Menjadi salah satu museum batik pertama di Kota Yogyakarta, Museum Batik Yogyakarta didirikan oleh Hadi Nugroho. Bersama istrinya yang bernama Dewi, Hadi Nugroho mengelola museum ini. Museum yang diresmikan pada tanggal 12 Mei 1977 oleh Kanwil P & K DIY ini memiliki luas sekitar 400 meter persegi. Museum Batik Yogyakarta pernah memperoleh penghargaan MURI atas karya “Sulaman Terbesar” menggunakan batik berukuran 90x400 cm persegi pada tahun 2000. Pada tahun 2001, penghargaan dari MURI didapat kembali sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia. Koleksi batik di Museum Batik Yogyakarta sebanyak 1.200, terdiri atas 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting, dan 35 wajan serta bahan pewarna, juga malam. Koleksi ini pun terbagi atas tiga kelompok, yakni batik pedalaman, pesisir daerah, dan peralatan batik kuno. Pengunjung disuguhi deskripsi sejarah batik begitu masuk museum, mulai dari berdirinya museum ini, penjelasan peralatan dan bahan untuk membatik, hingga berbagai langkah membatik. Di ruangan selanjutnya, terdapat koleksi batu dari Pulau Jawa beserta motifnya, mulai dari batik Yogyakarta, Solo, Indramayu, Pekalongan, dan lain sebagainya. Salah satu daya tarik museum ini ialah berbagai motif, mulai dari warna, corak, serta filosofinya. Diperkirakan, koleksi museum ini mencapai 500 jenis batik tulis dan 550 jenis batik cap. Ada pula beberapa batik yang diperkirakan berusia 1700 tahun. Di Museum Batik , ada pula koleksi batik kuno yang dibuat oleh orang asing. Eliza Van Zuylen, pengrajin batik asal Belanda, membuat motif buketan bunga yang disebut Van Zuylen Bouquet. Ia mengenal batik pada saat tinggal di Pekalongan bersama suaminya. Ada karya Oey Soe Tjoen dari Tiongkok yang menggabungkan budaya Tiongkok dan Belanda. Museum Batik juga melakukan pelestarian dengan merekam proses membatik dengan berbagai macam motif. Ada pula klinik perawatan untuk menjaga berbagai koleksinya. Museum Batik Yogyakarta berada di Jl. Doktor Sutomo No.13A, Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta, DIY. Tiket masuknya pun
Menjadi salah satu museum batik pertama di Kota Yogyakarta, Museum Batik Yogyakarta didirikan oleh Hadi Nugroho. Bersama istrinya yang bernama Dewi, Hadi Nugroho mengelola museum ini. Museum yang diresmikan pada tanggal 12 Mei 1977 oleh Kanwil P & K DIY ini memiliki luas sekitar 400 meter persegi. Museum Batik Yogyakarta pernah memperoleh penghargaan MURI atas
Museum Wayang Kekayon yang berada di jalan Wonosari ini memiliki banyak koleksi. Berdiri pada tahun 1990, museum ini memiliki banyak koleksi wayagn dan topeng , serta menampilkan sejarah wayang dari abad ke-6 hingga 20. Mulai dari wayang kulit, kayu, kain, hingga kertas, ada di Museum Wayang Kekayon. Sedangkan, berbagai jenis koleksi wayangnya, yakni wayang Purwa, Madya (menceritakan peristiwa Perang Baratayuda), Thengul, Klitik (tentang Damarwulan dan Minakjinggo), Beber, Gedhong (cerita tentang Dewi Candra Kirana), Suluh (tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain sebagainya. Hal menarik lainnya ialah poster penggambaran strategi perang Baratayuda, yakni Sapit Urang dan Gajah. Di depan Museum Wayang Kekayon, terdapat sarana mempelajari lingkungan dan kebudayaan bangsa Indonesian dengan angka untuk tanda Kekayon (7), Siaga (8), Angsti (9), dan Wiyata (1). Ini merupakan angka tahun selesainya pembangunan Museum Wayang Kekayon. Pengunjung akan disambut dengan udara yang sejuk dan kicauan burung ketika memasuki area museum ini. Terdapat oleksi Wayang Purwa gaya Yogkayarta pada unit