimaksud
Salah satu wisata budaya yang paling direkomendasikan di Sumba adalah Kampung Adat Pariliu. Selain kampung adat ini, masih banyak kampung adat lain yang menarik untuk dikunjungi, misalnya Kampung Adat Ratenggaro, Kampung Adat Tarung, dan Kampung Wunga yang merupakan kampung paling tua di Sumba. Untuk melihat lebih dekat Kampung Adat Prailiu, Anda harus berkunjung langsung ke sana. Kampung Adat Pariliu adalah Ibukota Kerajaan Lewa Kambera. Lokasinya persis di sebelah timur kota Waingapu dan sangat mudah dijangkau baik dengan mobil maupun motor. Yang menjadi daya tarik dari Kampung Adat Pariliu adalah ketradisionalannya yang kental dan tak lekang oleh waktu. Baik itu kebiasaan, bentuk rumah dan keahlian masyarakatnya. Kebiasaan memakan sirih masih dilakukan oleh perempuan di kampung ini. Bentuk rumah adat di sana dikenal dengan sebutan Uma Mbatang/Uma Hori dengan ciri seperti ada menara di bagian tengah atap rumah. Selain itu, masyarakat di Kampung Adat Pariliu sangat handal dalam menenun kain khas Sumba. Sangat membanggakan, hasil tenunan dari bahan-bahan alami yang didapat dari hasil hutan ini sudah menembus pasar internasional. Kualitasnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Saat Anda datang untuk melihat lebih dekat Kampung Adat Prailiu, sebaiknya Anda tak hanya mengambil foto dan memperhatikan masyaraktnya dari kejauhan. Melakukan interaksi langsung dengan ibu-ibu, bapak-bapak, maupun anak-anak yang ada di sana sangat disarankan agar Anda bisa mengenal lebih banyak dan juga lebih dekat. Mereka sangat ramah dan terbuka kepada wisatawan yang datang. Karena masyarakatnya memiliki kebiasaan memakan sirih, lakukan penolakan dengan baik dan sopan jika Anda tidak berkenan memakannya. Untuk sampai di Kampung Adat Prailiu, Anda bisa menyewa mobil yang biasa disediakan pihak hotel tempat Anda menginap. Jika tidak, Anda tinggal berdiri di pinggir jalanan di Waingapu dan akan banyak jasa taksi motor yang siap mengantarkan Anda ke tujuan. Tak hanya itu saja, melihat lebih dekat Kampung Adat Prailiu bisa juga dilakukan dengan bergabung biro
Salah satu wisata budaya yang paling direkomendasikan di Sumba adalah Kampung Adat Pariliu. Selain kampung adat ini, masih banyak kampung adat lain yang menarik untuk dikunjungi, misalnya Kampung Adat Ratenggaro, Kampung Adat Tarung, dan Kampung Wunga yang merupakan kampung paling tua di Sumba. Untuk melihat lebih dekat Kampung Adat Prailiu, Anda harus berkunjung langsung ke
