Pantai Baros termasuk salah satu pantai di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tak hanya Pantai, keelokan hutan mangrove pun tersaji dalam satu kawasan ini. Udaranya yang masih segar dan suasana di tepian Sungai Opak membuat masyarakat tertarik mengunjungi pantai ini. Pasir putih berpadu dengan keindahan hutan mangrove menjadi kawasan ekowisata yang ramai. Bahkan, kawasan wisata Pantai Baros ini selalu ramai setiap sore, tidak hanya akhir pekan, karena udaranya yang segar. Selain itu, semilir angin dan panorama sunset memberi nuansa romantis tersendiri bagi pengunjung. Apalagi, ketika cuaca cerah, cahaya matahari terbenam yang mengenai aliran Sungai Opak tampak berkilau-kilau. Burung yang sedang bertengger di ranting pohon bakau pun tak luput dari perhatian pengunjung. Hal ini teramat sayang jika tidak diabadikan menggunakan kamera. Pantai Baros juga mempunyai gardu pandang untuk memanjakan mata kita menikmati panorama sekitar pantai yang menakjubkan, sembari merasakan angin sepoi. Sebagaimana gardu pandang lain, ini merupakan spot foto menarik bagi pengunjung yang mempunyai hobi fotografi. Nah, bahkan, pantai ini sering dijadikan lokasi foto prewedding. Sebab, keindahan pohon-pohon bakau yang hijau menjadi latar belakang dan menjadikan moment ini semakin berkesan. Nah, apabila pengunjung tertarik untuk menanam pohon bakau, maka di sini pun terdapat instrukturnya. Pada malam hari, pengunjung bisa camping bersama kawan-kawan atau saudara di hamparan lahan hijau yang telah tersedia. Kegiatan camping ini bisa juga diisi dengan aktivitas memancing di sekitar pantai, lalu memasaknya menggunakan api unggun. Sehingga, pengalaman camping di sini sangat alami dan berkesan. Untuk menuju Pantai Baros, tidak sulit. Namun, memang, pengunjung akan menjumpai jalanan sempit di beberapa kilometer sebelum pantai. Alamat tepatnya sendiri berada di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Harga yang harus dibayar untuk masuk ke kawasan wisata Pantai Baros ini, yaitu sebesar 10.000,- rupiah per orang. Untuk biaya parkir, pengunjung dikenakan tarif sebesar 3.000,- rupiah untuk sepeda motor, sedangkan untuk mobil ialah
Pantai Baros termasuk salah satu pantai di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tak hanya Pantai, keelokan hutan mangrove pun tersaji dalam satu kawasan ini. Udaranya yang masih segar dan suasana di tepian Sungai Opak membuat masyarakat tertarik mengunjungi pantai ini. Pasir putih berpadu dengan keindahan hutan mangrove menjadi kawasan ekowisata yang ramai. Bahkan, kawasan wisata Pantai Baros
Bantul salah satu kabupaten di Jogja yang juga memiliki berbagai tempat wisata. Saat Tour ke Jogja, Bantul wajib tuk dikunjungi, keindahan tersedia baik dari sisi kuliner hingga wisata alamnya. Melihat pemandangan alam dan keindahan Jogja dari ketinggian memang mengasyikkan. Salah satu cara menikmati keindahan Kota Jogja dari ketinggian dengan mengunjungi Gardu Pandang Pinus Asri yang berada di Kabupaten Bantul. Gardu Pandang ini satu kawasan dengan Hutan Pinus Asri. Tempat ini diresmikan pada Bulan Januari 2017. Lokasi Gardu Pandang Pinus Asri berada di kawasan Hutan Pinus Asri Karangasem, dan berlokasi di Jalan Raya Hutan Pinus Nganjir, Karangasem, Kawasan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Rute Kondisi jalan menuju Gardu Pandang Pinus Asri sangat mudah dijangkau dan beraspal, dari Pusat Kota Yogyakarta menuju Gardu Pandang Pinus Asri anda perlu menempuh jarak sekitar 23 km dengan waktu tempuh kurang lebih 48 menit. Rute jalan jika anda dari Pusat Kota Yogyakarta, ke arah Timur menuju Jalan Pangurakan, kemudian ke