Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah. Entah itu peningalan Belanda, saksi bisu sisa perang, bahkan peninggalan Kraton Yogyakarta sendiri. Kraton Yogyakarta juga memiliki banyak sekali peninggalan yang masih bisa dilihat hingga sekarang. Salah satu di antaranya adalah situs Warungboto.
Situs Warungboto merupakan salah satu destinasi peninggalan sejarah yang emakin populer dan menjadi tempat hunting foto bagi kaum milenial. Situs ini menjadi semakin populer ketika putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu bersama Bobby Nasution melakukan foto pre-wedding dan tersebar di instagram. Setelah tersebarnya foto itu, tempat ini mulai ramai dikunjungi oleh kaum milenial dan menjadi spot foto.
Awal mula
Pada awalnya, Situs Warungboto adalah sebuah pesanggrahan dan pemandian karena di tempat tersebut terdapat sebuah umbul atau sumber mata air. Menurut salah satu pengageng Keraton Yogyakarta bernama K.R.T. Jatiningrat, Situs Warungboto adalah petilasan yang mulai dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan pembangunannya diteruskan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Sebelum direnovasi, situs ini hanyalah reruntuhan dan puing bangunan yang kurang terawat. Setelah dilakukan pemugaran dan renovasi oleh BPCB DIY (Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta) yang selesai pada tanggal 23 Desember 2016, bangunan Situs Warungboto kini dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta ataupun wisatawan yang sedang berlibur di Yogyakarta.
Sekilas Sejarah
Ketika memerintah Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I tersebut lantas membangun keraton dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung keberlangsungan eksistensi kekuasaan kerajaannya. Beberapa pembangunan yang dilakukan atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I antara lain pembangunan cepuri (benteng keliling yang berada di dalam keraton) maupun pembangunan baluwarti (benteng keliling yang berada di luar keraton), pembangunan jagang (parit), pembangunan pesanggrahan (taman), serta pembangunan beberapa pemukiman yang diperuntukkan bagi para abdi dalem kasultanan.
Adapun beberapa pesanggrahan di Yogyakarta yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I antara lain Pesanggrahan Ambarketawang, Pesanggrahan Taman Sari, dan Pesanggrahan Krapyak (tempat berburu). Pembangunan pesanggrahan tidak terlepas dari aspek pertahanan karena letaknya secara tidak langsung memberikan perlindungan kepada keraton. Pesanggrahan Rejawinangun sendiri dibangun pada tahun 1877 ketika Sri Sultan Hamengku Buwono II masih bergelar “putra mahkota”. Sri Sultan Hamengku Buwono II disebut oleh Ricklefs sebagai “raja pembangunan besar” dalam tradisi seorang raja Jawa. Selama periode sebagai putra mahkota (1765-1792), dia sudah mulai membangun beberapa pesanggrahan, yaitu Pesanggrahan Rejawinangun, Pesanggrahan Purworejo, Pesanggrahan Pelem Sewu, dan Pesanggrahan Rejokusumo.
Beberapa sumber seperti Tidjschriff voor Nederlandsch Indie yang ditulis oleh J.F. Walrofen van Nes pada tahun 1884, Serat Rerenggan, dan Babad Momana menjelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun sejak tahun 1785, yang merupakan karya putra mahkota dari Gusti Raden Mas Sundara (kelak pada tahun 1792 naik tahta dan memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono II). Dalam Babad Momana sendiri disebutkan bahwa angka tahun pembuatan Pesanggrahan Rejawinangun, yaitu 1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun.
Di dalam Pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air, yang kemudian juga dibuat menjadi tempat pemandian bagi raja dan keluarganya. Sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga pernah dikunjungi dan “diinspeksi” oleh seorang pejabat Belanda bernama Jan Greeve pada tanggal 5-15 Agustus 1788. Inspeksi dan kunjungan terhadap sarana dan prasarana sebagai pertahanan tersebut dilakukan bersamaan dengan inspeksi yang dilakukannya terhadap benteng baluwarti keraton.
Sampai dengan pertengahan tahun 1935, kolam pemandian Pesanggrahan Rejawinangun masih ramai digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesanggrahan, tetapi pesanggrahan ini seperti terlupakan begitu saja setelah Indonesia merdeka, padahal fungsi tempat ini sama dan tidak kalah cantiknya dengan Taman Sari. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lokasinya yang agak jauh dari pusat Keraton Yogyakarta.
Sekarang
Situs ini sekarang sudah sangat terawat. Agar situs ini tetap terjaga, tersedianya larangan-larangan yang terpasang, seperti melarang membawa makanan dari luar, tidak boleh mencoret-coret tembok, membuang sampah sembarangan, memanjat dinding tembok hingga perbuatan-perbuatan asusila maksiat.
Demi kenyamanan wisatawan yang datang ke Situs Warungboto ini, pengelola sudah menyediakan toilet, kantin dan lahan parkir yang cukup luas.
Lokasi
Awal mula nama wisata bernama Pesanggrahan Rejowinangun berada di sebelah barat aliran sungai Gajahwong. Lokasi tepatnya berada di diantara dua Desa dalam satu Kecamatan yakni Desa Warungboto, Kecamatan Umbulharjo dan Desa Rajawinangun, Kecamatan Kota Gede, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Buat kamu yang tertarik mengunjungi Situs Warungboto atau ke tempat-tempat menarik lainnya, langsung cek ke Campatour.com ya
Comments