pertama dan kedua. Terbaginya kerajaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta juga mempengaruhi gaya pewayangan keduanya. Koleksi wayang ini sudah lengkap, mulai dari wayagn tua hingga desain sederhana. Di unit ini, ada juga manekin wayang, termasuk Raden Gatotkaca yang tersimpan di dalam kotak besar. Pada unit lain, ada berbagai koleksi wayang pada zaman dahulu, mulai dari Wayang madya. Gedhong, hingga Golek. Sedangkan, pada unit ke delapan dan sembilan, terdapat bermacam-macam topeng dan pagelaran mini. Sementara itu, pada unit terakhir, terdapat berbagai macam wayang, seperti wayang Thaiand, Potehi, Kraton, Turis, dan lain sebagainya. Ada pula koleksi astrologi wayang yang menjadi daya tarik wisatawan. Sebab, pengunjung bisa menyocokkan watak zodiak dengan karakter para tokoh wayang. Museum Wayang Kekayon berada di Jl. Laksamana Adi Sucipto Demangan, Kalangan, Baturetno, Gondokusuman, Bantul, Yogyakarta. Untuk memasuki objek wisata ini, pengunjung dikenakan biaya sebesar 7.000,- rupiah per orang untuk pelajar atau umum dan 20.000,-
Museum Wayang Kekayon yang berada di jalan Wonosari ini memiliki banyak koleksi. Berdiri pada tahun 1990, museum ini memiliki banyak koleksi wayagn dan topeng , serta menampilkan sejarah wayang dari abad ke-6 hingga 20. Mulai dari wayang kulit, kayu, kain, hingga kertas, ada di Museum Wayang Kekayon. Sedangkan, berbagai jenis koleksi wayangnya, yakni wayang Purwa,
Siapa tak mengakui keindahan pantai di Gunungkidul? Salah satunya ialah Pantai Sarangan. Pantai ini mempunyai garis pantai yang pendek sekitar 200 meter dan berbentuk sedikit melengkung. Pantai ini belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan, meskipun tidak terlalu ramai, Pantai ini juga tidak terlalu sepi. Bahkan daya tarik dari pantai ini membuatnya semakin terpancar. Karakteristik pantai ini seperti Pantai Krakal, berpasir putih bersih serta bebatuan di pinggir pantai. Lokasi Pantai Sarangan mudah untuk ditemukan/lokasinya mudah dicari, Pantai Sarangan berlokasi di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Namun biasanya banyak orang mengira bahwa Pantai Sarangan adalah Pantai Krakal, karena letaknya hanya terpisahkan oleh bukit sekitar 3-4 meter. Rute Dari Kota Yogyakarta, Lokasi Pantai Sarangan berada sekitar 70 km dari arah Kota Yogyakarta dengan jarak tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Untuk mengetahui arahnya pun Anda bisa memanfaatkan google map, namun jika jaringan internet kurang stabil bisa saja rute tersebut akan hilang sebelum sampai lokasi tujuan. Namun yang perlu diingat dimana lokasi pantai ini tidak jauh dari Pantai Krakal, ini berarti Anda hanya perlu mengikuti rute atau penunjuk jalan ke Pantai Krakal. Selain itu lokasi pantai juga masih searah dengan Pantai Sepanjang. So, anda tidak perlu khawatir akan mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi. Fasilitas Fasilitas yang ada disini cukup lengkap, ada tempat ibadah, kamar mandi, penginapan juga warung penjajak makanan. Hanya saja lingkungan pantai ini jarang ada tanaman/pohon yang bisa dijadikan untuk meneduh dari sengatan matahari. Mungkin penanaman pohon jenis tanaman seperti cemara laut, cemara udang atau ketapang bisa menjadi solusi atas masalah tersebut. Tiket masuk Untuk Tiket masuk ke kawasan Pantai Sarangan ini sudah termasuk tiket masuk sepanjang pantai dari Pantai Baron hingga Pantai Poktunggal Rp.10.000; per orang dan anda akan dikenakan biaya parkir untuk sepeda motor Rp. 3.000; mobil. Rp. 5.000. Jadi ketika anda ingin melakukan tour jogja ke Pantai Sarangan sebaiknya sekaligus
