Dalam sejarahnya dahulu Yogyakarta dan Solo adalah berada didalam satu wilayah yaitu Kerajaan Mataram tetapi sejak perjanjian Giyanti di tahun 1755 kerajaan Mataram terpecah menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Meski hingga kini keduanya terpisah secara administratif, dalam perjalanan menelusuri peninggalan kejayaan masa peradaban islam di Jawa pada kurun waktu antara abad 14 hingga 17 Masehi, Campa Tour memasukkan kota Solo dalam agenda penjelajahan tour ramadan dengan tema The Soul Ancient of Islam. Dengan tujuan memahami secara menyeluruh sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Jejak perjalanan bagian kedua
Hari kedua cerita kami lanjutkan perjalanan ke sebuah peninggalan Mataram dengan mengunjungi sebuah daerah peninggalan yang bernama Kota Gede. Di Kota Gede inilah para pendiri awal Mataram Islam dan Sunan Kalijaga mengikhtiarkan sebuah siasat dakwah penyebaran Islam ke pedalaman Jawa. Cara yang dilakukan oleh para pendiri awal Mataram Islam dan Sunan Kalijaga adalah dengan mengorganisir sebuah masyarakat untuk membuat kraton. Cara dakwah yang cerdas ini menjadi upaya Sunan Kalijaga untuk menancapkan nilai-nilai Islam agar semakin mudah di cerna oleh masyarakat Jawa.
Perjalanan di kampung batik Laweyan. Photo Courtesy of: Andhini Dewi
Sebagian dari kami yaitu para lelaki, menggunakan sorjan atau baju lurik khas Jogja untuk lebih menjiwai perjalanan hari ini. Team Campa Tour telah menyediakan sorjan dalam berbagai ukuran sehingga kami dapat leluasa memilih yang pas di badan. Dengan menggunakan baju tenun khas Jawa ini, kami memasuki komplek makam Senopati di Kota Gede. Makam Ki Ageng Mangir Wanabaya adalah tempat yang kami tuju karena salah satu dari kami memiliki garis darah keturunan Ki Ageng Mangir. Dalam sejarahnya, Ki Ageng Mangir Wanabaya adalah penguasa daerah Mangir yang merupakan daerah perdikan atau desa yang tidak berkewajiban membayar upeti atau pajak kepada kerajaan Mataram.
Solo menjadi tujuan kami selanjutnya. Selama perjalan, Mas Ari sebagai history expert dari Campa Tour mengajak kami selalu berdiskusi apa saja yang kami alami dan rasakan sambil bertanya jawab ringan mengenai sejarah tempat yang kami kunjungi. Hal ini yang membuat perjalanan ini tidak hanya sekedar jalan – jalan tetapi juga memberikan rasa yang berbeda karena kami lebih memahami sejarah dan rangkaian peristiwa yang berkaitan dengan tempat dan tokoh di masa lalu.
Tujuan hari kedua kami selanjutnya adalah mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Henis di daerah Laweyan, Solo. Mengapa tempat ini menjadi begitu penting karena makam Ki Ageng Henis adalah salah satu dari peninggalan Keraton Pajang yang tersisa dan terpelihara. Ki Ageng Henis adalah seorang adipati kerajaan Pajang masa pemerintahan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Beliau adalah kakek dari Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati ,sang pendiri kesultanan Mataram Islam.
Setelah itu kami berdiskusi mengenai kaitan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam. Salah satunya pembahasan adalah dengan mengambil Ki Ageng Henis sebagai contohnya dalam menjelaskan keterkaitan tersebut. Karena Ki Ageng Henis adalah anak Ki Ageng Sela keturunan Brawijaya V raja kerajaan Majapahit yang kemudian dari garis keturunan Beliaulah para raja-raja di Jawa Mataram Islam hingga kini. Kami juga mendiskusikan metode dakwah Ki Ageng Henis yang mempu diterima secara mudah oleh masyarakat Laweyan Solo saat itu. Di sela-sela perjalanan sejarah dan religi ini, kami menyempatkan diri untuk berbelanja batik di Laweyan, sebuah tempat bersejarah bagi perkembangan batik di Solo.
Waktu menjelang buka, kami semua bergegas menuju masjid agung Surakarta. Disitulah kami berbuka bersama di masjid dan sedikit merasakan kehidupan santri di sekitar masjid. Setelah itu kamipun dibawa oleh Mas Ari, history expert dari Campa Tour untuk mencicipi makanan khas daerah Solo. Pilihan kuliner khas Solo adalah Nasi liwet sebagai menu berbuka kami. Sambil menikmati jalanan Solo, ngobrol dan diskusi kami lanjutkan ke sebuah tongkrongan Solo, yaMataramitu kedai susu dan makanan ringan, sehingga keakraban dan kehangatan kami terjalin saat sela-sela jelajah wisata ini.
Comments