arah selatan melewati Jalan Brigjend Katamso, lurus terus sampai di perempatan ke arah timur menuju Jalan Kolonel Sugiyono, sampai di pertigaan ke arah selatan melewati Jalan Sisingamangaraja, lurus terus ke Jalan Imogiri Barat, sampai pertigaan ke arah timur melewati Jalan Bakulan Imogiri, kemudian lurus terus melewati Jalan Makan Raja, sampai pertigaan ke arah selatan menuju Jalan Imogiri – Dlingo, kemudian sampai di pertigaan ke arah utara ke Jalan Hutan Pinus Nganjir, ikuti terus jalan yang ada hingga anda akan sampai di Hutan Pinus Asri. Harga Tiket Masuk Harga tiket untuk masuk ke kawasan wisata Gardu Pandang Pinus Asri ini penunjung gratisss, pengunjung tidak dikenakan biaya sama sekali, hanya cukup membayar biaya parkir, sebesar Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Fasilitas Fasilitas yang ada di Gardu Pandang Pinus Asri ini sudah cukup lengkap berkat pembangunan dari pengelola, masyarakat setempat, dan juga pemerintah, beberapa fasilitas yang tersedia disana
Bantul salah satu kabupaten di Jogja yang juga memiliki berbagai tempat wisata. Saat Tour ke Jogja, Bantul wajib tuk dikunjungi, keindahan tersedia baik dari sisi kuliner hingga wisata alamnya. Melihat pemandangan alam dan keindahan Jogja dari ketinggian memang mengasyikkan. Salah satu cara menikmati keindahan Kota Jogja dari ketinggian dengan mengunjungi Gardu Pandang Pinus Asri yang berada
Tau kah Anda di sekitar Candi borobudur terdapat beberapa Candi peninggalan Agama Budha lainnya yang mempunyai sejarah dan fakta unik yang jarang diketahui orang. salah satunya adalah Candi Pawon. Apakah fakta unik yang melakat di Candi Pawon tersebut? untuk lebih detailnya yuk simak artikel ini. Abu Jenazah Sejarah penemuan Candi Pawon Candi Pawon ditemukan di Brojonalan, Wanurejo, Borobudur, Dusun 1, Wanurejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah sekitar Abad ke 19, setelah penemuan besar Candi Borobudur oleh Inggris. Kemudian di bawah kepemimpinan Dinas Purbakala dan J.G de Casparis, ahli bahasa dalam sejarah asal Belanda, candi ini pun diperbaiki. Terdapat pahatan Kuwera atau Dewa Kekayaan dan sepasang burung berkepala manusia yang disebut Kinari dan Kinara. Dan Candi Pawon diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-8 Masehi, masa yang sama dengan pembangunan Candi Borobudur, Mendut, dan Prambanan. 7 Fakta Menarik Candi Pawon 1. Tempat Penyimpanan Abu Jenazah Raja Samaratungga “Pawon” merupakan bahasa Jawa yang berarti dapur. Namun, menurut bahasa Jawa Kuno, kata “pawon” di sini berarti “pawuan” atau tempat abu. Jadi, Candi Pawon ini merupakan tempat untuk menyimpan abu jenazah Raja Indra, yakni ayah Raja Samaratungga, pada zaman Syailendra. 2.Candi Pawon mempunyai nama lain Candi Pawon juga mempunyai nama lain, yaitu Candi Branjanalan. Fungsinya sebagai tempat menyimpan senjata milik Dewa Indra (penguasa petir dan halilintar), yakni Vajranala dan Branjanalan. Vajranala berasal dari kata “vajra” yang berarti halilintar dan “anala” yang berarti api. Sedangkan, Branjanalan merupakan nama dusun tempat candi ini berada. 3. Candi Berelief manusia setangah burung Candi Pawon mempunyai dua sisi relief yang mengambaran mahluk mitologi Kinara Kinari yang digambarkan mahluk berbadan burung dan berkepala manusia yang mengapit pohon surgawi Kalpataru. 4. Candi yang di bangun garis lurus dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur Candi Pawon jika Anda menarik garis lurus menggunakan google map akan terlihat sejajar lurus dengan Candi Mendut dan Candi Pawon,
Tau kah Anda di sekitar Candi borobudur terdapat beberapa Candi peninggalan Agama Budha lainnya yang mempunyai sejarah dan fakta unik yang jarang diketahui orang. salah satunya adalah Candi Pawon. Apakah fakta unik yang melakat di Candi Pawon tersebut? untuk lebih detailnya yuk simak artikel ini. Abu Jenazah Sejarah penemuan Candi Pawon Candi Pawon ditemukan di
Goa Tanding yang berada di Gunungkidul mungkin bisa dikatakan gua terindah bila dibandingkan dengan gua lainnya yang berada di sekitarnya. Goa Tanding memiliki lorong sungai bawah tanah yang lebih panjang dan ruangan lebih besar. Asal usul nama Goa Tanding berawal dari salah satu warga Bejiharjo bernama Harto Tanding yang ingin membuat sumur. Tanah sudah digali, tetapi airnya tidak kunjung keluar. Semakin dalam digali, linggis Mbak Harto menembus rongga yang berada di perut bumi. Hingga, ia menemukan gua ini secara tidak sengaja. Pada awalnya, tidak ada akses keluar dan masuk Goa Tanding. Akses itu hanya melewati sumur Mbak Harto. Nah, lantaran situasi di dalam gua ini bahkan melebihi Goa Pindul, maka diberi nama Goa Tanding, selain diambil juga dari nama Mbah Harto Tanding. Pengunjung dapat menyusuri sungai bawah tanah menggunakan perahu karet di Goa Tanding. Kedalamannya mencapai 4 meter dengan tinggi 5 hingga 16 meter. Sedangkan, lebarnya sekitar 4 hingga 9 meter sesuai kontur gua. Nah, jarak susurnya mencapai 460 meter dengan durasi penyusuran sekitar 1 hingga 30 menit. Terdapat barisan stalaktit yang masih aktif bergelantungan di atap Goa Tanding. Ketika disorot menggunakan lampu senter, kelap-kelip kristal itu tampak indah. Sekitar 20 meter dari gua, pengunjung harus turun ke bawah dari arah pintu masuk. Nah, di sana, pengunjung baru bisa melihat dari luar keindahan Gua Tanding dan memulai pengarungan Gua Tanding seperti halnya rafting tetapi tidak ada arus di dalam Gua Tanding. Ada satu lokasi yang Anda bisa melihat cahaya masuk seperti halnya cahaya dari surga yang masuk dari sebuah lubang yang terbentuk dari galian Mbah Harto Tanding. Spot ini lah yang biasanya buat foto karena unik karena terdapat cahaya yang masuk ditengah-tengah gelap gulitanya gua. Spot lain untuk foto adalah staklaktit raksasa yang terdapat di salah satu spot foto yang meneluarkan butiran cahaya kristal jika di sorot menggunakan cahaya. Lokasi
Goa Tanding yang berada di Gunungkidul mungkin bisa dikatakan gua terindah bila dibandingkan dengan gua lainnya yang berada di sekitarnya. Goa Tanding memiliki lorong sungai bawah tanah yang lebih panjang dan ruangan lebih besar. Asal usul nama Goa Tanding berawal dari salah satu warga Bejiharjo bernama Harto Tanding yang ingin membuat sumur. Tanah sudah digali,
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari bahasa Jawa yang berarti utama. Dahulu, air di tempat ini dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai sumber air bersih. Lambat laun, air terjun ini dijadikan tempat wisata karena potensinya memang besar. Dengan ketinggian sekitar 15 meter, suara gemericik pun tercipta dari Air Terjun Randusari. Dipandu dengan suasana yang segar dan pemandangan yang hijau, pengunjung dapat bermain-main sepuas hati. Sebab, kedalaman air terjun ini hanya sekitar satu hingga dua meter. Namun, pengunjung harus tetap berhati-hati karena batu-batu di sekitar tempat ini licin. Selain itu, pengunjung bisa bersantai menggunakan hammock. Daya tarik lain dari Air Terjun Randusari ialah dua air terjun yang mengalir bersebelahan seperti air terjun kembar. Mata air Ngreboh menjadi mata air dari mata air Ngreboh. Nah, mata air ini biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan warga di sekitarnya. Pada musim kemarau pun, mata air ini tidak mengering, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Berada di atas hammock sembari merasakan angin yang sepoi dan menikmati gemericik air membuat pengunjung merasa tenang. Selain itu, bisa juga berfoto ria, mengabadikan moment yang belum tentu bisa terulang. Air Terjun ini berada di Dusun Rejosari, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Namun Air Terjun ini lumayan jauh dari pusat Kota Yogyakarta. Dengan biaya masuk sebesar 2.000,- rupiah per orang, pengunjung bisa menikmati keindahan air terjun ini. Untuk biaya parkir, pengujung dikenai biaya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Fasilitas air terjun ini pun cukup memadai, di antaranya gazebo, toilet umum, tempat sampah, dan warung
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari
Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah yang licin berpagar bambu seadanya. Dengan ketinggian sekitar 1.017 mdpl, puncak ini memikat siapa pun yang berkunjung. Daya tarik dan kekhasan Puncak Widosari adanya sebongkah baru berukuran besar yang amat unik. Hal ini menjadikan puncak ini semakin unik. Di samping batu raksasa ini, ada gardu pandang atau beberapa spot foto. Selain itu, pengunjung pun bisa menikmati gagahnya Gunung Merapi, anggunnya Gunung Merbabu, dan eksotisnya bibit pantai Laut Selatan dari puncak ini. Bila ingin refreshing dan menikmati kesegaran alam, maka Puncak Widosari sangat cocok dikunjungi. Bagi penghobi fotografi, panorama di sana juga tidak bisa dilewatkan. Sebab, suguhan hamparan hijau yang luas itu layak diabadikan. Pohon yang berjumlah ribuan di bawah puncak ini pun terlihat jelas pada saat cuaca cerah dan tidak berembun. Memanjakan mata wisatawan yang terbiasa dengan hiruk-pikuk dan hinggar-bingar perkotaan. Selain itu, mengambil foto dengan berlatar belakang bongkahan batu besar juga tak kalah menarik. Pada waktu tertentu, warga masyarakat di Puncak Widosari mengadakan sebuah acara, yakni nyadran dan merti dusun sebelum bulan Ramadhan tiba. Bila beruntung, pengunjung bisa menyaksikan acara ini. Nah, sebagaimana puncak pegunungan lainnya, di puncak ini, pengunjung juga bisa menikmati keindahan sunrise dan segarnya suasana pagi bila berkunjung pada pagi hari. Sedangkan, bila datang pada sore hari, pengunjung bisa menikmati romantisme jingga dari matahari terbenam. Menjelang malam, lampu-lampu Kota Yogyakarta, Magelang, juga Purworejo gemerlapan seperti bintang. Namun, hal yang harus diperhatikan ialah pengunjung harus berhati-hati karena terdapat jurang yang dalam di sisi-sisi di puncak ini. Puncak Widosari berada di Dusun Tritis,
Banyak wisata alam yang indah di Yogyakarta, termasuk daerah Kulon Progo. Tak hanya mengandalkan panorama alamnya yang menakjubkan, wisata di sana juga kaya sejarah. salah satunya ialah Puncak Widosari. Konon, Gunung Widosari ini merupakan tempat pertapaan pahlawan nasional bangsa kita, yaitu Pangeran Diponegoro. Dibuka sejak tahun 2012, pada saat itu akses jalannya masih berupa tanah
Berbagai wisata alam baru muncul di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Salah satu destinasi wisata yang indah dan wajib dikunjungi di Kabupaten Bantul ialah Curug Pulosari. “Curug” artinya air terjun yang ukurannya kecil, sedangkan “Pulosari” adalah nama daerah tersebut. Curug Pulosari berada di bawah jurang. Meskipun begitu, pemandangan luar biasa akan menyambut pengunjung setibanya di tempat ini. Air terjun dikelilingi pepohonan dan suasana yang asri. Air jernih mengalir dan suara gemericiknya membuat suasana semakin kental alaminya. Curug ini mempunyai ketinggian sekitar 5 hingga 7 meter. Lantaran tempatnya yang tersembunyi, air terjun ini sangat cocok untuk me-refresh pikiran. Selain itu, air yang mengalir jatuh membentuk seperti tirai putih yang cantik. Hal ini yang menjadi daya tarik air terjun ini. Nah, di bawahnya, terdapat kolam yang biasa digunakan pengunjung untuk bermain-main air. Pada saat musim hujan, volume air akan bertambah, sehingga pemandangannya pun semakin mempesona. Berbagai aktivitas fisik yang menantang adrenalin juga bisa dilakukan di Curug Pulosari. Pengunjung bisa berolahraga panjat tebing (climbing) dan turun tebing di area sebelah barat air terjun, yakni di daerah perbukitan. Lantaran keasrian dan kealamiannya, Curug Pulosari sering dijadikan spot foto prewedding, bahkan pemotretan untuk studi banding. Akses jalan menuju Curug ini sangat layak dan bagus. Air terjun in tepatnya berada di Njurug, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga tiket masuk ke air terjun ini cukup murah, yakni sebesar 2.000,- rupiah per orang. Sedangkan, tarif parkir objek wisata ini ialah sebesar 2.000,- untuk motor dan 5.000,- untuk mobil. Sebelum sampai di lokasi air terjun, pengunjung harus berjalan sedikit dari tempat parkir. Dengan berbagai fasilitas, di antaranya ruang ganti baju, warung makan, tempat parkir, penyewaan ban renang, gazebo, dan warung oleh-oleh, pengunjung dapat menikmati suasana harmoni alam dengan nyaman. Bila ingin mengunjungi Curug Pulosari atau destinasi wisata lainnya di Jogja, segera pesan paket wisata Jogja di
Berbagai wisata alam baru muncul di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Salah satu destinasi wisata yang indah dan wajib dikunjungi di Kabupaten Bantul ialah Curug Pulosari. “Curug” artinya air terjun yang ukurannya kecil, sedangkan “Pulosari” adalah nama daerah tersebut. Curug Pulosari berada di bawah jurang. Meskipun begitu, pemandangan luar biasa akan menyambut pengunjung setibanya di tempat ini.
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di media sosial. Pemandangan alam perbukitan yang luas dengan vegetasi yang hijau nan asri mempesona siapa pun yang berkunjung. Di atas perbukitan Watu Payung Gunung Kidul, wisatawan bisa menikmati udara yang sejuk dan segar. Bila berkunjung pada siang hari, wisatawan bisa menikmati embusan angin sepoi yang bertiup. Pengunjung bisa menikmati mata hari terbit pada pagi hari dan matahari terbenam pada sore hari dengan latar panorama alam yang indah nan menawan. Keindahannya semakin memukau bila dilihat dari gardu pandang yang unik. Nah, bagi pencinta petualangan, Watu Payung tak hanya menawarkan keindahan panorama, tetapi juga aktivitas tracking. Wisatawan dapat mencoba pengalaman melintasi jalan setapak terjal yang terdapat beberapa spot foto yang menarik. Selain tracking, wisatawan juga akan bisa melakukan outbond. Sebab, pengelola sedang memperbanyak fasilitas yang lebih seru. Nah, Watu Payung ini letaknya berada di Turunan, Girisuko, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya pun mudah ditemukan. Walaupun begitu, untuk menuju ke sana, ada baiknya wisatawan berhati-hati karena jalannya naik-turun dan berbelok-belok. Sementara itu, biaya untuk menikmati keindahan dan keseruan di Watu Payung cukup murah. Sebab, pengunjung belum dikenakan biaya masuk. Ya, objek wisata ini belum dikelola secara resmi oleh pihak terkait. Oleh karena itu, wisatawan hanya dikenakan biaya parkir sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Meskipun begitu, fasilitas di objek wisata ini cukup lengkap, sehingga pengunjung merasa nyaman, di antaranya gazebo, mushala, area parkir, kamar mandi/toilet, warung, dan lain sebagainya. Jika tertarik dan ingin mengunjungi Watu Payung Gunung Kidul atau destinasi wisata
