Sejarah Batu Berdarah Maluku

Batu Berdarah Banda Naira merupakan salah satu monumen bersejarah yang terletak di Pulau Banda Besar Provinsi Maluku Indonesia.

Batu yang namanya membuat bulu kuduk merinding ini memang tidak dapat dilepaskan dari berbagai lukisan sejarah yang menyertainya dari masa ke masa. Dari mulai penjajahan bangsa Belanda sampai dengan kemerdekaan bangsa Indonesia saat ini, Batu Berdaran masih menjadi satu monumen sejarah penting yang ada di Pulau Banda Besar Maluku.

Spesifikasi dari Batu Berdarah Banda Naira ini sendiri adalah batu hitam yang memiliki ukuran besar dengan ukurannya yang mencapai 1,5 meter serta di kelilingi dengan pagar pagar pelindung yang di bangun di sekitarnya. Batu ini sendiri mencatatkan perjanjian bangsa Indonesia dengan bangsa Belanda di masa silam yang masih dapat dilihat dan dinikmati sampai dengan saat ini. Sebutan Batu Berdarah yang tersematkan di batu ini juga tidak berkaitan dengan hal hal mistis.

Namun cerita yang sebenarnya bahwa di batu monumen bersejarah yang digunakan sebagai kesepakatan penduduk di masa lalu dengan pihak Belanda ini terdapat kesepakatan juga dengan memberikan tetesan darah dari masing masing pihak sebagai salah satuj tanda perjanjian. Tetesan darah yang terkucur di atas batu inilah yang pada akhirnya menjadikan batu perjanjian dinamakan dengan Batu Berdarah atau Blood Stone.

Kepulauan Banda sendiri di masa silam merupakan salah satu pulau di Indonesia yang selalu menjadi tujuan penjajahan dari bangsa bangsa asing salah satunya adalah Belanda. Itu karena hasil kekayaan rempah rempah Banda yang sangat menggiurkan pasar pasar bangsa asing. Pala merupakan hasil terbaik dan juga terbesar di Kepulauan Banda bahkan di Indonesia. Batu Berdarah Banda Naira merupakan perjanjian terkait dengan perdagangan rempah rampah pala ini.

Dalam monument batu berdarah ini tertuliskan tiga point kesepakatan penting di masa silam. Point penting yang pertama bertuliskan mengenai bangsa Belanda yang diperbolehkan untuk melakukan perdagangan di Pulau Banda. Lalu point kedua berisikan tentang bangsa Belanda yang boleh memiliki tanah yang berlokasikan di Pulau Banda sementara perjanjian yang terakhir adalah bangsa Belanda yang dilarang untuk ikut campur dalam masalah kepercayaan serta agama yang dianut oleh penduduk.

Begitulah perjalanan Batu Berdarah yang berada di Kepulauan Banda. Menapaki petilasan sembari berlibur adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan oleh para wisatawan.

About Author

client-photo-1
Campa Tour & Event

Comments

Tinggalkan Balasan