Salah satu Wisata Alam di Yogyakarta yang berada di Gunungkidul adalah Watu Amben. Tepatnya, berada di salah satu Puncak Bukit Seribu, yakni di dekat Bukit Bintang. Nama wisata ini diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki makna tempat tidur yang terbuat dari batu. Sesuai dengan namanya, di sini terdapat batu yang bentuknya mirip dengan tempat tidur atau ranjang. Uniknya, batu ini terletak di tepi jurang yang mana kedalaman jurang dapat mencapai ratusan meter. Karena masih tergolong baru, lokasi wisata ini belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Meskipun demikian, pemandangan yang disuguhkan tidak dapat dipandang sebelah mata. Pemandangan yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi menjadi rekomendasi pas bagi kalian yang ingin melepas penat. Sebelum dijadikan lokasi wisata, Watu Amben sering dijadikan tempat istirahat bagi petani yang sedang mencari pakan untuk ternak mereka. Tentu saja, tempat ini dipilih karena keindahan alamnya yang memukau sehingga bisa menghilangkan rasa capek setelah mencari rumput. Dari sini, kalian bisa melihat indahnya kota Jogja dari ketinggian. Saat cuaca sedang mendukung, kalian juga bisa melihat indahnya Gunung Merapi, Sumbing, dan Merbabu. Tak kalah menarik, sunset di sini juga terkenal sangat indah dan menawan. Udara yang sejuk dan pemandangan yang indah menjadi perpaduan sempurna bagi pengunjung yang ingin berwisata. Selain itu, lokasi ini juga sangat pas untuk berswafoto sebagai pelengkap koleksi di galeri ponsel maupun di media sosial. Tidak hanya siang hari, pengunjung juga bisa menangkap gambar pada malam hari. Lampu yang menghiasi kota Joga seperti bintang yang bertaburan di angkasa. Indah sekali tentunya. Di sini, pengunjung juga bisa menemukan beberapa gazebo yang dapat digunakan sebagai tempat untuk bersantai. Atau, dapat pula menikmati pemandangan indah ditemani makanan khas yang disediakan di warung sekitar Watu Amben. Kabar baiknya, pengunjung tidak dikenakan biaya untuk bisa menikmati keindahan alam dari Watu Amben ini. Tetapi, pengunjung perlu membayar parker 2.000 rupiah untuk motor dan
Salah satu Wisata Alam di Yogyakarta yang berada di Gunungkidul adalah Watu Amben. Tepatnya, berada di salah satu Puncak Bukit Seribu, yakni di dekat Bukit Bintang. Nama wisata ini diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki makna tempat tidur yang terbuat dari batu. Sesuai dengan namanya, di sini terdapat batu yang bentuknya mirip dengan tempat tidur
Apa hanya Pantai Glagah saja yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta? Tentu saja tidak! Kulon Progo juga dikenal surganya pantai, selain di Gunungkidul dan Bantul. Selain Pantai Glagah, Kulon Progo memiliki banyak pantai lain yang tidak kalah indah, diantaranya Pantai Bugel, Pantai Congot dan Pantai Pasir Kadilangu. Pantai Pasir Kadilangu merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi karena potensi keindahannya sangat memukau. Di sini, pengunjung tidak akan menjumpai pantai dengan pasir putih seperti di Gunungkidul. Pemandangan yang terlihat adalah hamparan mangrove yang hijau dan rindang, sehingga menyejukkan setiap mata yang memandangnya. Adanya tanaman mangrove di sini bukan hanya sebagai pemikat wisatawan, tetapi juga mahasiswa dan peneliti yang ingin meneliti untuk keperluan studi. Meskipun memiliki potensi wisata yang luar biasa, ternyata pengelolaan wisata ini belum ditopang oleh pemerintah. Hingga saat ini, pengelolaan dan pengembangan pantai baru dilakukan oleh warga sekitar. Namun, meskipun