Siapa tak mengakui keindahan pantai di Gunungkidul? Salah satunya ialah Pantai Sarangan. Pantai ini mempunyai garis pantai yang pendek sekitar 200 meter dan berbentuk sedikit melengkung. Pantai ini belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan, meskipun tidak terlalu ramai, Pantai ini juga tidak terlalu sepi. Bahkan daya tarik dari pantai ini membuatnya semakin terpancar. Karakteristik pantai ini
Di dekat Alun-Alun Utara dan wisata Keraton Yogyakarta, terdapat masjid yang dibangun di atas tanah Keraton, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat, dibangunlah masjid ini. Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat adalah penghulu yang pertama. Akhirnya, pada tanggal 29 Mei 1773, masjid ini dibangun. Pada awalnya, masjid ini sebagai sarana ibadah keluarga Raja beserta rakyatnya. Dengan atap berlapis tiga dengan gaya tradisional Jawa yang bernama Tajuk Lambang Teplok, masjid ini terlihat unik dan berkelas. Serambi masjid ini bernama Al Makhamah Al Kabiroh. Serambi ini berfungsi atau dipakai untuk para jamaah yang semakin banyak. Dua tahun kemudian, serambi ini juga menjadi tempat pertemuan para alim ulama, pengajian, pengadilan agama, pernikahan, perceraian, pembagian waris, dan tempat peringatan hari besar Islam. Masjid Gedhe Kauman memiliki luas sekitar 16.000 meter persegi. Masjid ini juga memiliki dua buah pagoan yang terletak di sebelah utara dan selatan yang digunakan untuk meletakkan gamelan. Selain itu, ada 2 pajangan atau tempat berjaga. Ada pula pengulun, yakni tempat tinggal para ulama dan imam. Hal lain yang bisa ditemukan ialah makam, kantor sekretariat, dewan takmir, juga kantor urusan agama atau KUA. Ruang utamanya Masjid Gedhe Kauman terdiri atas beberapa tiang yang terbuat dari kayu jati Jawa tanpa sambungan. Sedangkan, tiangnya berjumlah sekitar 36 tiang dan tiang utama terdiri atas 4 tiang dengan tinggi masing-masing 4 meter. Hingga sekarang, tiang ini masih berdiri kokok. Padahal, pembangunannya sudah sejak 400 hingga 500 tahun lalu. 3 Peristiwa penting dan bersejarah di Masjid Kauman Beberapa peristiwa penting yang terjadi di Masjid Gedhe Kauman ini, menurut Rohib Winastuan, yakni pertama: K.H. Ahmad Dahlan menjabat sebagai ulama Keraton dan berhasil membetulkan arah kiblat yang selisih kemiringannya 23 derajat. Kedua, sebagai tempat menyusun strategi bagi Tentara Rakyat Indonesia bersama pejuang
Di dekat Alun-Alun Utara dan wisata Keraton Yogyakarta, terdapat masjid yang dibangun di atas tanah Keraton, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat, dibangunlah masjid ini. Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat adalah penghulu yang pertama. Akhirnya, pada tanggal
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari bahasa Jawa yang berarti utama. Dahulu, air di tempat ini dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai sumber air bersih. Lambat laun, air terjun ini dijadikan tempat wisata karena potensinya memang besar. Dengan ketinggian sekitar 15 meter, suara gemericik pun tercipta dari Air Terjun Randusari. Dipandu dengan suasana yang segar dan pemandangan yang hijau, pengunjung dapat bermain-main sepuas hati. Sebab, kedalaman air terjun ini hanya sekitar satu hingga dua meter. Namun, pengunjung harus tetap berhati-hati karena batu-batu di sekitar tempat ini licin. Selain itu, pengunjung bisa bersantai menggunakan hammock. Daya tarik lain dari Air Terjun Randusari ialah dua air terjun yang mengalir bersebelahan seperti air terjun kembar. Mata air Ngreboh menjadi