Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar dan maksura, yakni tempat khusus Pangeran Paku Alaman. Gerbang sebelah utara Puro Pakualaman sudah tutup, tetapi masih ada gerbang di sebelah selatan. Konon, tempat ini dikelilingi benteng baluwerti yang tak berujung, terbukti dengan adanya tembok setebal dua meter di sisi utara Jalan Sultan Agung. Sri Paduka Paku Alam IX dan wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tinggal di istana ini sekarang. Di Puro Pakualaman, pengunjung bisa melihat Bangsal Sewatama dan museum. Koleksi museum ini berupa terjemahan perjanjian politik berdirinya Kadipaten Paku Alaman dan perjanjian politik lainnya, pusaka kerajaan, seperti singgasana KGPA Paku Alam 1, payumg kebesaran yang disebut “Songsong Bharad” dan “Songsong Tunggul Naga”, pakaian kebesaran, senjata tombak trisula, juga kereta kuda milik para Pangeran Paku Alam. Pada awalnya, Puro Pakualaman adalah sebuah lembaga yang mengurus Raja dan keluarganya selama menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Paku Alam. Kemudian, pada tahun 1950, Kadipaten Puro Paku Alaman dan Keraton Yogyakarta diubah setingkat provinsi menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itu pula, Puro Paku Alaman menjadi Lembaga Pemangku Adat; dipisahkan dari Pemerintah Daerah Istimewa dan dihilangkan dari kepentingan politik. Puro Pakualaman berfungsi menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa, khususnya budaya Paku Alaman, Yogyakarta. Puro Pakualaman berada di Jl. Masjid No.46, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari titik 0 kilometer Kota Yogyakarta. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung bisa membayar tiket dengan sukarela, artinya tidak dipatok biaya. Sedangkan, biaya parkirnya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 10.000,- rupiah untuk mobil. Sementara itu, objek wisata
Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar
Salah satu tempat wisata menarik di Kabupaten Bantul ialah Goa Gajah Mangunan. Di dalam Gua ini, terdapat batu yang menyerupai gajah. Dari situlah nama gua ini berasal. Gua horisontal ini mempunyai kedalaman sekitar 200 meter. Namun, belum ada yang tahu kedalaman pastinya. Sebab, ada tumpukan tanah di sebagian gua, sehingga jalan yang dilalui sempit. Di sepanjang Gua Gajah Mangunan ini, terdapat stalaktit dan stalakmit. Terdapat sebuah pohon besar berada di ujung Goa Gajah Mangunan. Bahkan, tingginya menjulang hingga keluar gua. Semak-semak juga tumbuh di dalam gua ini. Hal ini akibat atap dan tanah yang gua yang runtuh, sehingga tanaman di atasnya bisa masuk ke dalam gua. Dan, bila dilihat-lihat, maka seperti hutan kecil di dalam gua. Sungguh menakjubkan! Dari pintu masuk hingga pintu keluar, jaraknya sekitar 200 meter saja. Gua Gajah Mangunan memiliki mulut gua yang besar dan lebar. Ruangan besar di dalamnya memiliki jalan kecil untuk susur gua. Pengunjung harus merunduk ketika melewatinya karena ukurannya hanya sekitar 1 meter. Lorong atau jalan kecil ini, oleh penduduk, diberi nama Lorong Ular. Untuk memasuki Goa Gajah Mangunan pengunjung harus membawa atau menyewa alat penerangan/senter karena kondisi sangat gelap. Nah, salah satu hal menarik yang ada di gua ini ialah cahaya dari surga. Cahaya ini berupa fenomena sinar matahari yang masuk ke dalam gua melalui lubang, yang berada di atasnya. Cahaya ini seolah-olah seperti sorotan lampu di dalam ruangan yang sangat gelap. Ada baiknya, wisatawan berkunjung pada jam 12 siang. Sebab, sinar matahari yang masuk ke dalam gua datang dari arah barat. Pada sore hari, sinar matahari itu menerobos masuk gua dengan maksimal. Apalagi, bila cuaca sedang cerah, maka keindahan fenomena ini pun dapat dinikmati dengan maksimal pula. Sedangkan, di sekeliling gua ini, udaranya sangat sejuk. Hal ini membuat wisatawan betah berlama-lama di sana. Goa Gajah Mangunan berada di Dusun Lemah Abang,
Salah satu tempat wisata menarik di Kabupaten Bantul ialah Goa Gajah Mangunan. Di dalam Gua ini, terdapat batu yang menyerupai gajah. Dari situlah nama gua ini berasal. Gua horisontal ini mempunyai kedalaman sekitar 200 meter. Namun, belum ada yang tahu kedalaman pastinya. Sebab, ada tumpukan tanah di sebagian gua, sehingga jalan yang dilalui sempit. Di
Deretan pantai yang indah bisa ditemukan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Di antara deretan pantai indah itu, ada satu pantai yang baru dibuka, yaitu Pantai Sedahan. Tak kalah keindahannya dengan pantai yang telah lebih dulu dikenal, Pantai Sedahan memiliki potensi wisata yang sangat luar biasa. Meskipun baru saja diperkenalkan, Pantai Sedahan sebenarnya memiliki garis pantai yang terbilang cukup panjang dan luas. Keindahan pantai ini semakin diperjelas dengan adanya dua tebing yang ada pada sisi kanan dan kiri, sehingga seolah diapit oleh tebing berbatu yang indah. Pasir di pantai ini juga putih dan bersih seperti pantai lain di Gunungkidul. Saat sampai di pantai ini, pengunjung langsung disuguhkan dengan keindahan air laut yang biru dan jernih. Pancaran sinar matahari menambah keelokan Pantai Sedahan dengan desiran ombak yang mampu mengusir gundah. Di sini, selain menikmati pemandangan alam yang indah, pengunjung juga bisa bermain air, melihat-lihat berbagai hewan laut, dan mandi di pantai. Tentu saja, pengunjung harus memperhatikan keselamatan dan tidak mandi saat ombak sedang pasang atau tinggi. Selain untuk berwisata menikmati keindahannya, pengunjung juga dapat menikmati suasana tenang dan nyaman di pantai ini sembari memancing. Tidak jarang ditemui ada pengunjung yang rela datang dari jauh hanya ingin merasakan sensasi memancing di pantai yang indah, tenang, dan nyaman ini. Keunikan lain yang ada di pantai ini dan tidak dimiliki oleh pantai lain di Gunungkidul adalah adanya penyu yang bertelur di pantai ini. Sudah terbukti banyak warga yang mengetahui bahwa di sini ada beberapa penyu langka yang datang untuk bertelur. Karena masih tergolong sepi, pengunjung dapat camping di pantai ini tanpa ada polusi manusia berlebihan seperti pantai lain yang telah lama di kenal. Sehingga, pengunjung benar-benar dapat menikmati suasana malam di pantai yang hening penuh dengan energi positif dari alam. Jika memutuskan camping, jangan lewatkan asyiknya susur pantai dari Pantai Sedahan menuju Pantai Jungwok. Sepanjang perjalanan,
Deretan pantai yang indah bisa ditemukan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Di antara deretan pantai indah itu, ada satu pantai yang baru dibuka, yaitu Pantai Sedahan. Tak kalah keindahannya dengan pantai yang telah lebih dulu dikenal, Pantai Sedahan memiliki potensi wisata yang sangat luar biasa. Meskipun baru saja diperkenalkan, Pantai Sedahan sebenarnya memiliki garis pantai yang
Bukit Klangon merupakan nama lain dari Wisata Alam Bukit Glagaharjo. Nama Bukit Klangon lebih banyak dikenal karena banyak orang sering menyebut nama ini di unggahan media sosialnya. Wisata Bukit Klangon dibuka sejak tahun 2011 lalu, dari donasi dari Riotary Internasional. Bukit ini berjarak 4 km dari Gunung Merapi sehingga selalu menjadi pilihan tepat saat tour ke Jogja, untuk menikmati keindahan Gunung Merapi lebih dekat, bahkan kerap dijadikan tempat liburan keluarga dan sesi pemotretan. Namun, ada beberapa hal yang kerap membuat orang tidak nyaman untuk berkunjung kesini diantaranya