Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah yang licin berpagar bambu seadanya. Dengan ketinggian sekitar 1.017 mdpl, puncak ini memikat siapa pun yang berkunjung. Daya tarik dan kekhasan Puncak Widosari adanya sebongkah baru berukuran besar yang amat unik. Hal ini menjadikan puncak ini semakin unik. Di samping batu raksasa ini, ada gardu pandang atau beberapa spot foto. Selain itu, pengunjung pun bisa menikmati gagahnya Gunung Merapi, anggunnya Gunung Merbabu, dan eksotisnya bibit pantai Laut Selatan dari puncak ini. Bila ingin refreshing dan menikmati kesegaran alam, maka Puncak Widosari sangat cocok dikunjungi. Bagi penghobi fotografi, panorama di sana juga tidak bisa dilewatkan. Sebab, suguhan hamparan hijau yang luas itu layak diabadikan. Pohon yang berjumlah ribuan di bawah puncak ini pun terlihat jelas pada saat cuaca cerah dan tidak berembun. Memanjakan mata wisatawan yang terbiasa dengan hiruk-pikuk dan hinggar-bingar perkotaan. Selain itu, mengambil foto dengan berlatar belakang bongkahan batu besar juga tak kalah menarik. Pada waktu tertentu, warga masyarakat di Puncak Widosari mengadakan sebuah acara, yakni nyadran dan merti dusun sebelum bulan Ramadhan tiba. Bila beruntung, pengunjung bisa menyaksikan acara ini. Nah, sebagaimana puncak pegunungan lainnya, di puncak ini, pengunjung juga bisa menikmati keindahan sunrise dan segarnya suasana pagi bila berkunjung pada pagi hari. Sedangkan, bila datang pada sore hari, pengunjung bisa menikmati romantisme jingga dari matahari terbenam. Menjelang malam, lampu-lampu Kota Yogyakarta, Magelang, juga Purworejo gemerlapan seperti bintang. Namun, hal yang harus diperhatikan ialah pengunjung harus berhati-hati karena terdapat jurang yang dalam di sisi-sisi di puncak ini. Puncak Widosari berada di Dusun Tritis,
Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah
Berbagai tempat wisata di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, juga layak untuk dieksplorasi. Nah, di kabupaten ini terdapat banyak peninggalan bersejarah berupa candi, salah satunya ialah Candi Gebang. Candi Gebang diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yakni pada abad ke-8 Masehi, di bawah kepemimpinan Wangsa Sanjaya. Pada sekitar tahun 1936, warga menemukan patung Ganesha. Selajutnya, para arkeolog mulai melakukan penelitian di sekitar tempat ditemukannya patung Ganesha tersebut. Ternyata, memang benar terdapat candi. Kemudian, candi ini mengalami pemugaran pertama yang dipimpin oleh Van Romondt pada tahun 1937 hingga 1939. Candi Gebang seluas 5,25x5,25 meter ini berdiri di atas kaki bangunan setinggi sekitar 2 meter. Tinggi keseluruhan candi ialah 8 meter, sedangkan bahan dasarnya berupa batu andesit. Candi ini mempunyai ciri khas berupa puncak berbentuk lingga tegak di atas seroja. Hal ini mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri. Di kiri dan kanan pintu masuk candi yang terletak di sisi timur, terdapat relung tempat arca. Di relung sebelah utara, terdapat arca nandiswara, sedangkan di sebelah selatan kosong. Konon, terdapat arca Mahakala di dalam relung yang kosong itu. Sementara itu, di sisi barat, terdapat relung berisi arca Ganesha yang sedang duduk di atas yoni dengan belalai mengarah ke utara. Selain itu, keunikan lainnya ialah tidak adanya tangga untuk naik ke selasar di permukaan kaki candi. Namun, di candi lainnya, terdapat tangga berbentuk batu berundak yang menghubungkan kaki candi dengan ruangan utama. Meskipun begitu, terdapat dugaan bahwa tangga di candi Gebang terbuat dari kayu atau bahan lain yang mudah rapuh. Namun, belum da informasi jelas tentang tidak adanya tangga ini. Taman yang tertata rapi menambah keeksotisan dan keindahan Candi Gebang. Banyak pohon rindang dan bangku taman yang membuat pengunjung lebih nyaman beristirahat ketika lelah berkeliling candi. Lokasi Candi Gebang berada di Dusun Gebang, Kelurahan Widomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk masuk ke Candi
Berbagai tempat wisata di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, juga layak untuk dieksplorasi. Nah, di kabupaten ini terdapat banyak peninggalan bersejarah berupa candi, salah satunya ialah Candi Gebang. Candi Gebang diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yakni pada abad ke-8 Masehi, di bawah kepemimpinan Wangsa Sanjaya. Pada sekitar tahun 1936, warga menemukan patung Ganesha. Selajutnya, para
Salah satu tempat wisata menarik di Kabupaten Bantul ialah Goa Gajah Mangunan. Di dalam Gua ini, terdapat batu yang menyerupai gajah. Dari situlah nama gua ini berasal. Gua horisontal ini mempunyai kedalaman sekitar 200 meter. Namun, belum ada yang tahu kedalaman pastinya. Sebab, ada tumpukan tanah di sebagian gua, sehingga jalan yang dilalui sempit. Di sepanjang Gua Gajah Mangunan ini, terdapat stalaktit dan stalakmit. Terdapat sebuah pohon besar berada di ujung Goa Gajah Mangunan. Bahkan, tingginya menjulang hingga keluar gua. Semak-semak juga tumbuh di dalam gua ini. Hal ini akibat atap dan tanah yang gua yang runtuh, sehingga tanaman di atasnya bisa masuk ke dalam gua. Dan, bila dilihat-lihat, maka seperti hutan kecil di dalam gua. Sungguh menakjubkan! Dari pintu masuk hingga pintu keluar, jaraknya sekitar 200 meter saja. Gua Gajah Mangunan memiliki mulut gua yang besar dan lebar. Ruangan besar di dalamnya memiliki jalan kecil untuk susur gua. Pengunjung harus merunduk ketika melewatinya karena ukurannya hanya sekitar 1 meter. Lorong atau jalan kecil ini, oleh penduduk, diberi nama Lorong Ular. Untuk memasuki Goa Gajah Mangunan pengunjung harus membawa atau menyewa alat penerangan/senter karena kondisi sangat gelap. Nah, salah satu hal menarik yang ada di gua ini ialah cahaya dari surga. Cahaya ini berupa fenomena sinar matahari yang masuk ke dalam gua melalui lubang, yang berada di atasnya. Cahaya ini seolah-olah seperti sorotan lampu di dalam ruangan yang sangat gelap. Ada baiknya, wisatawan berkunjung pada jam 12 siang. Sebab, sinar matahari yang masuk ke dalam gua datang dari arah barat. Pada sore hari, sinar matahari itu menerobos masuk gua dengan maksimal. Apalagi, bila cuaca sedang cerah, maka keindahan fenomena ini pun dapat dinikmati dengan maksimal pula. Sedangkan, di sekeliling gua ini, udaranya sangat sejuk. Hal ini membuat wisatawan betah berlama-lama di sana. Goa Gajah Mangunan berada di Dusun Lemah Abang,
Salah satu tempat wisata menarik di Kabupaten Bantul ialah Goa Gajah Mangunan. Di dalam Gua ini, terdapat batu yang menyerupai gajah. Dari situlah nama gua ini berasal. Gua horisontal ini mempunyai kedalaman sekitar 200 meter. Namun, belum ada yang tahu kedalaman pastinya. Sebab, ada tumpukan tanah di sebagian gua, sehingga jalan yang dilalui sempit. Di
Keindahan Kabupaten Bantul juga tak kalah dengan kabupaten lainnya di Yogyakarta. Salah satu objek wisata yang sekaligus media pembelajaran sejarah ialah Goa Selarong Bantul. Goa Selarong memang terkenal. Sebab, selain keindahannya, gua ini merupakan bekas benteng pertahanan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya. Dari kisah ini, gua ini juga disebut sebagai Goa Diponegoro. Bahkan, di gapura gua ini ada patung Pangeran Diponegoro yang memakai jubah hitam sedang naik kuda. Patung ini sebagai simbol keberanian Pangeran Diponegoro dalam mempertahankan bangsa ini melawan tentara Belanda. Sedangkan, di dekat tempat parkit, terdapat patung Pangeran Diponegoro yang memakai jubah berwarna putih. Goa Selarong berada di bukit kapur berketinggian kurang lebih 35 meter dikelilingi pohon-pohon rindang dan lebat. Memang, gua ini letaknya terbilang curam. Bahkan, untuk mencapai gua ini, pengunjung harus melalui ratusan anak tangga sejauh 400 meter. Goa Selarong ini memiliki ketinggian tidak lebih dari 2 meter, sedangkan lebarnya hanya 3 meter. Sementara itu, panjangnya pun sekitar 3 meter. Goa Selarong ini berbentuk bukit batu. Ada dua lubang di bukit itu. Nah, ketika zaman penjajahan dulu, kedua