mata air dari mata air Ngreboh. Nah, mata air ini biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan warga di sekitarnya. Pada musim kemarau pun, mata air ini tidak mengering, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Berada di atas hammock sembari merasakan angin yang sepoi dan menikmati gemericik air membuat pengunjung merasa tenang. Selain itu, bisa juga berfoto ria, mengabadikan moment yang belum tentu bisa terulang. Air Terjun ini berada di Dusun Rejosari, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Namun Air Terjun ini lumayan jauh dari pusat Kota Yogyakarta. Dengan biaya masuk sebesar 2.000,- rupiah per orang, pengunjung bisa menikmati keindahan air terjun ini. Untuk biaya parkir, pengujung dikenai biaya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Fasilitas air terjun ini pun cukup memadai, di antaranya gazebo, toilet umum, tempat sampah, dan warung
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari
Salah satu wisata unik yang wajib dikunjungi di Kulon Progo, Yogyakarta, ialah Air Terjun Grojogan Sewu. Grojogan Sewu berarti “seribu pancuran”. Disebut Grojogan sewu karena air terjun ini memiliki debit air yang besar, sehingga seperti seribu pancuran. Konon, air terjun ini berkaitan erat dengan legenda pewayangan Mahabharata. Ceritanya, Prabu Kresna meminta kakaknya, yaitu Prabu Baladewa untuk bertapa di air terjun ini. Hal ini bertujuan agar kakaknya tidak ikut berperang. Sebab, pada saat itu, perang besar yang disebut Baratayuda akan terjadi. Prabu Kresna pun berpikir bahwa suara gemuruh dari air terjun ini mampu meredam suara peperangan itu. Perang besar itu pun terjadi. Namun, benar saja, Prabu Baladewa tidak mengetahui peristiwa tersebut sedang berlangsung dan terus bertapa. Air Terjun Grojogan Sewu, Keelokan Wisata Alam Kulon Progo Asal mula Air Terjun Grojogan Sewu ini dikenal oleh wisatawan yaitu karena program wisata anak-anak KKN dari UGM. Lalu menjadi berkembang dengan ide dari Pak Dukuh setempat. Tempat wisata ini mulai menjadi viral dan dikenal banyak orang sejak tahun 2015. Sejak saat itu maka sering berdatangan pengunjung ke Air Terjun Grojogan Sewu di Kulon Progo. Setelah sampai di lokasi retribusi Air Terjun Grojogan Sewu, kamu perlu berjalan kaki sekitar 200 meter. Suara air terjun sangat menjernihkan kepala yang penat dan saat kamu sampai di lokasi, suguhan kecantikan Air Terjun Grojokan Sewu ini akan terbayar. Lamanya waktu tempuh dan jarak lokasi yang jauh dari kota Yogyakarta pun tak terasa. Selain pemandangan alam yang mempesona, berbagai hal, seperti air yang jernih, udara yang sejuk, perbukitan yang asri, dan suasana yang segar merupakan daya tarik Gerojokan Sewu. Banyak orang mengunjungi air terjun ini pada sore hari, yakni pada pukul tiga hingga sore hari. Air terjun ini berpadu dengan embung beraliran air berwarna kebiru-biruan. Hal ini membuat Gerojokan Sewu tampak cantik dan eksotis. Pada pagi hari, ada kabut di atas
Salah satu wisata unik yang wajib dikunjungi di Kulon Progo, Yogyakarta, ialah Air Terjun Grojogan Sewu. Grojogan Sewu berarti “seribu pancuran”. Disebut Grojogan sewu karena air terjun ini memiliki debit air yang besar, sehingga seperti seribu pancuran. Konon, air terjun ini berkaitan erat dengan legenda pewayangan Mahabharata. Ceritanya, Prabu Kresna meminta kakaknya, yaitu Prabu Baladewa
Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah yang licin berpagar bambu seadanya. Dengan ketinggian sekitar 1.017 mdpl, puncak ini memikat siapa pun yang berkunjung. Daya tarik dan kekhasan Puncak Widosari adanya sebongkah baru berukuran besar yang amat unik. Hal ini menjadikan puncak ini semakin unik. Di samping batu raksasa ini, ada gardu pandang atau beberapa spot foto. Selain itu, pengunjung pun bisa menikmati gagahnya Gunung Merapi, anggunnya Gunung Merbabu, dan eksotisnya bibit pantai Laut Selatan dari puncak ini. Bila ingin refreshing dan menikmati kesegaran alam, maka Puncak Widosari sangat cocok dikunjungi. Bagi penghobi fotografi, panorama di sana juga tidak bisa dilewatkan. Sebab, suguhan hamparan hijau yang luas itu layak diabadikan. Pohon yang berjumlah ribuan di bawah puncak ini pun terlihat jelas pada saat cuaca cerah dan tidak berembun. Memanjakan mata wisatawan yang terbiasa dengan hiruk-pikuk dan hinggar-bingar perkotaan. Selain itu, mengambil foto dengan berlatar belakang bongkahan batu besar juga tak kalah menarik. Pada waktu tertentu, warga masyarakat di Puncak Widosari mengadakan sebuah acara, yakni nyadran dan merti dusun sebelum bulan Ramadhan tiba. Bila beruntung, pengunjung bisa menyaksikan acara ini. Nah, sebagaimana puncak pegunungan lainnya, di puncak ini, pengunjung juga bisa menikmati keindahan sunrise dan segarnya suasana pagi bila berkunjung pada pagi hari. Sedangkan, bila datang pada sore hari, pengunjung bisa menikmati romantisme jingga dari matahari terbenam. Menjelang malam, lampu-lampu Kota Yogyakarta, Magelang, juga Purworejo gemerlapan seperti bintang. Namun, hal yang harus diperhatikan ialah pengunjung harus berhati-hati karena terdapat jurang yang dalam di sisi-sisi di puncak ini. Puncak Widosari berada di Dusun Tritis,
Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di media sosial. Pemandangan alam perbukitan yang luas dengan vegetasi yang hijau nan asri mempesona siapa pun yang berkunjung. Di atas perbukitan Watu Payung Gunung Kidul, wisatawan bisa menikmati udara yang sejuk dan segar. Bila berkunjung pada siang hari, wisatawan bisa menikmati embusan angin sepoi yang bertiup. Pengunjung bisa menikmati mata hari terbit pada pagi hari dan matahari terbenam pada sore hari dengan latar panorama alam yang indah nan menawan. Keindahannya semakin memukau bila dilihat dari gardu pandang yang unik. Nah, bagi pencinta petualangan, Watu Payung tak hanya menawarkan keindahan panorama, tetapi juga aktivitas tracking. Wisatawan dapat mencoba pengalaman melintasi jalan setapak terjal yang terdapat beberapa spot foto yang menarik. Selain tracking, wisatawan juga akan bisa melakukan outbond. Sebab, pengelola sedang memperbanyak fasilitas yang lebih seru. Nah, Watu Payung ini letaknya berada di Turunan, Girisuko, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya pun mudah ditemukan. Walaupun begitu, untuk menuju ke sana, ada baiknya wisatawan berhati-hati karena jalannya naik-turun dan berbelok-belok. Sementara itu, biaya untuk menikmati keindahan dan keseruan di Watu Payung cukup murah. Sebab, pengunjung belum dikenakan biaya masuk. Ya, objek wisata ini belum dikelola secara resmi oleh pihak terkait. Oleh karena itu, wisatawan hanya dikenakan biaya parkir sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Meskipun begitu, fasilitas di objek wisata ini cukup lengkap, sehingga pengunjung merasa nyaman, di antaranya gazebo, mushala, area parkir, kamar mandi/toilet, warung, dan lain sebagainya. Jika tertarik dan ingin mengunjungi Watu Payung Gunung Kidul atau destinasi wisata