dikelola oleh warga, perkembangan Pantai Pasir Kadilangu tergolong pesat. Hasil dari pengelolaan ini pun dapat menopang kehidupan warga sekitar. Di sini, pengunjung dapat berkeliling hutan mangrove melewati jalan setapak yang terbuat dari kayu. Selain itu, pengunjung juga bisa menyewa perahu yang disewakan oleh warga sekitar. Jika ingin berkunjung, sebaiknya pada pagi dan sore hari. Karena, pada waktu-waktu inilah udara tidak terlalu panas, sehingga pengunjung dapat bersantai menikmati keindahan alam di hutan mangrove. Selain itu, pada sore hari, pengunjung dapat melihat indahnya sunset dengan latar belakang air di pantai dan langit yang indah. Bagi generasi milenial, di sini juga ada lho spot foto yang sengaja disediakan oleh warga sekitar agar pengunjung dapat mengabadikan momen liburan sepuasnya. Material untuk membangun spot foto ini adalah bambu yang dibentuk dengan unik. Sehingga, sangat bagus untuk menghasilkan foto terbaik. Beberapa bentuk spot foto yang bisa ditemui di sini adalah jembatan seperti yang ada di Queensboro Bridge di New York, kerang berukuran besar, rumah pohon,
Apa hanya Pantai Glagah saja yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta? Tentu saja tidak! Kulon Progo juga dikenal surganya pantai, selain di Gunungkidul dan Bantul. Selain Pantai Glagah, Kulon Progo memiliki banyak pantai lain yang tidak kalah indah, diantaranya Pantai Bugel, Pantai Congot dan Pantai Pasir Kadilangu. Pantai Pasir Kadilangu merupakan destinasi wisata yang
Jika mendengar wisata di Bantul, Jogja, apa yang terpikirkan oleh kalian? Pantai Parangtritis? Ya, jawaban tersebut tidak salah. Namun, jangan salah ya, karena banyak sekali destinasi wisata di Bantul yang bisa dikunjungi selain Pantai Parangtritis. Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi di Bantul adalah Air Terjun Tuwondo. Saat ini, air terjun ini masih dalam masa pengembangan sebagai objek wisata baru di Bantul yang berbasis pedesaan alami. Uniknya, air terjun yang satu ini memiliki bentuk seperti tangga yang terbuat dari batu. Sehingga, nama Tuwondo disematkan untuk air terjun ini yang berarti “watu” dan “ondo”. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah batu bertangga. Keunikan lain yang ditemui di air terjun ini adalah aliran airnya yang terbelah menjadi dua. Air mengalir melewati batu-batu bertangga sejumlah tiga tingkat. Masing-masing tingkat memiliki ketinggian kurang lebih 3 sampai 5 meter. Selain itu, pepohonan jati di sekitar air terjun juga menambah keindahan alam yang terpancar dengan jelas. Saat sampai di kawasan ini, pengunjung akan menemukan banyak himbauan agar tidak bersandar di dinding yang ada di sekitar Air Terjun Tuwondo. Karena, hal itu berbahaya dan demi keamanan pengunjung itu sendiri. Seperti sebagian besar air terjun di Jogja, debit air di sini juga sangat tergantung dengan musim. Tentu saja, pada musim hujan debit airnya semakin besar dan keruh. Namun, keruhnya air di air terjun ini memang disebabkan adanya partikel tanah merah yang terdapat di dalam aliran air. Jika dibandingkan dengan air terjun lain, memang di sini airnya lebih keruh. Destinasi wisata Air Terjun Tuwondo ini masih dikelola secara manual oleh penduduk sekitar dan karang taruna. Sehingga, belum ditemukan fasilitas yang lengkap seperti objek wisata lain di Jogja. Namun, oleh karena itu pula, pengunjung masih diberlakukan tarif suka rela, baik untuk memasuki kawasan ini maupun untuk parkir. Mengunjungi Air Terjun Tuwondo saat masih alami tentu akan memberi kesan tersendiri bagi pengunjung.
Jika mendengar wisata di Bantul, Jogja, apa yang terpikirkan oleh kalian? Pantai Parangtritis? Ya, jawaban tersebut tidak salah. Namun, jangan salah ya, karena banyak sekali destinasi wisata di Bantul yang bisa dikunjungi selain Pantai Parangtritis. Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi di Bantul adalah Air Terjun Tuwondo. Saat ini, air terjun ini masih dalam masa
Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dikenal dengan Pantai Parangtritis, Bantul juga memiliki banyak destinasi wisata alam lain yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Grojogan Pucung. Destinasi yang satu ini berupa air terjun yang berada di tengah hutan belantara dan belum banyak mendapat sentuhan pihak pengelola. Daya tarik destinasi yang sering disebut juga Air Terjun Grojogan Pucung ini adalah airnya yang jernih dan alirannya yang deras. Selain itu, aliran airnya juga stabil dan tidak cepat berubah-ubah karena sumber airnya langsung berasal dari air yang ada di atasnya. Air terjun ini semakin indah karena ada pepohonan yang hijau dan rindang di sekitarnya. Uniknya, kontur air terjun ini bertingkat, sehingga mampu melukiskan keindahan yang luar biasa. Grojogan Puncung memiliki ketinggian sekitar 15 meter yang aliran airnya langsung jatuh ke dasar kolam di bawahnya. Kolam inilah yang menjadi favorit pengunjung untuk berenang dan bermain air. Karena, kedalamannya hanya 7 meter membuat kolam ini tidak berbahaya jika digunakan untuk berenang dan bermain air. Warna bebatuan yang putih dan cerah di sekitar air terjun membuat pemandangan semakin mempesona. Batuan putih tersebut dikarenakan merupakan jenis batuan kapur. Baik pada musim kemarau maupun penghujan, debit air di sini tidak mengalami perubahan berarti. Sehingga, pengunjung bebas berkunjung kapan saja. Namun, jika ingin berenang, sebaiknya pengunjung datang pada saat musim kemarau karena airnya jernih dan lebih segar. Selain itu, di sini juga merupakan spot foto bagus untuk mendapatkan foto berlatar belakang pemandangan alam yang indah dan alami. Untuk mengunjungi lokasi ini, pengunjung belum dikenakan biaya resmi. Namun, karena dikelola oleh masyarakat sekitar, pengunjung diwajibkan membayar seikhlasnya. Dana tersebut juga digunakan sebagai modal untuk mengembangkan lokasi wisata, bukan sepenuhnya untuk kepentingan pribadi masyarakat sekitar. Karena masih dalam proses pengembangan secara manual, Grojogan Pucung belum memiliki fasilitas lengkap seperti destinasi wisata lain di Jogja.
Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dikenal dengan Pantai Parangtritis, Bantul juga memiliki banyak destinasi wisata alam lain yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Grojogan Pucung. Destinasi yang satu ini berupa air terjun yang berada di tengah hutan belantara dan belum banyak mendapat sentuhan pihak pengelola. Daya tarik
Jika ingin berwisata sejarah, budaya, dan religi, Jogja memiliki lokasi yang tepat, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu bangunan bersejarah yang ada di Indonesia, sehingga tidak heran jika Masjid ini selalu ramai dikunjungi. Masjid yang dibangun di atas tanah milik Kerton Ngayogyakarto Diningrat ini berada di dekat alun-alun utara kota Yogyakarta. Sehingga, masjid ini lokasinya strategis karena bisa dijangkau oleh wisatawan yang berkunjung ke Keraton. Salah satu keistimewaan Masjid Gedhe Kauman adalah termasuk salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Sultan Hamengkubuwono I adalah penggagas didirikannya Masjid Gedhe Kauman. Sedangkan, penghulu pertama masjid itu adalah Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat. Pembangunan masjid dilakukan pada tanggal 29 Mei 1773. Tujuan pertamanya adalah sebagai sarana ibadah bagi keluarga keratin dan rakyatnya yang beragama Islam. Saat memasuki masjid ini, nuansa Jawa langsung terasa begitu kental. Atapnya didesain berlapis tiga dengan gaya tradisional khas Jawa. Masjid ini juga ditambah dengan serambi bernama Al Makhamah Al Kabiroh yang diperuntukkan menampung jamaah yang jumlahnya semakin banyak. Selain tempat ibadah, Masjid ini juga diperuntukkan sarana pengajian, dakwah, pernikahan, perceraian, pengadilan agama, pembagian waris, dan memperingati hari besar Islam. Berdasarkan cerita sejarah, di Masjid seluas 16.000 meter persegi ini terdapat tiga peristiwa penting. Pertama, peristiwa saat K.H. Ahmad Dahlan membenarkan posisi kiblat yang pada saat itu memiliki kemiringan 23 derajat. Kedua, masjid ini sering digunakan untuk TNI menyusun strategi perang melawan Belanda saat zaman perjuangan. Ketiga, masjid ini digunakan oleh KAMI dan KAPPI untuk membubarkan masa pemerintahan orde lama dan juga pembubaran PKI. Selain ramai dikunjungi oleh wisatawan, Masjid ini juga kerap dijadikan lokasi syuting berbagai film, misalnya Surga yang Tak Dirindukan dan K.H. Ahmad Dahlan. Arsitektur bangunan yang unik dan tradisional menjadikan Masjid Gedhe Kauman tidak pernah sepi dari kunjungan baik untuk beribadah ataupun berwisata religi sembari menyelami budaya dan sejarah. Apabila ingin berwisata
Jika ingin berwisata sejarah, budaya, dan religi, Jogja memiliki lokasi yang tepat, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu bangunan bersejarah yang ada di Indonesia, sehingga tidak heran jika Masjid ini selalu ramai dikunjungi. Masjid yang dibangun di atas tanah milik Kerton Ngayogyakarto Diningrat ini berada di dekat alun-alun utara kota Yogyakarta. Sehingga,
Sudah lama diketahui bahwa Jogja adalah salah satu tujuan wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu lokasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi adalah Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Di sini, pengunjung dapat melihat dan mengetahui berbagai barang peninggalan Pangeran Diponegoro saat zaman Belanda yang bernilai sejarah. Selain barang peninggalan, di museum ini juga terdapat rumah yang dijadikan kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro adalah salah satu pangeran yang dikenal di Indonesia karena melawan Belanda pada tahun 1825-1830. Tujuan dibangunnya Museum ini adalah untuk mengenang jasa Pangeran Diponegoro untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dulunya, museum ini adalah rumah Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Pendiri museum ini adalah Mayjend TNI Surono dan dilanjutkan oleh Meyjend TNI Widodo. Pengunjung dapat menemui museum ini di Tegalrejo, Yogyakarta. Dibangunnya museum ini juga tidak luput dari restu yang diberikan oleh ahli waris Pangeran Diponegoro yang mengizinkan tanah peninggalan sang Pangeran dibangun sebuah monumen. Sebagai bukti sah, surat pernyataan tentang izin tersebut ditandatangani oleh dr. Sahir Nitihardjo, Nyi Hadjar Dewantara, dan KRT. Prodjodiningrat. Peresimian Museum Monumen Pangeran Diponegoro dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 1969 oleh Jendral TNI (purnawirawan) Soeharto. Di museum ini, pengunjung juga dapat menemukan pendapa dan pringgitan yang bernilai sejarah. Beberapa diantaranya adalah senjata yang terdiri dari pedang, panah, tombak, dan keris. Uniknya, di museum ini juga ditunjukkan bagian dinding yang sengaja dibuat berlubang. Fungsinya adalah untuk akses meloloskan diri saat Pangeran Diponegoro dikepung oleh Belanda. Tak hanya barang-barang peninggalan Pangeran Diponegoro, di Museum ini juga terdapat peninggalan Sultan Hamengkubuwono II yang berjumlah 100. Di bagian sudut timur pendopo, terdapat meriam perang. Ada pula beberapa peralatan memasak yang digunakan pada zaman itu, seperti bokor, teko, canting, dan lain sebagainya. Jika ingin berwisata ke Museum Monumen Pangeran Diponegoro dan destinasi menarik lainnya, segera pesan tours reguler Jogja di campatour.com.