lubang ini menjadi tempat persembunyian Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dari kejaran Belanda. Kisah awal mula gua ini ialah ketika Pangeran Diponegoro kalah dalam hal senjata serta pasukan. Di dalam Goa Selarong Bantul ini, Pangeran Doponegoro menyusun strategi perang gerilya. Bila dilihat dari liar, gua ini tampak buntu. Namun, pada saat Pangeran Diponegoro beserta pasukannya memasuki gua ini, tidak tampak dari luar. Perang yang berlangsung sejak tahun 1825 hingga 1830 ini berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro, yang lalu diasingkan ke Makasar oleh Belanda. DI pengasingan itu, Pangeran Diponegoro wafat. Konon, banyak orang mengatakan bahwa Goa Selarong Bantul merupakan tempat angker. Pada malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, terdengar suara gamelan ditabuh dari gua itu. Selain itu, kabarnya, ada semacam larangan yang berlaku ketika mendatangi gua ini, yakni tidak diperbolehkan untuk
Keindahan Kabupaten Bantul juga tak kalah dengan kabupaten lainnya di Yogyakarta. Salah satu objek wisata yang sekaligus media pembelajaran sejarah ialah Goa Selarong Bantul. Goa Selarong memang terkenal. Sebab, selain keindahannya, gua ini merupakan bekas benteng pertahanan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya. Dari kisah ini, gua ini juga disebut sebagai Goa Diponegoro. Bahkan, di gapura gua
Keindahan destinasi wisata di Yogyakarta memang tak habis dieksplorasi. Salah satunya ialah Goa Kiskendo yang berada di Kulon Progo. Gua ini berada di Pegunungan Menoreh, di atas ketinggian 1200 m dari permukaan air laut. Sekitarnya berupa hutan, tetapi sudah ada perkampungan dan jalan alternatif yang bisa dilewati. Pada tahun 1820, Goa Kiskendo ditemukan. Kemudian, pada tahun 1964, gua ini dijadikan destinasi wisata religi. Nah, baru pada tahun 1974 hingga 1975, Goa Kiskendo dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 1979, gua ini diresmikan menjadi tempat wisata. Nama Goa Kiskenda ini tidak terlepas dari kisah pewayangan. Konon, asal-usul gua ini terkait kisah Subali yang dimintai bantuan oleh para dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara yang dibawa ke bumi oleh Patih Lembusura atas perintah kakaknya, yakni Prabu Mahesasura. Jika ingin mengetahui kisah ini, kita bisa datang langsung, mengunjungi Goa yang tepatnya berada di Jalan Goa Kiskendo, Girimulyo, Sokomoyo, Jatimulyo, Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terlepas dari mitos tersebut, keindahan Goa ini mampu membuat banyak orang takjub. Suasananya sangat sejuk dan dingin. Juga, terdapat relief kisah pewayangan asal-usulnya. Secara ilmiah, gua ini terbentuk karena resapan air. Resapan air ini ada selama ratusan tahun yang panjangnya kurang dari 600 m, bercabang banyak, serta cahaya remang-remang. Kesan mistis Goa ini pun bertambah dengan adanya tempat untuk bertapa, yakni Pertapaan Tledek, Lumbung Kampek, Padasan, Selumbung, Sabtri Tani, Semelong, Kusuma, dan lain sebagainya. Bahkan, beberapa waktu lalu, di dekat gua ini diadakan sendratari, tentu saja dengan kisah Sugriwa dan Subali yang lekat dengan gua ini. Hal ini merupakan tema perwakilan Girimulyo dalam rangkaian HUT RI. Meskipun lokasinya jauh dari pusat kota, akses menuju objek wisata Goa Kiskendo cukup mudah. Harga tiketnya pun murah, yakni 5.000,- rupiah saja per orang. Sementara itu, untuk parkit, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah
Keindahan destinasi wisata di Yogyakarta memang tak habis dieksplorasi. Salah satunya ialah Goa Kiskendo yang berada di Kulon Progo. Gua ini berada di Pegunungan Menoreh, di atas ketinggian 1200 m dari permukaan air laut. Sekitarnya berupa hutan, tetapi sudah ada perkampungan dan jalan alternatif yang bisa dilewati. Pada tahun 1820, Goa Kiskendo ditemukan. Kemudian, pada
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang, penyu, dan lain sebagainya. Di pantai ini, penyu-penyu mendarat dan bertelur dengan nyaman. Sebab, pantai ini masih belum banyak terjamah manusia, sehingga aman bagi aktivitas hewan - hewan itu. Pemandangan menarik lainnya ialah masyarakat yang biasa mencari lobster di sekitar pantai, baik di tepi pantai maupun atas bukit. Ada dua buah bukit di pantai Ngetun. Di bukit inilah, lobster-lobster bersembunyi, sehingga banyak masyarakat memancing lobster di sini. Tak hanya itu, bukit ini juga biasa dijadikan latar belakang foto oleh para wisatawan. Ketika matahari mulai terbenam, pantai ini tak meredup kecantikannya. Langit terlihat kekuningan, berwarna jingga. Cocok untuk pemuja dan penikmat senja. Sedangkan, bila pagi menjelang, perpaduan cahaya matahari pagi dan pasir putih membuat keindahan pantai ini semakin memancar, terkesan segar dan bersemangat. Bagi penyuka fotografi, hal ini bisa dijadikan sebagai objek foto. Banyak pepohonan di sekitar Pantai Ngetun. Pohon ini dihuni oleh burung-burung yang siap menyambut kita dengan kicauannya. Suasana menjadi lebih damai. Karena di pantai ini belum ada fasilitas gazebo, kita bisa duduk di bawah pohon ini sembari melihat pantai dan mendengar kicauan burung. Hal ini justru menjadi daya tarik karena minimalis dan alami. Warna air laut yang kebiruan karena bersih dan tidak tercemar limbah membuat kita betah memandang keindahan Pantai Ngetun. Bahkan, pada saat air laut surut, karang-karang kecil, tanaman laut, dan ikan-ikan kecil berenang terlihat jelas. Kita bisa camping bersama teman atau keluarga menikmati keindahan alam atau refreshing sejenak dari kepenatan di Pantai Ngetun ini. Lokasinya berada di Sureng, Purwodadi, Tepus, Pantai,
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang,
Pantai Jungwok, sudah pernahkah anda mendengar soal pantai ini? Meski masih banyak yang merasa asing dengan nama Jungwok, namun pantai ini mampu menghadirkan keindahan luar biasa, dan lagi-lagi surga tersembunyi di Gunung Kidul mampu membuat nyaman. Pantai Jungwok, dinamakan Jungwok karena memiliki garis pantai berupa cekungan, masih sangat alami dan indah, meski ukuran pantai lebih kecil dari beberapa pantai lainnya, namun pesonanya mampu menandingi deretan pantai di Gunungkidul lainnya. Rute Rute untuk mencapai Pantai Jungwok bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil, dari Kota Yogyakarta maka melewati Jalan Bausasran lurus hingga ke SMA N 8 Yogyakarta – PLN Yogyakarta mengikuti Jalan Nasional III dan Jalan Yaogyakarta – Wonosari – Jalan Kiyai Legi – Jalan Pantai Selatan dan Jalan Wediombo baru bisa sampai ke Pantai Jungwok. Sementara itu jika dari Bantul bisa melewati Jalan Imogiri Timur atau Playen Dlingo – Jalan Kiyai Legi – Jalan Pantai Selatan dan Jalan Wediombo hingga sampai ke Pantai Jungwok. Jadi, rute ini terbilang lebih pendek dan cepat dibanding yang sebelumnya di atas. Namun, Jika pengunjung ingin menggunakan transportasi umum, maka bisa dimulai dari terminal Giwangan kemudian menuju arah desa Jepitu dan dari sana pengunjung bisa naik ojek langsung menuju Pantai Jungwok. Hanya saja membutuhkan biaya yang lebih mahal karena untuk ongkos ojeknya saja sekitar Rp 40.000-Rp 50.000 per orang. Namun ada satu hal yang perlu anda ketahui bahwa perjalanan menuju Pantai Jungwok untuk akses jalannya masih terbilang lumayan sulit, sehingga lebih disarankan untuk naik kendaraan pribadi roda dua (motor), karena umumnya akan sulit dilalui kendaraan roda empat, dimana akses jalannya masih cukup sempit. Setelah hujan jalannya pun terkadang lebih terjal dan licin, maka dari itu alangkah baiknya jika anda menggunakan motor non matic/trail. Jangan khawatir, perjalanan anda akan terbayarkan ketika telah sampai di Pantai Jungwok dan melihat keindahannya. Tiket Harga tiket masuk menuju
Pantai Jungwok, sudah pernahkah anda mendengar soal pantai ini? Meski masih banyak yang merasa asing dengan nama Jungwok, namun pantai ini mampu menghadirkan keindahan luar biasa, dan lagi-lagi surga tersembunyi di Gunung Kidul mampu membuat nyaman. Pantai Jungwok, dinamakan Jungwok karena memiliki garis pantai berupa cekungan, masih sangat alami dan indah, meski ukuran pantai lebih
Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma yang ada di Jember, Jatim. Hanya saja, batu yang dimiliki oleh kedua pantai ini memiliki bentuk berbeda. Batu tersebut disebut juga dengan lumbung oleh warga sekitar karena bentuknya memang mirip lumbung padi. Sehingga, pantai ini diberi nama sesuai dengan bentuk lumbung padi tersebut, yakni Pantai Watu Lumbung. Pengunjung dapat melihat batu lumbung ini secara lebih dekat saat air laut surut. Karena batu ini terletak di 50 meter dari bibir pantai, sehingga batu ini tidak bisa dijangkau jika sedang pasang. Selain batu berbentuk lumbung, di pantai ini juga menyuguhkan keindahan alam lain berupa berbagai tanaman hijau yang tumbuh liar di sekitar pantai. Air yang biru dan jernih menambah keindahan Pantai ini. Pengunjung bisa bermain air, memancing, dan mandi di Pantai Watu Lumbung. Namun, mandi di sini hanya boleh dilakukan saat pantai tidak pasang. Tentunya, pengunjung dapat berfoto sesuka hati di pantai ini dengan tenang dan nyaman sepuasnya. Suasana yang masih cenderung sepi membuat gambar yang diambil benar-benar berlatar belakang pemandangan pantai yang indah dan alami. Di sini juga banyak pengunjung yang menghabiskan malam atau camping dengan rekan kuliah maupun rekan kerja. Sebagian besar, mereka mengejar pemandangan indah saat sunrise dan sunset. Pengunjung hanya dikenakan biaya 5.000 rupiah untuk masuk ke Pantai Watu Lumbung. Harga ini memang sudah menjadi standar untuk mengunjungi kawasan pantai yang ada di Gunungkidul. Sedangkan, biaya parkir adalah 3.000 rupiah untuk sepeda motor dan 5.000 rupiah untuk mobil. Bagi yang ingin berkemah, tentu saja harus membawa perlengkapan camping secara mandiri. Namun, untuk beberapa
Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma
Watu Ngadek adalah salah satu lokasi wisata di Jogja yang mulai banyak dikenal wisatawan. Wisata ini adalah berbasis alam dengan latar belakang pemandangan yang indah dan sempurna dari ketinggian. Berlokasi di Bantul, Watu Ngadek dapat ditemui tidak jauh dari Hutan Pinus Pengger. Penamaan wisata ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah batu yang berdiri. Penamaan lokasi wisata ini diambil dari keberadaan batu yang besar dan kuat di pinggir tebing. Jika diperhatikan secara saksama, kontur penyusun batu besar yang ada di wisata ini mirip dengan batu yang ada di Gunung Api Purba Nglanggeran. Dari sini, pengunjung dapat menikmati keindahan alam dari ketinggian. Pemandangan yang eksotis, alami, dan menarik dapat menjadi spot foto yang bagus bagi pengunjung. Pemandangan paling indah dapat ditemui pada pagi dan sore hari ketika matahari menyinari dengan malu-malu. Tidak heran jika banyak pengunjung yang rela datang pada waktu-waktu terbaik itu untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Yang Maha Kuasa. Perlu diketahui, bahwa Watu Ngadek menghadap ke arah barat, sehingga benar-benar menjadi spot melihat sunset yang sempurna. Selain itu, pada malam hari pengunjung dapat melihat keindahan suasana malam di kota Jogja dari ketinggian. Gemerlap lampu menambah keindahan dari spot ini. Pengunjung juga bisa berburu foto di antara jejeran pohon pinus yang tumbuh lurus dan menjulang tinggi. Tentu saja, hasil fotonya bakal bagus banget untuk menghiasi feed di media sosial maupun galeri di ponsel. Spot foto paling difavoritkan oleh pengunjung adalah di atas batu besar yang merupakan ikon wisata ini. Dari atas batu ini, pemandangan latar belakang sangat indah akan terlihat sempurna dan jelas. Pengunjung dapat berswafoto dengan aman dan nyaman karena pihak pengelola telah memberi pagar di sekeliling batu. Sehingga, keselamatan pengunjung tetap diutamakan selama mengambil foto maupun sekadar melihat keindahan alam. Tidak diperlukan biaya mahal untuk masuk ke wisata Watu Ngadek. Tiket yang harus dibayar hanya 2.500 per orang.