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal Pangeran Diponegoro beserta keluarganya. Selanjutnya, museum ini didirikan oleh Mayjen TNI Surono. Pada akhirnya, pendirian museum ini dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo. Panitia persiapan pembangunan Monumen Pangeran Diponegoro pun dibentuk, tepatnya pada tanggal 2 Juli. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII Diponegoro. Beruntung, salah satu ahli waris menyetujui monumen itu dibangun di atas tanah peninggalan Pangeran Diponegoro. Surat Pernyataan itu pun ditandatangani oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewantara, dan dr. Sahir Nitiharjo. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober 1968, Pangdam VII selaku pembina Rumpun Diponegoro menanam prasasti “Ngesti Paras Gapuraning Tunggal” yang menunjukkan angka 1968 M di tanah bekas puri Pangeran Diponegoro. Arti prasasti tersebut, yaitu “untuk mencapai cita-cita yang indah dengan jalan tenar akan terjalin suatu persatuan”. Pada tanggal 9 Agustus 1969, Jenderal TNI (purnawirawan) Soeharto meresmikan Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Dengan luas sekitar 2 hektar, museum ini memiliki arsitektur Jawa. Pendapa dan pringritan di museum ini berisi berbagai benda bersejarah, terutama senjata tradisional, seperti keris, tombak, pedang, panah, dan lain sebagainya. Salah satu hal menarik di Museum Pangeran Diponegoro ialah lubang yang menjadi jalan keluar bagi Pangeran Diponegoro untuk meloloskan diri dari kepungan tentara Belanda. Ada pula barang peninggalan Sri Sultan HB II, seperti ketipung dan wilahan bonang penembung dari kayu serta perunggu merah dan kuning. Jumlahnya pun sebanyak lebih dari 100 buah. Selain itu, terdapat meriam di depan dan sebelah timur pendopo, serta berbagai macam peralatan rumah tangga, di antaranya tempat sirih, canting, teko, juga bokor. Museum Monumen Pangeran Diponegoro berada di
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas 10 Ha. Hal ini menarik perhatian berbagai pihak, khususnya pencinta lingkungan dan pemerintah. Pada akhirnya, mereka bekerja sama melakukan reboisasi hingga seluas 600 Ha. Kini, hutan tandus itu menjadi hijau. Hutan Wanagama merupakan hutan yang unik. Sebab, di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman dari berbagai daerah. Sehingga, hutan ini juga disebut sebagai miniatur hutan. Pohon akasianya termasuk dalam Hutan Tanaman Industri dan berpotensi sebagai bubur kayu yang merupakan bahan dari beberapa perusahaan besar. Ada pula deretan pohon minyak kayu putih dan atsiri yang berguna untuk menghangatkan badan. Berbagai pohon lainnya, seperti eboni, cendana, murbei, jati, dan lainnya juga terdapat di hutan ini. Tak hanya berbagai tanaman, di hutan ini juga dihuni oleh berbagai jenis hewan, seperti unggas, kera, serta beberapa jenis reptil. Kebutuhan air di hutan ini bersumber dari 3 sungai, yakni Oyo, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Adanya ketiga sungai ini memberi kesan sejuk, sedangkan suara gemericiknya membuat hati tenang. Nah, salah satu hal menarik yang terdapat di Hutan Wanagama ialah salah satu pohon yang membuat hutan ini mendunia, yakni pohon jati (Tectona Grandis) yang ditanam oleh pangeran Charles pada tahun 1989. Konon, pohon ini memiliki hubungan erat dengan Pangeran Charles. Pasalnya, pada saat Pangeran Charles mengumumkan perpisahannya dengan Putri Diana, pohon yang waktu itu masih setinggi 1 meter ini mengering, seakan ikut merasakan kesedihan atas perpisahan itu. Hutan ini membuat para pengunjung merasakan nuansa alam yang kental. Hutan Wanagama ini beralamat di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biaya masuk
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas