Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas 10 Ha. Hal ini menarik perhatian berbagai pihak, khususnya pencinta lingkungan dan pemerintah. Pada akhirnya, mereka bekerja sama melakukan reboisasi hingga seluas 600 Ha. Kini, hutan tandus itu menjadi hijau. Hutan Wanagama merupakan hutan yang unik. Sebab, di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman dari berbagai daerah. Sehingga, hutan ini juga disebut sebagai miniatur hutan. Pohon akasianya termasuk dalam Hutan Tanaman Industri dan berpotensi sebagai bubur kayu yang merupakan bahan dari beberapa perusahaan besar. Ada pula deretan pohon minyak kayu putih dan atsiri yang berguna untuk menghangatkan badan. Berbagai pohon lainnya, seperti eboni, cendana, murbei, jati, dan lainnya juga terdapat di hutan ini. Tak hanya berbagai tanaman, di hutan ini juga dihuni oleh berbagai jenis hewan, seperti unggas, kera, serta beberapa jenis reptil. Kebutuhan air di hutan ini bersumber dari 3 sungai, yakni Oyo, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Adanya ketiga sungai ini memberi kesan sejuk, sedangkan suara gemericiknya membuat hati tenang. Nah, salah satu hal menarik yang terdapat di Hutan Wanagama ialah salah satu pohon yang membuat hutan ini mendunia, yakni pohon jati (Tectona Grandis) yang ditanam oleh pangeran Charles pada tahun 1989. Konon, pohon ini memiliki hubungan erat dengan Pangeran Charles. Pasalnya, pada saat Pangeran Charles mengumumkan perpisahannya dengan Putri Diana, pohon yang waktu itu masih setinggi 1 meter ini mengering, seakan ikut merasakan kesedihan atas perpisahan itu. Hutan ini membuat para pengunjung merasakan nuansa alam yang kental. Hutan Wanagama ini beralamat di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biaya masuk
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga saat ini, terdapat sebanyak lebih dari 30 ekor rusa timor. Ada juga Arboretum seluas 10,7 hektar dengan berbagai tanaman hutan. Tak hanya itu, persemaian dan pabrik pengelolaan minyak kayu putih “Sendang Mole” ada di kawasan ini. Taman Hutan Raya sering digunakan sebagai wilayah konservasi penelitian yang berada di Yogyakarta. Bahkan, banyak peneliti dari luar Yogyakarta datang karena berbagai flora dan faunanya. Terlebih, tempat ini didukung oleh berbagai potensi kawasan yang terkenal, seperti Hutan Wanagama, yang merupakan area pendidikan dan penelitian. Salah satu vegetasi di kawasan Taman Hutan Raya ialah tanaman yang meranggas pada musim kemarau. Pada musim seperti itu, hutan akan tampak lebih terbuka. Uniknya, bagian tepi hutan tetap hijau karena mengalir sungai Oyo. Berbagai bibit tanaman juga dikembangkan di Taman Hutan Raya, di antaranya tanaman tati, mahoni, kayu putih, dan jambu mete. Dengan jumlah produksi lebih dari dua juta bibit per tahun, berbagi tanam ini merupakan program reboisasi. Bila ingin bermain dengan rusa, menyentuh dan memberinya makan, pengunjung bisa menuju penangkaran rusa. Hewan-hewan liar itu berada di kandang berukuran 40x40 meter yang berada di sebelah timur area persemaian. Selain rusa, ada juga burung madu srigati, elang ular bido, alap-alap sapi, elang alpacina, raja udang, burung madu kelapa, cucak kutilang, dan kepodang. Taman Hutan Raya dibagi menjadi 3 zona. Zona 1 terdiri atas atraksi gajah, areal cycling, kuliner gantung, cultur show, dan camping ground. Sedangkan, zona 2 terdiri atas pabrik minyak kayu putih, persemaian, research centre, serta pusat indukan rusa. Sementara itu, zona 3 merupakan
