Selama berabad-abad yang lalu, kawasan utara Yogyakarta menjadi pusat peradaban Kerajaan Mataram kuno. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan candi Hindu dan pada saat itu candi ini menjadi tempat pemujaan kepada Dewa Siwa. Candi ini berdiri dengan megahnya di kaki Gunung Merapi. Suatu saat Gunung Merapi meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11, kemungkinan tahun 1006 dan memporak-porandakan daerah sekitar gunung tersebut dan mengubur Candi Sambisari ini. Candi ini terkubur sangat dalam hingga beribu tahun lamanya. Awal mula penemuan Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari bernama Karyowinangun. Beliau saat yang saat itu sedang mencangkul, kemudian mata cangkulnya terbetur baru yang mempunyai ukiran. Setelah diteliti oleh Dinas Kepurbakalaan, akhirnya diketahui bahwa batu tersebut merupakan komponen candi dan dilakukan eskavasi alias penggalian lanjutan. Perlu waktu nyaris 3 windu untuk merampungkan proses eskavasi hingga rekonstruksi bangunan. Ditemukan pada tahun 1966, candi ini baru selesai dipugar pada tahun 1987. Sesuai dengan nama desa tempat ia ditemukan, candi ini pun diberi nama Candi Sambisari. Letak candi ini berada lebih rendah 6,5 meter daripada permukaan tanah disekitarnya. Bangunan Bangunan candi utama dikelilingi oleh pagar batu dengan ukuran 50 m x 48 m. Di kompleks candi ini mempunyai candi utama yang didampingi oleh tiga candi perwara atau pendamping. Pada bagian luar dinding bangunan utama terdapat lima relung. Di sebelah utara terdapat patung Durga Mahisasuramardini, yang merupakan istri dari Dewa Syiwa, dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Sebelah timur terdapat patung Ganesha, selatan terdapat patung Agastya, dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu yaitu Mahakala dan Nandiswara. Di dalam candi utama terdapat Lingga dan Yoni dengan ukuran cukup besar. Latar Belakang Keagamaan di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam
Selama berabad-abad yang lalu, kawasan utara Yogyakarta menjadi pusat peradaban Kerajaan Mataram kuno. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan candi Hindu dan pada saat itu candi ini menjadi tempat pemujaan kepada Dewa Siwa. Candi ini berdiri dengan megahnya di kaki Gunung
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari bahasa Jawa yang berarti utama. Dahulu, air di tempat ini dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai sumber air bersih. Lambat laun, air terjun ini dijadikan tempat wisata karena potensinya memang besar. Dengan ketinggian sekitar 15 meter, suara gemericik pun tercipta dari Air Terjun Randusari. Dipandu dengan suasana yang segar dan pemandangan yang hijau, pengunjung dapat bermain-main sepuas hati. Sebab, kedalaman air terjun ini hanya sekitar satu hingga dua meter. Namun, pengunjung harus tetap berhati-hati karena batu-batu di sekitar tempat ini licin. Selain itu, pengunjung bisa bersantai menggunakan hammock. Daya tarik lain dari Air Terjun Randusari ialah dua air terjun yang mengalir bersebelahan seperti air terjun kembar. Mata air Ngreboh menjadi mata air dari mata air Ngreboh. Nah, mata air ini biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan warga di sekitarnya. Pada musim kemarau pun, mata air ini tidak mengering, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Berada di atas hammock sembari merasakan angin yang sepoi dan menikmati gemericik air membuat pengunjung merasa tenang. Selain itu, bisa juga berfoto ria, mengabadikan moment yang belum tentu bisa terulang. Air Terjun ini berada di Dusun Rejosari, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Namun Air Terjun ini lumayan jauh dari pusat Kota Yogyakarta. Dengan biaya masuk sebesar 2.000,- rupiah per orang, pengunjung bisa menikmati keindahan air terjun ini. Untuk biaya parkir, pengujung dikenai biaya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Fasilitas air terjun ini pun cukup memadai, di antaranya gazebo, toilet umum, tempat sampah, dan warung