jalur yang menanjak, dan pemandangan Gunung Merapi justru tertutup awan/kabut sehingga hasil foto hanya biasa saja. Nah tenang, kami akan bagikan beberapa tips supaya liburanmu tidak sia sia, bahkan hasil fotomu bagus bak fotografer handal. Simak terus ulasannya yaa.. Jangan sampai dilewatkan Cukup banyak hal yang perlu di perhatikan untuk berkunjung ke Bukit Klangon. Anda perlu mengenal keadaan di sekitar Bukit Klangon mulai dari rute menuju kesana, harga tiket, fasilitas, daya tarik, apa saja yang bisa dilakukan disana serta beberapa tips untuk berkunjung ke sana supaya liburanmu sangatlah berkesan. Rute Jalan menuju Bukit Klangon ini terbilang masih sangat aman untuk dilalui, namun kondisi jalannya cukup menanjak. Jika anda ingin berwisata ke Bukit Klangon sebaiknya gunakan motor/mobil non matic supaya lebih aman dan nyaman, karena tidak sedikit orang yang menggunakan motor matic dan sedikit tidak kuat untuk menanjak terus menerus, dan jangan lupa sebelum kendaraan dibawa kesana pastikan keadaan kendaraan anda baik-baik saja yaa, dari segi rem, kondisi ban, oli, dll karena itu sangatlah penting. Sedangkan untuk biaya masuk menuju Bukit Klangon ini gratissss, anda cukup membayar parkir saja, untuk biaya parkirnya pun tarifnya masih standard, untuk motor/kendaraan roda dua cukup membayar 2.000 rupiah saja, dan untuk mobil membayar 5.000 rupiah. Adapun beberapa fasilitas yang tersedia di Bukit Klangon diantaranya Jalanan yang sudah beraspal, parkiran
Bukit Klangon merupakan nama lain dari Wisata Alam Bukit Glagaharjo. Nama Bukit Klangon lebih banyak dikenal karena banyak orang sering menyebut nama ini di unggahan media sosialnya. Wisata Bukit Klangon dibuka sejak tahun 2011 lalu, dari donasi dari Riotary Internasional. Bukit ini berjarak 4 km dari Gunung Merapi sehingga selalu menjadi pilihan tepat saat tour ke
Pantai Jungwok, sudah pernahkah anda mendengar soal pantai ini? Meski masih banyak yang merasa asing dengan nama Jungwok, namun pantai ini mampu menghadirkan keindahan luar biasa, dan lagi-lagi surga tersembunyi di Gunung Kidul mampu membuat nyaman. Pantai Jungwok, dinamakan Jungwok karena memiliki garis pantai berupa cekungan, masih sangat alami dan indah, meski ukuran pantai lebih kecil dari beberapa pantai lainnya, namun pesonanya mampu menandingi deretan pantai di Gunungkidul lainnya. Rute Rute untuk mencapai Pantai Jungwok bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil, dari Kota Yogyakarta maka melewati Jalan Bausasran lurus hingga ke SMA N 8 Yogyakarta – PLN Yogyakarta mengikuti Jalan Nasional III dan Jalan Yaogyakarta – Wonosari – Jalan Kiyai Legi – Jalan Pantai Selatan dan Jalan Wediombo baru bisa sampai ke Pantai Jungwok. Sementara itu jika dari Bantul bisa melewati Jalan Imogiri Timur atau Playen Dlingo – Jalan Kiyai Legi – Jalan Pantai Selatan dan Jalan Wediombo hingga sampai ke Pantai Jungwok. Jadi, rute ini terbilang lebih pendek dan cepat dibanding yang sebelumnya di atas. Namun, Jika pengunjung ingin menggunakan transportasi umum, maka bisa dimulai dari terminal Giwangan kemudian menuju arah desa Jepitu dan dari sana pengunjung bisa naik ojek langsung menuju Pantai Jungwok. Hanya saja membutuhkan biaya yang lebih mahal karena untuk ongkos ojeknya saja sekitar Rp 40.000-Rp 50.000 per orang. Namun ada satu hal yang perlu anda ketahui bahwa perjalanan menuju Pantai Jungwok untuk akses jalannya masih terbilang lumayan sulit, sehingga lebih disarankan untuk naik kendaraan pribadi roda dua (motor), karena umumnya akan sulit dilalui kendaraan roda empat, dimana akses jalannya masih cukup sempit. Setelah hujan jalannya pun terkadang lebih terjal dan licin, maka dari itu alangkah baiknya jika anda menggunakan motor non matic/trail. Jangan khawatir, perjalanan anda akan terbayarkan ketika telah sampai di Pantai Jungwok dan melihat keindahannya. Tiket Harga tiket masuk menuju
Pantai Jungwok, sudah pernahkah anda mendengar soal pantai ini? Meski masih banyak yang merasa asing dengan nama Jungwok, namun pantai ini mampu menghadirkan keindahan luar biasa, dan lagi-lagi surga tersembunyi di Gunung Kidul mampu membuat nyaman. Pantai Jungwok, dinamakan Jungwok karena memiliki garis pantai berupa cekungan, masih sangat alami dan indah, meski ukuran pantai lebih
Terdapat beberapa embung yang ada di Yogyakarta dan semuanya indah sekali. Salah satu yang menarik perhatian adalah Embung Batara Sriten. Terletak di puncak Gunungkidul, embung ini memang masih dalam tahap pengembangan dan baru dibuka. Meskipun begitu, tetapi semua pengunjung yang telah datang mengakui keindahannya dan tidak kecewa. Pemandangan alamnya patut diacungi jempol karena sangat indah dan menakjubkan. Peresmian embung ini dilakukan sendiri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 17 Maret 2019 lalu. Seperti Embung Nglanggeran, di sekitar Embung Batara ini juga dibuat perkebunan buah, misalnya kelengkeng, manggis, durian, dan masih banyak lagi yang lain. Pembangunan embung ini bukan semata-mata untuk tujuan wisata, melainkan juga sebagai penampungan air untuk mengairi perkebunan buah tersebut. Bentuk Embung Batara Sriten elips dan cenderung tidak beraturan. Namun, ini merupakan daya tarik tersendiri bagi embung baru ini. Di sekitar embung juga diberi pagar untuk menjaga keselamatan dan keamanan pengunjung dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja, Embung Batara Sriten merupakan tempat sempurna untuk hunting foto dengan latar belakang pemandangan alam di ketinggian. Karena lokasinya di puncak, banyak spot foto menarik yang wajib kalian cobaan. Ya, untuk mengisi media sosial dengan koleksi foto yang bervariasi tentunya. Bonus yang tidak boleh dilewatkan adalah pemandangan sunset yang indah saat cuaca cerah. Perpaduan indahnya pemandangan alam dan pancaran sinar matahari yang lembut dengan dihiasi pantulan sinar dari air di embung membuat foto semakin sempurna dan artistik. Selain itu, kalian juga bisa melihat sunrise jika camping di area Embung Batara Sriten. Karena, di sini juga menyediakan area camping bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana bermalam di pegunungan. Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk berwisata ke Embung Batara Sriten. Karena, harga tiketnya hanya 3.000 rupiah per orang. Selain itu, harga standar untuk membayar parkir adalah 2.000 rupiah untuk sepeda motor dan 10.000 rupiah untuk mobil. Harga yang sangat murah tentunya jika
Terdapat beberapa embung yang ada di Yogyakarta dan semuanya indah sekali. Salah satu yang menarik perhatian adalah Embung Batara Sriten. Terletak di puncak Gunungkidul, embung ini memang masih dalam tahap pengembangan dan baru dibuka. Meskipun begitu, tetapi semua pengunjung yang telah datang mengakui keindahannya dan tidak kecewa. Pemandangan alamnya patut diacungi jempol karena sangat indah
Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma yang ada di Jember, Jatim. Hanya saja, batu yang dimiliki oleh kedua pantai ini memiliki bentuk berbeda. Batu tersebut disebut juga dengan lumbung oleh warga sekitar karena bentuknya memang mirip lumbung padi. Sehingga, pantai ini diberi nama sesuai dengan bentuk lumbung padi tersebut, yakni Pantai Watu Lumbung. Pengunjung dapat melihat batu lumbung ini secara lebih dekat saat air laut surut. Karena batu ini terletak di 50 meter dari bibir pantai, sehingga batu ini tidak bisa dijangkau jika sedang pasang. Selain batu berbentuk lumbung, di pantai ini juga menyuguhkan keindahan alam lain berupa berbagai tanaman hijau yang tumbuh liar di sekitar pantai. Air yang biru dan jernih menambah keindahan Pantai ini. Pengunjung bisa bermain air, memancing, dan mandi di Pantai Watu Lumbung. Namun, mandi di sini hanya boleh dilakukan saat pantai tidak pasang. Tentunya, pengunjung dapat berfoto sesuka hati di pantai ini dengan tenang dan nyaman sepuasnya. Suasana yang masih cenderung sepi membuat gambar yang diambil benar-benar berlatar belakang pemandangan pantai yang indah dan alami. Di sini juga banyak pengunjung yang menghabiskan malam atau camping dengan rekan kuliah maupun rekan kerja. Sebagian besar, mereka mengejar pemandangan indah saat sunrise dan sunset. Pengunjung hanya dikenakan biaya 5.000 rupiah untuk masuk ke Pantai Watu Lumbung. Harga ini memang sudah menjadi standar untuk mengunjungi kawasan pantai yang ada di Gunungkidul. Sedangkan, biaya parkir adalah 3.000 rupiah untuk sepeda motor dan 5.000 rupiah untuk mobil. Bagi yang ingin berkemah, tentu saja harus membawa perlengkapan camping secara mandiri. Namun, untuk beberapa
Pesona Pantai Watu Lumbung di Gunungkidul, Yogyakarta tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain keindahan khas pantai di Gunungkidul yang memiliki pasir putih dan berkarang, di pantai yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu terletak pada dua buah batu besar yang ada di tengah-tengah pantai. Jika diperhatikan secara saksama, Pantai ini mirip dengan Pantai Papuma
Watu Ngadek adalah salah satu lokasi wisata di Jogja yang mulai banyak dikenal wisatawan. Wisata ini adalah berbasis alam dengan latar belakang pemandangan yang indah dan sempurna dari ketinggian. Berlokasi di Bantul, Watu Ngadek dapat ditemui tidak jauh dari Hutan Pinus Pengger. Penamaan wisata ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah batu yang berdiri. Penamaan lokasi wisata ini diambil dari keberadaan batu yang besar dan kuat di pinggir tebing. Jika diperhatikan secara saksama, kontur penyusun batu besar yang ada di wisata ini mirip dengan batu yang ada di Gunung Api Purba Nglanggeran. Dari sini, pengunjung dapat menikmati keindahan alam dari ketinggian. Pemandangan yang eksotis, alami, dan menarik dapat menjadi spot foto yang bagus bagi pengunjung. Pemandangan paling indah dapat ditemui pada pagi dan sore hari ketika matahari menyinari dengan malu-malu. Tidak heran jika banyak pengunjung yang rela datang pada waktu-waktu terbaik itu untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Yang Maha Kuasa. Perlu diketahui, bahwa Watu Ngadek menghadap ke arah barat, sehingga benar-benar menjadi spot melihat sunset yang sempurna. Selain itu, pada malam hari pengunjung dapat melihat keindahan suasana malam di kota Jogja dari ketinggian. Gemerlap lampu menambah keindahan dari spot ini. Pengunjung juga bisa berburu foto di antara jejeran pohon pinus yang tumbuh lurus dan menjulang tinggi. Tentu saja, hasil fotonya bakal bagus banget untuk menghiasi feed di media sosial maupun galeri di ponsel. Spot foto paling difavoritkan oleh pengunjung adalah di atas batu besar yang merupakan ikon wisata ini. Dari atas batu ini, pemandangan latar belakang sangat indah akan terlihat sempurna dan jelas. Pengunjung dapat berswafoto dengan aman dan nyaman karena pihak pengelola telah memberi pagar di sekeliling batu. Sehingga, keselamatan pengunjung tetap diutamakan selama mengambil foto maupun sekadar melihat keindahan alam. Tidak diperlukan biaya mahal untuk masuk ke wisata Watu Ngadek. Tiket yang harus dibayar hanya 2.500 per orang.
Watu Ngadek adalah salah satu lokasi wisata di Jogja yang mulai banyak dikenal wisatawan. Wisata ini adalah berbasis alam dengan latar belakang pemandangan yang indah dan sempurna dari ketinggian. Berlokasi di Bantul, Watu Ngadek dapat ditemui tidak jauh dari Hutan Pinus Pengger. Penamaan wisata ini jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah batu yang berdiri. Penamaan
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro Pakualaman, museum ini sudah berdiri sejak 29 Januari 1981 lalu. Selain dijadikan tempat penyimpanan barang peninggalan bersejarah, museum juga dijadikan sebagai objek wisata berbasis sejarah dan budaya. Pengunjung diberi edukasi tentang sejarah dan penggunaan barang-barang peninggalan tersebut. Didirikan sejak pada masa Paku Alam V, bangunan Museum Puro Pakualaman ini tidak lebih luas jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta, yakni sekitar 816 meter persegi luasnya. Bangunan ini adalah milik Puro Pakualaman dan dilakukan renovasi pada tahun 1981 dengan persetujuan langsung dari Sri Paku Alam. Dalam realisasi perbaikannya, pemerintah juga ikut membantu, yakni melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan gambaran budaya dan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Pakualaman. Barang peninggalan zaman VOC banyak dijumpai di sini yang terbagi menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama adalah sebuah ruangan yang berisi silsilah keluarga Paku Alam. Selain itu, ada pula perjanjian politik antara Inggris dan Belanda dalam bentuk dokumen, dan juga beberapa foto Paku Alam yang diambil zaman dulu. Pengunjung juga bisa menemukan denah Museum Puro Pakualaman. Pada bagian kedua, terdapat barang dan peralatan yang digunakan saat Puro Pakualaman masih jaya. Di sini pula, pengunjung dapat menemukan koleksi kostum tari, pakaian prajurit, dan juga pakaian milik permaisuri Pangeran Adipati Praja Pakualaman. Selain itu, ternyata di sini juga menyimpan pakaian yang dipakai oleh abdi dalem Pakualaman. Tidak ketinggalan pula pakaian Pangeran Adipati Praja Pakualaman dan Bedoyo Samgita Hasta yang sangat menarik untuk diketahui. Sedangkan, pada bagian ketiga terdapat kereta kuda bernama Kereta Kiai Manik
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro
Selain dikenal dengan wisata pantai, ternyata Gunungkidul juga memiliki wisata yang berupa susur goa. Jika selama ini kalian hanya mengenal Goa Pindul, maka sebenarnya masih banyak goa yang ada di Gunungkidul dan sangat direkomendasikan untuk disusuri, salah satunya adalah Goa Gelatik. Kisah penemuan Goa Gelatik tergolong unik. Awalnya, ada sesepuh yang memberi tahu kepada warga bahwa ada goa yang bagus dan menarik di daerah tersebut. Namun, sayangnya goa tersebut terkubur di bawah tanah tidak bisa dilihat secara langsung. Akhirnya, karena rasa penasaran yang tinggi, warga sepakat untuk mencari dan menggali goa yang dimaksud. Butuh waktu yang agak lama untuk menemukannya, yaitu sekitar 4-5 bulan. Penamaan goa ini didasarkan pada saat pertama kali menemukannya. Konon, awalnya goa ini dihuni oleh burung gelatik yang banyak jumlahnya. Dengan adanya penemuan itu, goa ini kemudian diberi nama Goa Gelatik. Goa yang memiliki panjang 400 meter ini diduga sempat dijadikan lokasi bertapa oleh kaum spiritual. Karena, memang gua ini sangat gelap dan tenang, sehingga sangat cocok digunakan untuk menenangkan diri. Selain itu, yang membuat unik goa ini adalah adanya stalaktit dan stalakmit yang masih aktif hingga saat ini. Sebenarnya, goa ini termasuk goa kering, tetapi di beberapa bagian terdapat tetesan air dari bebatuan yang membuat ruangan di dalamnya lembab dan sedikit ada genangan air. Untuk menyusuri goa ini, pengunjung harus ditemani oleh pemandu lokal. Karena, pengunjung memerlukan peralatan susur goa, seperti senter, sepatu tahan air, pelampung, dan lain sebagainya yang hanya bisa disewa kepada pengelola lokal. Karena masih alami dan belum banyak dikunjungi seperti Goa Pindul, pengalaman susur goa di Goa Gelatik semakin menantang dan berkesan. Selain itu, pengunjung juga dapat berfoto ria untuk mengabadikan momen susur goa tersebut. Pengunjung dikenakan biaya sebesar 30.000 rupiah per orang untuk menyusuri goa. Harga tersebut sangat sesuai dengan pengalaman dan keindahan saat menyusuri goa. Selain itu, ada pula
Selain dikenal dengan wisata pantai, ternyata Gunungkidul juga memiliki wisata yang berupa susur goa. Jika selama ini kalian hanya mengenal Goa Pindul, maka sebenarnya masih banyak goa yang ada di Gunungkidul dan sangat direkomendasikan untuk disusuri, salah satunya adalah Goa Gelatik. Kisah penemuan Goa Gelatik tergolong unik. Awalnya, ada sesepuh yang memberi tahu kepada warga