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran, embung atau telaga ini mempunyai fungsi utama mengairi kebun buah yang berada di daerah sekitarnya. Pemandangan di Embung Nglanggeran Bila ingin mencapai embung ini, maka para pengunjung harus menaiki anak tangga berjumlah puluhan dan berkelok-kelok. Namun, lelahnya perjalanan itu akan terbayar ketika telah berada di atasnya. Nah, tepat di bawah embung inilah, terdapat perkebunan buah milik warga yang dialiri air embung tersebut. Oleh karena itu, tempat wisata ini juga disebut kebun Buah Nglanggeran. Embung Nglangeran ini dikelilingi oleh tebing-tebing dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Menurut penduduk di sekitarnya, telaga buatan ini tercipta dari sebuah bukit yang dipotong sedemikian rupa hingga menjadi telaga. Baca Juga: Picnic Trip with Campa Van Semburat Senja di Embung Nglanggeran Gunung Kidul Desain Embung Nglanggeran ini pun terbilang bagus. Di beberapa sisi telaga, terpasang instalasi yang mengalirkan air dari telaga ini ke area persawahan dan perkebunan warga. Dengan luas area sekitar 60x60 meter, telaga ini pun menarik dan mampu menghipnotis pengunjungnya. Bila datang ke Embung Nglanggeran pada pagi hari, pengunjung bisa menyaksikan matahari terbit dari tampak dari kejauhan dan indahnya pemandangan dengan latar lembah hijau yang berkabut. Nah, moment mengesankan lainnya ialah bila mengunjungi objek wisata ini pada sore hari. Saat musim kemarau, matahari terbenam menjadi momen yang dinanti. Hal itu terjadi karena langit cenderung lebih cerah sehingga ufuk barat lebih besar kemungkinannya untuk terlihat ketika matahari terbenam. Dari di pinggir Embung pengunjung bisa menikmati senja tanpa terhalang oleh pepohonan, bukit atau apapun. Hal Yang Tidak Boleh dilakukan di Embung
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba
Salah satu pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang menakjubkan ialah Pantai Watu Kodok. Pasirnya yang putih dan air yang berwarna biru membuat pantai ini tampak eksotis. Selain itu, batu karang yang terjal menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri di pantai ini. Lantaran masih baru, pantai ini masih sangat alami dan lestari. Sehingga, cocok untuk menghabiskan liburan bersama teman atau keluarga. Asal mula nama Pantai Watu Kodok karena adanya dua batu karang yang berbentuk menyerupai kodok di sisi barat dan timur pantai. Sehingga, dua batu karang ini menjadi ikon Pantai Watu Kodok. Di sekitar pantai, banyak terdapat pohon cemara udang dan pandan laut. Pengunjung bisa berteduh di bawah pepohonan itu sembari menikmati suasana pantai. Selain itu, pengunjung boleh berenang, tetapi harus berhati-hati karena ombak di pantai ini sama berbahayanya seperti pantai lainnya. Di Pantai Watu Kodok, terdapat spot foto yang instagramable serta area camping. Keindahan pantai yang menakjubkan layak dipasang di sosial media. Sedangkan, bagi pengunjung yang ingin bermalam, tidak perlu khawatir karena ada keamanan yang menjaga area pantai. Area Pantai ini memang bisa dikatakan sepi pengunjung dan seperti surga tersembunyi, pasalnya selain akses jalan masuk menuju pantai ini yang tidak memungkinkan bus pariwisata memasuki area ini dikarenakan hanya cukup dilalui satu mobil saja dan harus bergantian jika ada dua mobil yang berpapasan. Sepinya pengunjung justru membuat alam Pantai Watu Kodok menjadi terjaga dari hiruk pikuk wisatawan. Di Pantai ini juga terdapat private resort yang mengangkat tema natural. Resort yang bernama Villa Watu Kodok, unikmya villa ini dibangun diatas bukit-bukit kecil-kecil yang mengelilingi pantai Watu Kodok. Konsep bangunan Joglo atau limasan di padukan dengan lingkungan alam sekitar menjadikan villa Watu Kodok sangat nyaman ditinggali. kebanyakan hanya turis asing yang menginap disana. Memanjakan mata dengan keindahan pantai, menghirup aroma laut, menikmati angin sepoi, dan menenangkan pikiran sejenak bisa menjadi pelepas stres. Lantaran