Watu Ngadek adalah salah satu lokasi wisata di Jogja yang mulai banyak dikenal wisatawan. Wisata ini adalah berbasis alam dengan latar belakang pemandangan yang indah dan sempurna dari ketinggian. Berlokasi di Bantul, Watu Ngadek dapat ditemui tidak jauh dari Hutan Pinus Pengger. Penamaan wisata ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah batu yang berdiri. Penamaan
Jika kita berkunjung ke suatu daerah, lokasi yang hampir selalu ada adalah Alun-Alun. Ya, tak terkecuali di Jogja, orang akan menemukan Alun-Alun di kota pelajar ini. Bahkan, Keraton Yogyakarta memiliki dua Alun-Alun, yaitu Alun-Alun Selatan (Kidul) dan Alun-Alun Utara. Sesuai namanya, Alun-Alun Utara terletak di sebelah utara Keraton, dan Alun-Alun Kidul terletak di sebelah selatan Keraton. Meskipun sama-sama alun-alun, tetapi keduanya berbeda secara fungsi. Alun-Alun Utara sering digunakan sebagai lokasi untuk mengadakan kegiatan besar yang bersifat massal diantaranya adalah setiap jumat sabtu diadakan Sodoran atau pertandingan menggunakan tombak tumpul kemudian menaiki kuda, kedua saling menyerang. Atau alun-alun utara juga digunakan Pepe atau protes kepada Raja atau Sultan dengan cara massa berkumpul di alun-alun dan berdiam diri, hingga raja mendatangi untuk menanyakan hal yang menjadi tuntutan masyarakat. Selain itu kegiatan massal lain adalah Rampog Macan sebuah pertunjukan beradu dengan hewan buas harimau. Fungsi lain tentunya Alun-Alun Utara lebih difungsikan sebagai pintu gerbang masuknya para tamu Sultan yang ingin menemui beliau, untuk itu dibangun bangunan-bangunan pendopo atau joglo yang berada di beberapa titik mengelilingi alun-alun utara, fungsinya adalah sebagai tempat transit untuk istirahat dikarenakan jaman dahulu perjalanan hanya menggunakan kuda atau jalan kaki. Sedangkan, Alun-Alun Kidul kabarnya digunakan untuk tempat istirahat bagi dewa dan untuk menenangkan hati. Selain itu, konon Alun-Alun Kidul dulu dijadikan lokasi untuk berlatih para prajurit keraton untuk persiapan perang dan pertahanan atau yang di sebut sebagai kegiatan Gladhi Yudha. 5 Aktivitas Seru yang bisa kamu lakuin di Alun-Alun Kidul 1. Aktivitas Seru dan Unik Masangin Berawal digunakan sebagai tempat melatih konsentrasi prajurit dengan mata tertutup, Alun-Alun Kidul memiliki mitos unik yang masih dipercaya hingga saat ini. Yaitu, jika ada orang yang dapat berjalan lurus melewati di antara dua pohon beringin, maka keinginannya akan terwujud atau kegiatan ini dikenal dengan Masangin. Untuk melakukan kegiatan ini tentunya Anda harus meggunakan
Jika kita berkunjung ke suatu daerah, lokasi yang hampir selalu ada adalah Alun-Alun. Ya, tak terkecuali di Jogja, orang akan menemukan Alun-Alun di kota pelajar ini. Bahkan, Keraton Yogyakarta memiliki dua Alun-Alun, yaitu Alun-Alun Selatan (Kidul) dan Alun-Alun Utara. Sesuai namanya, Alun-Alun Utara terletak di sebelah utara Keraton, dan Alun-Alun Kidul terletak di sebelah selatan