Sudah lama diketahui bahwa Jogja adalah salah satu tujuan wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu lokasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi adalah Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Di sini, pengunjung dapat melihat dan mengetahui berbagai barang peninggalan Pangeran Diponegoro saat zaman Belanda yang bernilai sejarah. Selain barang peninggalan, di museum ini juga terdapat rumah
Salah satu wisata kuliner di Jogja yang wajib dikunjungi adalah Pasar Kaki Langit. Di sini, pengunjung dapat mencicipi berbagai macam makanan tradisional khas Jogja. Pasar Kaki Langit adalah salah satu Desa Wisata yang sangat dikenal di Jogja dan terletak di Dusun Mangunan. Nama destinasi ini terbilang cukup unik. Penamaan Pasar Kaki Langit didasarkan pada lokasinya yang memang terletak di kawasan perbukitan di Dlingo Imogiri. Selain berkunjung ke sini, pengunjung juga bisa mampir ke destinasi Hutan Pinus Asri, Lintang Sewu, dan Watu Goyang. Karena, letak Pasar ini memang dekat dengan destinasi-destinasi tersebut. Destinasi wisata kuliner Pasar Kaki Langit didirikan atas gagasan dari Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Yogyakarta. Organisasi ini merupakan perkumpulan anak muda di Yogyakarta yang ingin mempromosikan berbagai destinasi menarik yang ada di Indonesia. Berkat ide cemerlang dari GenPi, Pasar ini berhasil menjadi daya tarik wisatawan karena unik dan berbeda dengan destinasi wisata lain yang ada di Jogja. Di Pasar ini terdapat 12 lapak yang semuanya menjual makanan tradisional. Tentu saja, salah satu tujuan didirikannya wisata ini adalah untuk melindungi eksistensi kuliner tradisional agar tidak ditelan perkembangan zaman. Uniknya lagi, proses jual beli di pasar ini tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan koin yang terbuat dari kayu. Cara jual beli ini mengadopsi dari zaman Majapahit. Diketahui, bahwa pada zaman Majapahit dulu menggunakan pecahan genting atau kreweng untuk melakukan jual beli. Namun, di Pasar Kaki Langit ini dimodifikasi menggunakan koin yang terbuat dari kayu. Setiap pengunjung wajib menukar rupiah dengan koin kayu. Nantinya, koin kayu ini digunakan membeli berbagai kuliner tradisional oleh pengunjung. Setiap penjaga lapak telah diberi edukasi oleh pihak pengelola tentang peraturan jual beli menggunakan koin kayu tersebut. Kuliner tradisional yang bisa dijumpai di Pasar ini antara lain tiwul, nasi merah, nasi jagung, ketela rebus, getuk, bubur, dan lain sebagainya. Selain makanan tradisional, di sini juga ditemui minuman tradisional. Jadi,
Salah satu wisata kuliner di Jogja yang wajib dikunjungi adalah Pasar Kaki Langit. Di sini, pengunjung dapat mencicipi berbagai macam makanan tradisional khas Jogja. Pasar Kaki Langit adalah salah satu Desa Wisata yang sangat dikenal di Jogja dan terletak di Dusun Mangunan. Nama destinasi ini terbilang cukup unik. Penamaan Pasar Kaki Langit didasarkan pada lokasinya
Selain wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata kekinian, Jogja juga memiliki destinasi wisata berupa desa wisata. Di jenis wisata yang satu ini, pengunjung diajak untuk berwisata sekaligus belajar. Salah satu desa wisata yang sangat dikenal di Jogja adalah Desa Wisata Pulesari yang berada di Kabupaten Sleman. Desa yang terletak di pedesaan dekat Gunung Merapi ini banyak memiliki keunikan sehingga banyak menarik minat wisatawan, baik individu maupun kelompok. Di sini, masih terdapat wisata alam dan budaya yang dibungkus dan dikelola dengan baik, sehingga budaya yang ada tetap lestari. Desa wisata ini lahir pada tahun 2012, atau setelah dua tahun letusan Gunung Merapi yang sempat melumpuhkan berbagai kegiatan di desa Pulesari tersebut. Salah satu keunggulan Desa Wisata Pulesari adalah menonjolkan Agrowisata berupa perkebunan salak. Selain berkebun, memanen, dan merawat buah salah, di sini pengunjung juga dapat belajar berbagai cara pengolahan hasil panen salak menjadi jenis makana lain, misalnya wingko salah, dodol salak, kolak salak, madumongso salak, dan lain sebagainya. Selain Agrowisata, pengunjung juga bisa menikmati outbond menyusuri sungai yang telah diberi berbagai permainan dan wahana oleh pengelola agar kegiatan outbond semakin menyenangkan dan menantang. Beberapa wahana yang dapat ditemui adalah tangkap air, spiderman web, jembatan goyang, air terjun, gua, dan titian bambu. Pada momen tertentu, di Desa Wisata Pulesari juga terdapat upacara adat Merti Bumi yang diselenggarakan pada malam hari. Biasanya, jika ada pengunjung yang datang, maka mereka diajak turut serta sebagai bagian dari upacara adat tersebut. Pembangunan Desa Wisawa Pulesari berawal dari ide tokoh masyarakat dan warga sekitar yang ingin membangkitkan Desa Pulesari dari keterpurukan pasca letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu. Pengunjung dapat menyewa tempat tinggal pada rumah-rumah warga setempat atau membangun tenda di lapangan khusus camping. Biasanya, wisata ke Pulesari ini didominasi oleh kelompok atau grup yang ingin melakukan outbond. Banyaknya acara dan tawaran wisata yang
Selain wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata kekinian, Jogja juga memiliki destinasi wisata berupa desa wisata. Di jenis wisata yang satu ini, pengunjung diajak untuk berwisata sekaligus belajar. Salah satu desa wisata yang sangat dikenal di Jogja adalah Desa Wisata Pulesari yang berada di Kabupaten Sleman. Desa yang terletak di pedesaan dekat Gunung
Jika selama ini Gunung kidul, Yogyakarta dikenal sebagai wisata alamnya, kini destinasi di salah satu kabupaten di DIY ini sudah banyak berkembang. Bagi traveller yang menyukai pengalaman baru dalam menjelajah alam, ada baiknya mencoba mengunjungi Watu Giring. Destinasi yang menakjubkan ini merupakan lokasi di mana ditemukan bebatuan alam yang berupa heritage megalitikum. Watu Giring Gunung kidul Watu Giring Gunung kidul Apa itu? Di destinasi ini akan ditemui lempengan batu yang dipotong, kemudian ditumpuk sehingga menyerupai anak tangga. Tidak hanya ada satu tumpukan batu, melainkan ada banyak tumpukan batu yang ada di Watu Giring. Bahkan, ada pula yang menyerupai candi. Karena keunikannya, Watu Giring sudah menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang penasaran dengan tumpukan batu-batu tersebut. Sebelum dijadikan tempat wisata, Watu Giring merupakan lokasi penambangan batu kapur. Sedangkan, batu yang disusun tersebut awalnya adalah alas yang digunakan untuk mendirikan tiang sebagai penyangga rumah. Alas ini disebut dengan giring. Oleh karena itu, destinasi ini diberi nama Watu Giring. Setelah aktivitas penambangan batu alam di hentikan, penduduk sekitar memotong batu-batu yang ditumpuk tersebut menjadi lebih kecil dan memanjang. Hasil potongan-potongan tersebut membentuk menyerupai anak tangga dan candi. Sehingga, terdapatlah Watu Giring yang saat ini dikenal. Tumpukan batu-batu alam yang indah itu sangat mirip dengan candi kuno yang berundak. Banyak pula pengunjung yang mengatakan bahwa Watu Giring mirip dengan wisata alam Bukit Breksi yang berlokasi di Kalasan. Selain unik, berswafoto di Watu Giring juga sangat Instagramble. Pengambilan foto dari berbagai angle akan menghasilkan foto yang indah dan unik. Jika diperhatikan dengan saksama, berfoto dengan latar belakang Watu Giring hasilnya menyerupai berfoto di Piramida Suku Maya yang memiliki punden bertingkat. Sehingga, tidak heran jika banyak orang yang mengira bahwa Watu Giring adalah bangunan candi kuno yang dibangun pada masa lalu. Bonus yang dapat dinikmati oleh pengunjung di Watu Giring adalah pemandangan sunset
Jika selama ini Gunung kidul, Yogyakarta dikenal sebagai wisata alamnya, kini destinasi di salah satu kabupaten di DIY ini sudah banyak berkembang. Bagi traveller yang menyukai pengalaman baru dalam menjelajah alam, ada baiknya mencoba mengunjungi Watu Giring. Destinasi yang menakjubkan ini merupakan lokasi di mana ditemukan bebatuan alam yang berupa heritage megalitikum. Watu Giring Gunung