Salah satu pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang menakjubkan ialah Pantai Watu Kodok. Pasirnya yang putih dan air yang berwarna biru membuat pantai ini tampak eksotis. Selain itu, batu karang yang terjal menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri di pantai ini. Lantaran masih baru, pantai ini masih sangat alami dan lestari. Sehingga, cocok untuk menghabiskan
Sebagai surganya pantai, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta menawarkan banyak keindahan alam yang menjadi pilihan liburan. Pantai Sadeng yang juga sering disebut sebagai surganya nelayan termasuk pantai yang menarik untuk dikunjungi. Terbukti, baik wisatawan mancanegara maupun lokal banyak yang berkunjung ke pantai ini. Pantai ini disebut sebagai surganya para nelayan karena dahulu, pada tahun 1982, para nelayan dari daerah Gombong yang berbondong-bondong datang dan mendirikan perkampungan. Perkampungan ini pun berkembang seiring waktu, bahkan hingga lebih dari 35 tahun. Konon, lokasi Pantai Sadeng ini merupakan muara Sungai Bengawan Solo Purba, selain terdapat pelabuhan ikan. Salah satu objek wisata yang ada di Pantai Sadeng ialah Telaga Suling. Penduduk daerah ini meyakini bahwa telaga ini menyimpan sisa-sisa air dari sungai Bengawan Solo Purba. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua perbukitan kabur yang memanjang dan terdapat lembah berada di tengahnya. Lembah yang memiliki panjang 7 kilometer ini amat subur. Sehingga, kini menjadi ladang palawija bagi masyarakat sekitarnya. Nah, bila ingin melihat aktivitas para nelayan, maka Pantai Sadeng tempatnya. Wisatawan dapat menikmati pemandangan aktivitas yang natural, mulai dari kegiatan para nelayan yang sedang membersihkan perahu, membawa hasil tangSalah satu objek wisata yang ada di Pantai Sadeng ialah Telaga Suling. Penduduk daerah ini meyakini bahwa telaga ini menyimpan sisa-sisa air dari sungai Bengawan Solo Purba. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua perbukitan kabur yang memanjang dan terdapat lembah berada di tengahnya. kapan, menggiling es untuk mengawetkan ikan, hingga yang tak kalah menarik ialah proses pelelangan ikan. Tidak lengkap rasanya bila ke pantai, tetapi tidak menikmati seafood. Nah, selain menikmati keindahan pantai dan melihat aktivitas nelayan di Pantai Sadeng, wisata kuliner juga tak boleh terlewatkan. Pasalnya, kuliner aneka seafood di pantai ini juga terkenal. Menariknya lagi, berbagai makanan laut ini bisa kita dapatkan dengan harga relatif murah. Jadi, pengunjung tidak perlu khawatir soal harga. Menikmati makanan laut yang
Sebagai surganya pantai, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta menawarkan banyak keindahan alam yang menjadi pilihan liburan. Pantai Sadeng yang juga sering disebut sebagai surganya nelayan termasuk pantai yang menarik untuk dikunjungi. Terbukti, baik wisatawan mancanegara maupun lokal banyak yang berkunjung ke pantai ini. Pantai ini disebut sebagai surganya para nelayan karena dahulu, pada tahun 1982, para
Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar dan maksura, yakni tempat khusus Pangeran Paku Alaman. Gerbang sebelah utara Puro Pakualaman sudah tutup, tetapi masih ada gerbang di sebelah selatan. Konon, tempat ini dikelilingi benteng baluwerti yang tak berujung, terbukti dengan adanya tembok setebal dua meter di sisi utara Jalan Sultan Agung. Sri Paduka Paku Alam IX dan wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tinggal di istana ini sekarang. Di Puro Pakualaman, pengunjung bisa melihat Bangsal Sewatama dan museum. Koleksi museum ini berupa terjemahan perjanjian politik berdirinya Kadipaten Paku Alaman dan perjanjian politik lainnya, pusaka kerajaan, seperti singgasana KGPA Paku Alam 1, payumg kebesaran yang disebut “Songsong Bharad” dan “Songsong Tunggul Naga”, pakaian kebesaran, senjata tombak trisula, juga kereta kuda milik para Pangeran Paku Alam. Pada awalnya, Puro Pakualaman adalah sebuah lembaga yang mengurus Raja dan keluarganya selama menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Paku Alam. Kemudian, pada tahun 1950, Kadipaten Puro Paku Alaman dan Keraton Yogyakarta diubah setingkat provinsi menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itu pula, Puro Paku Alaman menjadi Lembaga Pemangku Adat; dipisahkan dari Pemerintah Daerah Istimewa dan dihilangkan dari kepentingan politik. Puro Pakualaman berfungsi menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa, khususnya budaya Paku Alaman, Yogyakarta. Puro Pakualaman berada di Jl. Masjid No.46, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari titik 0 kilometer Kota Yogyakarta. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung bisa membayar tiket dengan sukarela, artinya tidak dipatok biaya. Sedangkan, biaya parkirnya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 10.000,- rupiah untuk mobil. Sementara itu, objek wisata
Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar
Gunungkidul memang surganya pantai di Yogyakarta. Salah satu pantai yang wajib dikunjungi ialah Pantai Kayu Arum. Memang, pantai ini belum terkenal, tetapi keindahannya tak bisa dipandang sebelah mata. Suasana eksotis dan asri dengan pasir putih yang lembut, sepoi angin, dan ombak yang menghantam-hantam tebing karang membuat Pantai ini layak menjadi destinasi wisata yang harus ada di list. Air laut pantai ini berwarna biru, memanjakan mata siapa pun yang memandang. Selain itu, pengunjung dapat melihat hewan-hewan laut, sepertiikan-ikan kecil, ubur-ubur, gurita, dan lain sebagainya. Bermain pasi di sekitar pantai juga tak kalah menarik. Bagi kita yang suka memancing, pantai ini juga bisa menjadi referensi. Pasalnya, terlihat banyak ikan di laut dekat pantai ini, mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Meskipun berukuran kecil, pantai ini sangat cocok sebagai tempat camping dan berkumpul bersama teman dan keluarga. Lantaran tidak menyediakan tempat penyewaan kebutuhan camping, ada baiknya pengunjung membawa peralatan dan kebutuhan sendiri. Tentu saja, tidak lupa kita harus selalu menjaga kebersihan agar keindahan pantai ini tidak rusak. Hal yang perlu diperhatikan lagi ialah pengunjung tidak diizinkan untuk berenang di pantai ini. Dua bukit dan batuan karang mengapit kanan dan kiri Pantai Kayu Arum menjadi background yang bagus untuk berfoto. Bila ingin menikmati sunset yang indah atau matahari terbit yang romantis, maka pengunjung bisa berjalan sedikit dari Pantai Kayu Arum menuju Baron Technopark. Pantai ini berlokasi di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Memang, pantai ini jauh dari pusat kota. Bahkan, untuk menuju ke sana, pengunjung harus melewati jalan tanah berbatu sekitar satu setengah kilometer sebelum pantai. Selanjutnya, pengunjung juga harus berjalan kaku lagi sekitar empat kilometer dari parkiran. Meskipun begitu, perjalanan panjang itu akan terbayar dengan keindahan dan pesona Pantai yang menakjubkan. Untuk masuk ke Pantai Kayu Arum, wisatawan dikenakan biaya sebesar 10.000,- rupiah per orang, sudah termasuk tiket
Gunungkidul memang surganya pantai di Yogyakarta. Salah satu pantai yang wajib dikunjungi ialah Pantai Kayu Arum. Memang, pantai ini belum terkenal, tetapi keindahannya tak bisa dipandang sebelah mata. Suasana eksotis dan asri dengan pasir putih yang lembut, sepoi angin, dan ombak yang menghantam-hantam tebing karang membuat Pantai ini layak menjadi destinasi wisata yang harus ada
Keindahan destinasi wisata di Yogyakarta memang tak habis dieksplorasi. Salah satunya ialah Goa Kiskendo yang berada di Kulon Progo. Gua ini berada di Pegunungan Menoreh, di atas ketinggian 1200 m dari permukaan air laut. Sekitarnya berupa hutan, tetapi sudah ada perkampungan dan jalan alternatif yang bisa dilewati. Pada tahun 1820, Goa Kiskendo ditemukan. Kemudian, pada tahun 1964, gua ini dijadikan destinasi wisata religi. Nah, baru pada tahun 1974 hingga 1975, Goa Kiskendo dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 1979, gua ini diresmikan menjadi tempat wisata. Nama Goa Kiskenda ini tidak terlepas dari kisah pewayangan. Konon, asal-usul gua ini terkait kisah Subali yang dimintai bantuan oleh para dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara yang dibawa ke bumi oleh Patih Lembusura atas perintah kakaknya, yakni Prabu Mahesasura. Jika ingin mengetahui kisah ini, kita bisa datang langsung, mengunjungi Goa yang tepatnya berada di Jalan Goa Kiskendo, Girimulyo, Sokomoyo, Jatimulyo, Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terlepas dari mitos tersebut, keindahan Goa ini mampu membuat banyak orang takjub. Suasananya sangat sejuk dan dingin. Juga, terdapat relief kisah pewayangan asal-usulnya. Secara ilmiah, gua ini terbentuk karena resapan air. Resapan air ini ada selama ratusan tahun yang panjangnya kurang dari 600 m, bercabang banyak, serta cahaya remang-remang. Kesan mistis Goa ini pun bertambah dengan adanya tempat untuk bertapa, yakni Pertapaan Tledek, Lumbung Kampek, Padasan, Selumbung, Sabtri Tani, Semelong, Kusuma, dan lain sebagainya. Bahkan, beberapa waktu lalu, di dekat gua ini diadakan sendratari, tentu saja dengan kisah Sugriwa dan Subali yang lekat dengan gua ini. Hal ini merupakan tema perwakilan Girimulyo dalam rangkaian HUT RI. Meskipun lokasinya jauh dari pusat kota, akses menuju objek wisata Goa Kiskendo cukup mudah. Harga tiketnya pun murah, yakni 5.000,- rupiah saja per orang. Sementara itu, untuk parkit, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah
Keindahan destinasi wisata di Yogyakarta memang tak habis dieksplorasi. Salah satunya ialah Goa Kiskendo yang berada di Kulon Progo. Gua ini berada di Pegunungan Menoreh, di atas ketinggian 1200 m dari permukaan air laut. Sekitarnya berupa hutan, tetapi sudah ada perkampungan dan jalan alternatif yang bisa dilewati. Pada tahun 1820, Goa Kiskendo ditemukan. Kemudian, pada
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang, penyu, dan lain sebagainya. Di pantai ini, penyu-penyu mendarat dan bertelur dengan nyaman. Sebab, pantai ini masih belum banyak terjamah manusia, sehingga aman bagi aktivitas hewan - hewan itu. Pemandangan menarik lainnya ialah masyarakat yang biasa mencari lobster di sekitar pantai, baik di tepi pantai maupun atas bukit. Ada dua buah bukit di pantai Ngetun. Di bukit inilah, lobster-lobster bersembunyi, sehingga banyak masyarakat memancing lobster di sini. Tak hanya itu, bukit ini juga biasa dijadikan latar belakang foto oleh para wisatawan. Ketika matahari mulai terbenam, pantai ini tak meredup kecantikannya. Langit terlihat kekuningan, berwarna jingga. Cocok untuk pemuja dan penikmat senja. Sedangkan, bila pagi menjelang, perpaduan cahaya matahari pagi dan pasir putih membuat keindahan pantai ini semakin memancar, terkesan segar dan bersemangat. Bagi penyuka fotografi, hal ini bisa dijadikan sebagai objek foto. Banyak pepohonan di sekitar Pantai Ngetun. Pohon ini dihuni oleh burung-burung yang siap menyambut kita dengan kicauannya. Suasana menjadi lebih damai. Karena di pantai ini belum ada fasilitas gazebo, kita bisa duduk di bawah pohon ini sembari melihat pantai dan mendengar kicauan burung. Hal ini justru menjadi daya tarik karena minimalis dan alami. Warna air laut yang kebiruan karena bersih dan tidak tercemar limbah membuat kita betah memandang keindahan Pantai Ngetun. Bahkan, pada saat air laut surut, karang-karang kecil, tanaman laut, dan ikan-ikan kecil berenang terlihat jelas. Kita bisa camping bersama teman atau keluarga menikmati keindahan alam atau refreshing sejenak dari kepenatan di Pantai Ngetun ini. Lokasinya berada di Sureng, Purwodadi, Tepus, Pantai,
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang,
Salah satu Wisata Alam di Yogyakarta yang berada di Gunungkidul adalah Watu Amben. Tepatnya, berada di salah satu Puncak Bukit Seribu, yakni di dekat Bukit Bintang. Nama wisata ini diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki makna tempat tidur yang terbuat dari batu. Sesuai dengan namanya, di sini terdapat batu yang bentuknya mirip dengan tempat tidur atau ranjang. Uniknya, batu ini terletak di tepi jurang yang mana kedalaman jurang dapat mencapai ratusan meter. Karena masih tergolong baru, lokasi wisata ini belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Meskipun demikian, pemandangan yang disuguhkan tidak dapat dipandang sebelah mata. Pemandangan yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi menjadi rekomendasi pas bagi kalian yang ingin melepas penat. Sebelum dijadikan lokasi wisata, Watu Amben sering dijadikan tempat istirahat bagi petani yang sedang mencari pakan untuk ternak mereka. Tentu saja, tempat ini dipilih karena keindahan alamnya yang memukau sehingga bisa menghilangkan rasa capek setelah mencari rumput. Dari sini, kalian bisa melihat indahnya kota Jogja dari ketinggian. Saat cuaca sedang mendukung, kalian juga bisa melihat indahnya Gunung Merapi, Sumbing, dan Merbabu. Tak kalah menarik, sunset di sini juga terkenal sangat indah dan menawan. Udara yang sejuk dan pemandangan yang indah menjadi perpaduan sempurna bagi pengunjung yang ingin berwisata. Selain itu, lokasi ini juga sangat pas untuk berswafoto sebagai pelengkap koleksi di galeri ponsel maupun di media sosial. Tidak hanya siang hari, pengunjung juga bisa menangkap gambar pada malam hari. Lampu yang menghiasi kota Joga seperti bintang yang bertaburan di angkasa. Indah sekali tentunya. Di sini, pengunjung juga bisa menemukan beberapa gazebo yang dapat digunakan sebagai tempat untuk bersantai. Atau, dapat pula menikmati pemandangan indah ditemani makanan khas yang disediakan di warung sekitar Watu Amben. Kabar baiknya, pengunjung tidak dikenakan biaya untuk bisa menikmati keindahan alam dari Watu Amben ini. Tetapi, pengunjung perlu membayar parker 2.000 rupiah untuk motor dan
Salah satu Wisata Alam di Yogyakarta yang berada di Gunungkidul adalah Watu Amben. Tepatnya, berada di salah satu Puncak Bukit Seribu, yakni di dekat Bukit Bintang. Nama wisata ini diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki makna tempat tidur yang terbuat dari batu. Sesuai dengan namanya, di sini terdapat batu yang bentuknya mirip dengan tempat tidur