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas 10 Ha. Hal ini menarik perhatian berbagai pihak, khususnya pencinta lingkungan dan pemerintah. Pada akhirnya, mereka bekerja sama melakukan reboisasi hingga seluas 600 Ha. Kini, hutan tandus itu menjadi hijau. Hutan Wanagama merupakan hutan yang unik. Sebab, di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman dari berbagai daerah. Sehingga, hutan ini juga disebut sebagai miniatur hutan. Pohon akasianya termasuk dalam Hutan Tanaman Industri dan berpotensi sebagai bubur kayu yang merupakan bahan dari beberapa perusahaan besar. Ada pula deretan pohon minyak kayu putih dan atsiri yang berguna untuk menghangatkan badan. Berbagai pohon lainnya, seperti eboni, cendana, murbei, jati, dan lainnya juga terdapat di hutan ini. Tak hanya berbagai tanaman, di hutan ini juga dihuni oleh berbagai jenis hewan, seperti unggas, kera, serta beberapa jenis reptil. Kebutuhan air di hutan ini bersumber dari 3 sungai, yakni Oyo, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Adanya ketiga sungai ini memberi kesan sejuk, sedangkan suara gemericiknya membuat hati tenang. Nah, salah satu hal menarik yang terdapat di Hutan Wanagama ialah salah satu pohon yang membuat hutan ini mendunia, yakni pohon jati (Tectona Grandis) yang ditanam oleh pangeran Charles pada tahun 1989. Konon, pohon ini memiliki hubungan erat dengan Pangeran Charles. Pasalnya, pada saat Pangeran Charles mengumumkan perpisahannya dengan Putri Diana, pohon yang waktu itu masih setinggi 1 meter ini mengering, seakan ikut merasakan kesedihan atas perpisahan itu. Hutan ini membuat para pengunjung merasakan nuansa alam yang kental. Hutan Wanagama ini beralamat di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biaya masuk
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran, embung atau telaga ini mempunyai fungsi utama mengairi kebun buah yang berada di daerah sekitarnya. Pemandangan di Embung Nglanggeran Bila ingin mencapai embung ini, maka para pengunjung harus menaiki anak tangga berjumlah puluhan dan berkelok-kelok. Namun, lelahnya perjalanan itu akan terbayar ketika telah berada di atasnya. Nah, tepat di bawah embung inilah, terdapat perkebunan buah milik warga yang dialiri air embung tersebut. Oleh karena itu, tempat wisata ini juga disebut kebun Buah Nglanggeran. Embung Nglangeran ini dikelilingi oleh tebing-tebing dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Menurut penduduk di sekitarnya, telaga buatan ini tercipta dari sebuah bukit yang dipotong sedemikian rupa hingga menjadi telaga. Baca Juga: Picnic Trip with Campa Van Semburat Senja di Embung Nglanggeran Gunung Kidul Desain Embung Nglanggeran ini pun terbilang bagus. Di beberapa sisi telaga, terpasang instalasi yang mengalirkan air dari telaga ini ke area persawahan dan perkebunan warga. Dengan luas area sekitar 60x60 meter, telaga ini pun menarik dan mampu menghipnotis pengunjungnya. Bila datang ke Embung Nglanggeran pada pagi hari, pengunjung bisa menyaksikan matahari terbit dari tampak dari kejauhan dan indahnya pemandangan dengan latar lembah hijau yang berkabut. Nah, moment mengesankan lainnya ialah bila mengunjungi objek wisata ini pada sore hari. Saat musim kemarau, matahari terbenam menjadi momen yang dinanti. Hal itu terjadi karena langit cenderung lebih cerah sehingga ufuk barat lebih besar kemungkinannya untuk terlihat ketika matahari terbenam. Dari di pinggir Embung pengunjung bisa menikmati senja tanpa terhalang oleh pepohonan, bukit atau apapun. Hal Yang Tidak Boleh dilakukan di Embung
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba