Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma yang ada di Jember, Jatim. Hanya saja, batu yang dimiliki oleh kedua pantai ini memiliki bentuk berbeda. Batu tersebut disebut juga dengan lumbung oleh warga sekitar karena bentuknya memang mirip lumbung padi. Sehingga, pantai ini diberi nama sesuai dengan bentuk lumbung padi tersebut, yakni Pantai Watu Lumbung. Pengunjung dapat melihat batu lumbung ini secara lebih dekat saat air laut surut. Karena batu ini terletak di 50 meter dari bibir pantai, sehingga batu ini tidak bisa dijangkau jika sedang pasang. Selain batu berbentuk lumbung, di pantai ini juga menyuguhkan keindahan alam lain berupa berbagai tanaman hijau yang tumbuh liar di sekitar pantai. Air yang biru dan jernih menambah keindahan Pantai ini. Pengunjung bisa bermain air, memancing, dan mandi di Pantai Watu Lumbung. Namun, mandi di sini hanya boleh dilakukan saat pantai tidak pasang. Tentunya, pengunjung dapat berfoto sesuka hati di pantai ini dengan tenang dan nyaman sepuasnya. Suasana yang masih cenderung sepi membuat gambar yang diambil benar-benar berlatar belakang pemandangan pantai yang indah dan alami. Di sini juga banyak pengunjung yang menghabiskan malam atau camping dengan rekan kuliah maupun rekan kerja. Sebagian besar, mereka mengejar pemandangan indah saat sunrise dan sunset. Pengunjung hanya dikenakan biaya 5.000 rupiah untuk masuk ke Pantai Watu Lumbung. Harga ini memang sudah menjadi standar untuk mengunjungi kawasan pantai yang ada di Gunungkidul. Sedangkan, biaya parkir adalah 3.000 rupiah untuk sepeda motor dan 5.000 rupiah untuk mobil. Bagi yang ingin berkemah, tentu saja harus membawa perlengkapan camping secara mandiri. Namun, untuk beberapa
Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma
Bukan rahasia lagi jika Gunungkidul dikenal sebagai surganya pantai di Jogja. Hal ini tidak lain karena memang di bagian selatan Gunungkidul memiliki deretan pantai dengan keindahan yang luar biasa. Di sini terdapat banyak pantai, baik yang sudah terkenal maupun yang baru saja dikenal dan belum banyak dikunjungi wisatawan.Pantai Ngrenehan Belum lama ini, Gunungkidul kembali membuka destinasi wisata pantai baru untuk wisatawan. Salah satu pantai yang baru dikenalkan ini adalah Pantai Ngrenehan yang memiliki potensi wisata luar biasa indahnya. Nama Ngrenehan berasal dari bahasa Jawa, yaitu “reneh” yang berarti ajakan atau suruhan untuk datang ke sini. Setibanya di pantai ini, pengunjung langsung disambut dengan suasana klasik. Terlihat jelas pasir putih menghiasi tepi pantai dan ditambah dengan birunya air laut menambah suasana pantai begitu nyaman dan menenteramkan. Pemandangan tebing yang tinggi di setiap sisi pantai menambah lengkap keindahan Pantai Ngrenehan sehingga membuat pengunjung tidak cepat bosan. Di sini, pengunjung juga bisa melihat perahu yang biasa digunakan nelayan untuk mencari ikan. Perahu-perahu itu berjejer di tepi pantai dengan rapi. Pantai Ngrenehan tergolong curam, tetapi ombaknya tidak besar seperti ombak di pantai di Gunungkidul lainnya. Uniknya, pengunjung dapat menemukan bentuk pantai seperti teluk karena adanya kumpulan batu karang di pinggir pantai. Di sini juga banyak ditemukan cangkang berukuran kecil yang tersebar sehingga sekilas mirip dengan koral laut. Bonus yang diperoleh di pantai ini adalah pengunjung dapat melihat aktivitas warga sekitar, mulai dari persiapan melaut, menjual hasil tangkapan, hingga memperbaiki jaring ikan yang rusak. Selain itu, di sini juga terdapat pelelangan ikan, sehingga pengunjung dapat langsung membeli hasil tangkapan nelayan yang masih segar. Tentu saja, dengan harga yang lebih terjangkau jika dibandingkan beli di pasar atau supermarket. Untuk masuk ke Pantai Ngrenehan, pengunjung dikenakan biaya yang cukup terjangkau. Hanya diperlukan 5.000 rupiah per orang, pengunjung bisa menikmati keindahan yang ada di pantai ini. Selain biaya
Bukan rahasia lagi jika Gunungkidul dikenal sebagai surganya pantai di Jogja. Hal ini tidak lain karena memang di bagian selatan Gunungkidul memiliki deretan pantai dengan keindahan yang luar biasa. Di sini terdapat banyak pantai, baik yang sudah terkenal maupun yang baru saja dikenal dan belum banyak dikunjungi wisatawan.Pantai Ngrenehan Belum lama ini, Gunungkidul kembali membuka
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro Pakualaman, museum ini sudah berdiri sejak 29 Januari 1981 lalu. Selain dijadikan tempat penyimpanan barang peninggalan bersejarah, museum juga dijadikan sebagai objek wisata berbasis sejarah dan budaya. Pengunjung diberi edukasi tentang sejarah dan penggunaan barang-barang peninggalan tersebut. Didirikan sejak pada masa Paku Alam V, bangunan Museum Puro Pakualaman ini tidak lebih luas jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta, yakni sekitar 816 meter persegi luasnya. Bangunan ini adalah milik Puro Pakualaman dan dilakukan renovasi pada tahun 1981 dengan persetujuan langsung dari Sri Paku Alam. Dalam realisasi perbaikannya, pemerintah juga ikut membantu, yakni melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan gambaran budaya dan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Pakualaman. Barang peninggalan zaman VOC banyak dijumpai di sini yang terbagi menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama adalah sebuah ruangan yang berisi silsilah keluarga Paku Alam. Selain itu, ada pula perjanjian politik antara Inggris dan Belanda dalam bentuk dokumen, dan juga beberapa foto Paku Alam yang diambil zaman dulu. Pengunjung juga bisa menemukan denah Museum Puro Pakualaman. Pada bagian kedua, terdapat barang dan peralatan yang digunakan saat Puro Pakualaman masih jaya. Di sini pula, pengunjung dapat menemukan koleksi kostum tari, pakaian prajurit, dan juga pakaian milik permaisuri Pangeran Adipati Praja Pakualaman. Selain itu, ternyata di sini juga menyimpan pakaian yang dipakai oleh abdi dalem Pakualaman. Tidak ketinggalan pula pakaian Pangeran Adipati Praja Pakualaman dan Bedoyo Samgita Hasta yang sangat menarik untuk diketahui. Sedangkan, pada bagian ketiga terdapat kereta kuda bernama Kereta Kiai Manik
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro
Jika mendengar wisata di Bantul, Jogja, apa yang terpikirkan oleh kalian? Pantai Parangtritis? Ya, jawaban tersebut tidak salah. Namun, jangan salah ya, karena banyak sekali destinasi wisata di Bantul yang bisa dikunjungi selain Pantai Parangtritis. Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi di Bantul adalah Air Terjun Tuwondo. Saat ini, air terjun ini masih dalam masa pengembangan sebagai objek wisata baru di Bantul yang berbasis pedesaan alami. Uniknya, air terjun yang satu ini memiliki bentuk seperti tangga yang terbuat dari batu. Sehingga, nama Tuwondo disematkan untuk air terjun ini yang berarti “watu” dan “ondo”. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah batu bertangga. Keunikan lain yang ditemui di air terjun ini adalah aliran airnya yang terbelah menjadi dua. Air mengalir melewati batu-batu bertangga sejumlah tiga tingkat. Masing-masing tingkat memiliki ketinggian kurang lebih 3 sampai 5 meter. Selain itu, pepohonan jati di sekitar air terjun juga menambah keindahan alam yang terpancar dengan jelas. Saat sampai di kawasan ini, pengunjung akan menemukan banyak himbauan agar tidak bersandar di dinding yang ada di sekitar Air Terjun Tuwondo. Karena, hal itu berbahaya dan demi keamanan pengunjung itu sendiri. Seperti sebagian besar air terjun di Jogja, debit air di sini juga sangat tergantung dengan musim. Tentu saja, pada musim hujan debit airnya semakin besar dan keruh. Namun, keruhnya air di air terjun ini memang disebabkan adanya partikel tanah merah yang terdapat di dalam aliran air. Jika dibandingkan dengan air terjun lain, memang di sini airnya lebih keruh. Destinasi wisata Air Terjun Tuwondo ini masih dikelola secara manual oleh penduduk sekitar dan karang taruna. Sehingga, belum ditemukan fasilitas yang lengkap seperti objek wisata lain di Jogja. Namun, oleh karena itu pula, pengunjung masih diberlakukan tarif suka rela, baik untuk memasuki kawasan ini maupun untuk parkir. Mengunjungi Air Terjun Tuwondo saat masih alami tentu akan memberi kesan tersendiri bagi pengunjung.
Jika mendengar wisata di Bantul, Jogja, apa yang terpikirkan oleh kalian? Pantai Parangtritis? Ya, jawaban tersebut tidak salah. Namun, jangan salah ya, karena banyak sekali destinasi wisata di Bantul yang bisa dikunjungi selain Pantai Parangtritis. Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi di Bantul adalah Air Terjun Tuwondo. Saat ini, air terjun ini masih dalam masa
Di Jogja, terdapat beberapa wisata yang bernama Banyunibo, yakni Candi Banyunibo, Air Terjun Banyunibo, dan Curug Banyunibo. Meskipun memiliki nama yang sama, namun ketiganya terletak di tiga tempat berbeda. Air Terjun Banyunibo terletak di Gunungkidul dan Candi Banyunibo terletak di dekat Candi Ratu Boko, sedangkan Curug Banyunibo berada di Bantul. Curug Banyunibo merupakan destinasi wisata baru yang sedang dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul, Jogja. Meskipun sudah lama ada, tetapi belum banyak orang yang mengetahui. Destinasi wisata alam yang satu ini tahun 2013 mulai banyak dikunjungi, tetapi pada saat itu hanya ramai pada weekend. Untuk itu, pemerintah dan pengelola setempat mulai serius mengembangkan dan memperkenalkan Curug Banyunibo kepada pengunjung agar lebih menarik perhatian. Uniknya, Curug ini terletak di tengah hutan yang masih sangat asri dan alami. Bahkan, untuk mencapainya, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 100 meter dari penitipan motor karena akses yang tidak memungkinkan membawa kendaraan lebih dekat lagi. Di sepanjang perjalanan menuju curug dari penitipan kendaraan, kita dapat duduk bersantai di gazebo yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Banyak pengunjung yang sengaja duduk santai di gazebo untuk menikmati keindahan alam, sejuknya udara, dan juga suara gemericik air yang menenangkan. Selain itu, pengunjung dapat pula bermain air di bawah Curuh Banyunibo yang memiliki ketinggian 10 meter tersebut. Kolam airnya yang tidak terlalu dalam dan debit air yang tidak terlalu deras membuat pengunjung nyaman saat bermain air. Air di sini sangat jernih dan alami, sehingga baik dipandang maupun dipakai untuk bermain air tetap akan membuat hati siapa pun menjadi tenang. Untuk itu, jangan melewatkan berswafoto di sini yang pemandangannya masih sangat alami dan indah. Untuk memasuki Curug Banyunibo, pengunjung belum dikenakan biaya. Namun, ada biaya jasa untuk penitipan kendaraan bermotor, yakni 2.000 rupiah untuk sepeda motor dan 10.000 rupiah untuk kendaraan roda empat. Jika ingin berkunjung ke Jogja, Curug Banyunibo, dan berbagai
Di Jogja, terdapat beberapa wisata yang bernama Banyunibo, yakni Candi Banyunibo, Air Terjun Banyunibo, dan Curug Banyunibo. Meskipun memiliki nama yang sama, namun ketiganya terletak di tiga tempat berbeda. Air Terjun Banyunibo terletak di Gunungkidul dan Candi Banyunibo terletak di dekat Candi Ratu Boko, sedangkan Curug Banyunibo berada di Bantul. Curug Banyunibo merupakan destinasi wisata
Sebelum didirikan beberapa wisata ramah anak di Jogja, telah hadir beberapa desa yang dikembangkan menjadi wisata edukasi... Yap! Salah satunya adalah Desa Wisata Kembang Arum. Desa Wisata Kembang Arum terletak di Kembangarum 13, Donokerto, Turi, Wetan Kali, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55551. Pemukiman yang indah ini memiliki lahan yang cukup luas sekitar 22 hektar dan desa ini juga mendapatkan penghargaan menjadi pemenang juara 1 dalam Festival Desa Wisata tahun 2008. Nah dari situ, mulailah semakin dikembangkan berbagai kegiatan sebagai wisata beredukasi sehingga belajar ke alam secara langsung akan membuat inteligensi dan motorik anak berkembang. Seperti apa aktivitas kegiatan alam di Desa Wisata Kembang Arum ? Suasana Desa Kembang Arum yang tenang, asri, dengan udara segar, dan suasana pedesaan yang masih khas menjadi daya tarik tersendiri, sehingga kerap kali desa ini dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event. Maka dari itu, desa ini memiliki 1 rumah yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan event. Aktivitas yang ada di lokasi wisata ini bermacam – macam seperti aktivitas alam, aktivitas wahana dan lain – lain. Aktivitas yang telah di sediakan dapat anda nikmati bersama dengan keluarga untuk bersenang – senang, memberikan edukasi ke anak, serta menghabiskan waktu bersama yang akan menyatuhkan keluarga. Berbagai wahana yang dimiliki salah satu nya yaitu wahana outbound. Apa saja wahana outbound itu? Flying Fox (Arsitayogyakarta.com) Permainan yang satu ini ditujukan untuk memacu adrenalin anda dan anak, dari ketinggian sekitar 5 meter, ditambah lagi anda dapat merasakan segarnya udara desa dengan pemandangan yang indah hlo. Tapi tenang, tentunya wisata ini aman karena dibantu oleh pemandu profesional dan menggunakan peralatan standard. Jembatan Layang (kotajogja.com) Pada kegiatan kali ini akan dihadapkan pada sebuah jembatan yang berada di atas kolam air, dan anda akan ditantang untuk melewati jembatan tersebut. Yak tentunya kegiatan ini akan membantu anda dan anak
Sebelum didirikan beberapa wisata ramah anak di Jogja, telah hadir beberapa desa yang dikembangkan menjadi wisata edukasi… Yap! Salah satunya adalah Desa Wisata Kembang Arum. Desa Wisata Kembang Arum terletak di Kembangarum 13, Donokerto, Turi, Wetan Kali, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55551. Pemukiman yang indah ini memiliki lahan yang cukup luas sekitar
Berbicara tentang desa wisata, di Yogyakarta adalah surganya. Salah satu wisata alam ini sangat digemari oleh pengunjung karena banyak hal yang dapat dilakukan. Selain berlibur dan menghilangkan penat, berwisata ke desa wisata juga dapat dijadikan sarana edukasi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Desa Wisata Brayut Salah satu desa wisata yang banyak dikunjungi di Jogja adalah Desa Wisata Brayut. Terletak di Kabupaten Sleman, Kecamatan Sleman. desa wisata ini sangat sejuk dan memperlihatkan pemandangan alam yang khas pedesaan. Di sini, salah satu keunggulan yang ditonjolkan adalah pertaniannya yang bagus. Karena, sebagian besar penduduk di Desa Brayut memiliki mata pencaharian sebagai petani. Suhu udara di desa wisata ini tergolong sejuk, yakni 26 derajat celcius. Hal itu dikarenakan letaknya berada di ketinggian sekitar 243 di atas permukaan laut. Sejarah terbentuknya Desa Brayut tidak terlepas dari Bapak Budi Utomo seorang Dosen Akindo dan pengajar bahasa di Lembaga Pendidikan Bahasa Indonesia untuk orang asing di Turi, Sleman. Karena untuk mengajarkan bahasa perlu aktivitas interaksi dengan masyarakat lokal, maka beliau selaku tuan rumah Desa Brayut melihat potensi yang terdapat di desa nya tersebut, maka beliau untuk mengedukasi masyarakat untuk menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu asing perlu adanya lembaga. Untuk itu beliau membuat Yayasan Ani-ani di Desa Brayut. Sejak itulah desa Brayut mulai dikenal untuk orang-orang asing melalui lembaga bahasa ini. Perkembangan selanjutnya tidak hanya tamu asing yang datang tetapi wisatawan lokal dan pelajarpun mulai mengunjungi desa Brayut. 10 Kegiatan Yang Wisatawan Lakukan di Desa Brayut 1 Belajar Bercocok Tani Desa Wisata Brayut merupakan tempat bagi pengunjung yang ingin mengetahui cara bertani yang baik dan benar. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar secara langsung cara bercocok tanam dengan mengikuti kegiatan penduduk Desa Brayut saat bertani. Desa Brayut mempunyai paket-paket aktivitas bertani untuk wisatawan yaitu paket membajak sawah dengan menggunakan alat Bajak Tradisional berupa sapi dan perlengkapannya. Kegiatan
Berbicara tentang desa wisata, di Yogyakarta adalah surganya. Salah satu wisata alam ini sangat digemari oleh pengunjung karena banyak hal yang dapat dilakukan. Selain berlibur dan menghilangkan penat, berwisata ke desa wisata juga dapat dijadikan sarana edukasi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Desa Wisata Brayut Salah satu desa wisata yang banyak dikunjungi di Jogja