Lagi-lagi wisata air terjun. Ya, air terjun di Daerah Istimewa Yogyakarta memang menarik dan tak habis dieksplorasi. Nah, air terjun yang sedang ramai dibicarakan sekarang adalah Air Terjun Randusari. Di dekat air terjun ini, terdapat pohon besar, yakni pohon randu atau kapuk. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Randusari. Sedangkan, kata “sari” berasal dari
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga saat ini, terdapat sebanyak lebih dari 30 ekor rusa timor. Ada juga Arboretum seluas 10,7 hektar dengan berbagai tanaman hutan. Tak hanya itu, persemaian dan pabrik pengelolaan minyak kayu putih “Sendang Mole” ada di kawasan ini. Taman Hutan Raya sering digunakan sebagai wilayah konservasi penelitian yang berada di Yogyakarta. Bahkan, banyak peneliti dari luar Yogyakarta datang karena berbagai flora dan faunanya. Terlebih, tempat ini didukung oleh berbagai potensi kawasan yang terkenal, seperti Hutan Wanagama, yang merupakan area pendidikan dan penelitian. Salah satu vegetasi di kawasan Taman Hutan Raya ialah tanaman yang meranggas pada musim kemarau. Pada musim seperti itu, hutan akan tampak lebih terbuka. Uniknya, bagian tepi hutan tetap hijau karena mengalir sungai Oyo. Berbagai bibit tanaman juga dikembangkan di Taman Hutan Raya, di antaranya tanaman tati, mahoni, kayu putih, dan jambu mete. Dengan jumlah produksi lebih dari dua juta bibit per tahun, berbagi tanam ini merupakan program reboisasi. Bila ingin bermain dengan rusa, menyentuh dan memberinya makan, pengunjung bisa menuju penangkaran rusa. Hewan-hewan liar itu berada di kandang berukuran 40x40 meter yang berada di sebelah timur area persemaian. Selain rusa, ada juga burung madu srigati, elang ular bido, alap-alap sapi, elang alpacina, raja udang, burung madu kelapa, cucak kutilang, dan kepodang. Taman Hutan Raya dibagi menjadi 3 zona. Zona 1 terdiri atas atraksi gajah, areal cycling, kuliner gantung, cultur show, dan camping ground. Sedangkan, zona 2 terdiri atas pabrik minyak kayu putih, persemaian, research centre, serta pusat indukan rusa. Sementara itu, zona 3 merupakan
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang, penyu, dan lain sebagainya. Di pantai ini, penyu-penyu mendarat dan bertelur dengan nyaman. Sebab, pantai ini masih belum banyak terjamah manusia, sehingga aman bagi aktivitas hewan - hewan itu. Pemandangan menarik lainnya ialah masyarakat yang biasa mencari lobster di sekitar pantai, baik di tepi pantai maupun atas bukit. Ada dua buah bukit di pantai Ngetun. Di bukit inilah, lobster-lobster bersembunyi, sehingga banyak masyarakat memancing lobster di sini. Tak hanya itu, bukit ini juga biasa dijadikan latar belakang foto oleh para wisatawan. Ketika matahari mulai terbenam, pantai ini tak meredup kecantikannya. Langit terlihat kekuningan, berwarna jingga. Cocok untuk pemuja dan penikmat senja. Sedangkan, bila pagi menjelang, perpaduan cahaya matahari pagi dan pasir putih membuat keindahan pantai ini semakin memancar, terkesan segar dan bersemangat. Bagi penyuka fotografi, hal ini bisa dijadikan sebagai objek foto. Banyak pepohonan di sekitar Pantai Ngetun. Pohon ini dihuni oleh burung-burung yang siap menyambut kita dengan kicauannya. Suasana menjadi lebih damai. Karena di pantai ini belum ada fasilitas gazebo, kita bisa duduk di bawah pohon ini sembari melihat pantai dan mendengar kicauan burung. Hal ini justru menjadi daya tarik karena minimalis dan alami. Warna air laut yang kebiruan karena bersih dan tidak tercemar limbah membuat kita betah memandang keindahan Pantai Ngetun. Bahkan, pada saat air laut surut, karang-karang kecil, tanaman laut, dan ikan-ikan kecil berenang terlihat jelas. Kita bisa camping bersama teman atau keluarga menikmati keindahan alam atau refreshing sejenak dari kepenatan di Pantai Ngetun ini. Lokasinya berada di Sureng, Purwodadi, Tepus, Pantai,
Pantai Ngetun termasuk salah satu pantai yang masih sangat alami di Gunung Kidul. Memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan alam yang cantik, pantai ini menyuguhkan pemandangan unik lainnya. Bagi yang mempunyai hobi memancing, pantai ini sangat cocok untuk Anda. Bahkan, kita bisa menemukan banyak hewan laut di pantai ini, mulai dari ikan, lobster, ubur-ubur, kelomang,
Jika kita berkunjung ke suatu daerah, lokasi yang hampir selalu ada adalah Alun-Alun. Ya, tak terkecuali di Jogja, orang akan menemukan Alun-Alun di kota pelajar ini. Bahkan, Keraton Yogyakarta memiliki dua Alun-Alun, yaitu Alun-Alun Selatan (Kidul) dan Alun-Alun Utara. Sesuai namanya, Alun-Alun Utara terletak di sebelah utara Keraton, dan Alun-Alun Kidul terletak di sebelah selatan Keraton. Meskipun sama-sama alun-alun, tetapi keduanya berbeda secara fungsi. Alun-Alun Utara sering digunakan sebagai lokasi untuk mengadakan kegiatan besar yang bersifat massal diantaranya adalah setiap jumat sabtu diadakan Sodoran atau pertandingan menggunakan tombak tumpul kemudian menaiki kuda, kedua saling menyerang. Atau alun-alun utara juga digunakan Pepe atau protes kepada Raja atau Sultan dengan cara massa berkumpul di alun-alun dan berdiam diri, hingga raja mendatangi untuk menanyakan hal yang menjadi tuntutan masyarakat. Selain itu kegiatan massal lain adalah Rampog Macan sebuah pertunjukan beradu dengan hewan buas harimau. Fungsi lain tentunya Alun-Alun Utara lebih difungsikan sebagai pintu gerbang masuknya para tamu Sultan yang ingin menemui beliau, untuk itu dibangun bangunan-bangunan pendopo atau joglo yang berada di beberapa titik mengelilingi alun-alun utara, fungsinya adalah sebagai tempat transit untuk istirahat dikarenakan jaman dahulu perjalanan hanya menggunakan kuda atau jalan kaki. Sedangkan, Alun-Alun Kidul kabarnya digunakan untuk tempat istirahat bagi dewa dan untuk menenangkan hati. Selain itu, konon Alun-Alun Kidul dulu dijadikan lokasi untuk berlatih para prajurit keraton untuk persiapan perang dan pertahanan atau yang di sebut sebagai kegiatan Gladhi Yudha. 5 Aktivitas Seru yang bisa kamu lakuin di Alun-Alun Kidul 1. Aktivitas Seru dan Unik Masangin Berawal digunakan sebagai tempat melatih konsentrasi prajurit dengan mata tertutup, Alun-Alun Kidul memiliki mitos unik yang masih dipercaya hingga saat ini. Yaitu, jika ada orang yang dapat berjalan lurus melewati di antara dua pohon beringin, maka keinginannya akan terwujud atau kegiatan ini dikenal dengan Masangin. Untuk melakukan kegiatan ini tentunya Anda harus meggunakan
Jika kita berkunjung ke suatu daerah, lokasi yang hampir selalu ada adalah Alun-Alun. Ya, tak terkecuali di Jogja, orang akan menemukan Alun-Alun di kota pelajar ini. Bahkan, Keraton Yogyakarta memiliki dua Alun-Alun, yaitu Alun-Alun Selatan (Kidul) dan Alun-Alun Utara. Sesuai namanya, Alun-Alun Utara terletak di sebelah utara Keraton, dan Alun-Alun Kidul terletak di sebelah selatan
Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dikenal dengan Pantai Parangtritis, Bantul juga memiliki banyak destinasi wisata alam lain yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Grojogan Pucung. Destinasi yang satu ini berupa air terjun yang berada di tengah hutan belantara dan belum banyak mendapat sentuhan pihak pengelola. Daya tarik destinasi yang sering disebut juga Air Terjun Grojogan Pucung ini adalah airnya yang jernih dan alirannya yang deras. Selain itu, aliran airnya juga stabil dan tidak cepat berubah-ubah karena sumber airnya langsung berasal dari air yang ada di atasnya. Air terjun ini semakin indah karena ada pepohonan yang hijau dan rindang di sekitarnya. Uniknya, kontur air terjun ini bertingkat, sehingga mampu melukiskan keindahan yang luar biasa. Grojogan Puncung memiliki ketinggian sekitar 15 meter yang aliran airnya langsung jatuh ke dasar kolam di bawahnya. Kolam inilah yang menjadi favorit pengunjung untuk berenang dan bermain air. Karena, kedalamannya hanya 7 meter membuat kolam ini tidak berbahaya jika digunakan untuk berenang dan bermain air. Warna bebatuan yang putih dan cerah di sekitar air terjun membuat pemandangan semakin mempesona. Batuan putih tersebut dikarenakan merupakan jenis batuan kapur. Baik pada musim kemarau maupun penghujan, debit air di sini tidak mengalami perubahan berarti. Sehingga, pengunjung bebas berkunjung kapan saja. Namun, jika ingin berenang, sebaiknya pengunjung datang pada saat musim kemarau karena airnya jernih dan lebih segar. Selain itu, di sini juga merupakan spot foto bagus untuk mendapatkan foto berlatar belakang pemandangan alam yang indah dan alami. Untuk mengunjungi lokasi ini, pengunjung belum dikenakan biaya resmi. Namun, karena dikelola oleh masyarakat sekitar, pengunjung diwajibkan membayar seikhlasnya. Dana tersebut juga digunakan sebagai modal untuk mengembangkan lokasi wisata, bukan sepenuhnya untuk kepentingan pribadi masyarakat sekitar. Karena masih dalam proses pengembangan secara manual, Grojogan Pucung belum memiliki fasilitas lengkap seperti destinasi wisata lain di Jogja.
Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dikenal dengan Pantai Parangtritis, Bantul juga memiliki banyak destinasi wisata alam lain yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Grojogan Pucung. Destinasi yang satu ini berupa air terjun yang berada di tengah hutan belantara dan belum banyak mendapat sentuhan pihak pengelola. Daya tarik
Banyaknya Universitas, baik negeri maupun swasta, di Yogyakarta tidak menjadikan daerah istimewa ini hanya dikenal sebagai kota pelajar. Di kota yang juga dikenal dengan nama Jogja ini memiliki kelebihan lain selain sebagai kota pelajar. Salah satunya adalah sebagai daerah tujuan wisata yang banyak diburu oleh wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Salah satu tujuan wisata yang mulai banyak dikunjungi di Jogja adalah Air Terjun Luweng Sampang yang terletak di Kabupaten Gunungkidul. Seperti yang diketahui selama ini, bahwa Gunungkidul memiliki tanah berbatu dan bercadas. Rupanya keadaan inilah yang membuat Air Terjun Luweng Sampang unik dan berbeda dengan sebagian besar wisata air terjun yang ada di Jogja. Air Terjuan Luweng Sampang tampak indah karena dihiasi oleh batuan cadas yang ada di sisi kanan dan kirinya. Pemandangan ini tentu saja sangat kontras dengan birunya warna air terjun yang jernih. Uniknya lagi, bebatuan cadas di sekitar air terjun memperlihatkan bekas adanya erosi akibat air yang mengikis. Bekas erosi ini sangat indah dan mirip dengan tebing Antelope Canyon yang ada di Arizona. Bedanya, jika di Arizona berwarna merah bata dan cerah, di air terjun ini memiliki bebatuan yang berwarna khas bebatuan, yakni cokelat gelap. Tidak seperti air terjun lain di Jogja yang memiliki ketinggian belasan hingga puluhan meter, Air Terjun Luweng Sampang hanya memiliki ketinggian sekitar lima meter. Namun, karena ini pula, pengunjung dapat menikmati keindahan air terjun dari atas ketinggian. Pengunjung dapat memanjat ke atas dan menikmati ait terjun dari atas bebatuan. Pengunjung akan melihat air terjun yang mengalir dengan bentuk seperti luweng. Dengan ketinggian yang hanya lima meter, debit air terjun ini tidak terlalu besar. Sehingga, pengunjung dapat mandi di bawah air terjun dengan aman dan nyaman. Namun, debit air di sini sering berubah sesuai dengan musim, yakni akan lebih besar ketika musim penghujan, dan akan lebih rendah dan jernih pada musim kemarau.
Banyaknya Universitas, baik negeri maupun swasta, di Yogyakarta tidak menjadikan daerah istimewa ini hanya dikenal sebagai kota pelajar. Di kota yang juga dikenal dengan nama Jogja ini memiliki kelebihan lain selain sebagai kota pelajar. Salah satunya adalah sebagai daerah tujuan wisata yang banyak diburu oleh wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Salah satu tujuan wisata
Sebelum didirikan beberapa wisata ramah anak di Jogja, telah hadir beberapa desa yang dikembangkan menjadi wisata edukasi... Yap! Salah satunya adalah Desa Wisata Kembang Arum. Desa Wisata Kembang Arum terletak di Kembangarum 13, Donokerto, Turi, Wetan Kali, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55551. Pemukiman yang indah ini memiliki lahan yang cukup luas sekitar 22 hektar dan desa ini juga mendapatkan penghargaan menjadi pemenang juara 1 dalam Festival Desa Wisata tahun 2008. Nah dari situ, mulailah semakin dikembangkan berbagai kegiatan sebagai wisata beredukasi sehingga belajar ke alam secara langsung akan membuat inteligensi dan motorik anak berkembang. Seperti apa aktivitas kegiatan alam di Desa Wisata Kembang Arum ? Suasana Desa Kembang Arum yang tenang, asri, dengan udara segar, dan suasana pedesaan yang masih khas menjadi daya tarik tersendiri, sehingga kerap kali desa ini dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event. Maka dari itu, desa ini memiliki 1 rumah yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan event. Aktivitas yang ada di lokasi wisata ini bermacam – macam seperti aktivitas alam, aktivitas wahana dan lain – lain. Aktivitas yang telah di sediakan dapat anda nikmati bersama dengan keluarga untuk bersenang – senang, memberikan edukasi ke anak, serta menghabiskan waktu bersama yang akan menyatuhkan keluarga. Berbagai wahana yang dimiliki salah satu nya yaitu wahana outbound. Apa saja wahana outbound itu? Flying Fox (Arsitayogyakarta.com) Permainan yang satu ini ditujukan untuk memacu adrenalin anda dan anak, dari ketinggian sekitar 5 meter, ditambah lagi anda dapat merasakan segarnya udara desa dengan pemandangan yang indah hlo. Tapi tenang, tentunya wisata ini aman karena dibantu oleh pemandu profesional dan menggunakan peralatan standard. Jembatan Layang (kotajogja.com) Pada kegiatan kali ini akan dihadapkan pada sebuah jembatan yang berada di atas kolam air, dan anda akan ditantang untuk melewati jembatan tersebut. Yak tentunya kegiatan ini akan membantu anda dan anak
Sebelum didirikan beberapa wisata ramah anak di Jogja, telah hadir beberapa desa yang dikembangkan menjadi wisata edukasi… Yap! Salah satunya adalah Desa Wisata Kembang Arum. Desa Wisata Kembang Arum terletak di Kembangarum 13, Donokerto, Turi, Wetan Kali, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55551. Pemukiman yang indah ini memiliki lahan yang cukup luas sekitar
Berbicara tentang desa wisata, di Yogyakarta adalah surganya. Salah satu wisata alam ini sangat digemari oleh pengunjung karena banyak hal yang dapat dilakukan. Selain berlibur dan menghilangkan penat, berwisata ke desa wisata juga dapat dijadikan sarana edukasi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Desa Wisata Brayut Salah satu desa wisata yang banyak dikunjungi di Jogja adalah Desa Wisata Brayut. Terletak di Kabupaten Sleman, Kecamatan Sleman. desa wisata ini sangat sejuk dan memperlihatkan pemandangan alam yang khas pedesaan. Di sini, salah satu keunggulan yang ditonjolkan adalah pertaniannya yang bagus. Karena, sebagian besar penduduk di Desa Brayut memiliki mata pencaharian sebagai petani. Suhu udara di desa wisata ini tergolong sejuk, yakni 26 derajat celcius. Hal itu dikarenakan letaknya berada di ketinggian sekitar 243 di atas permukaan laut. Sejarah terbentuknya Desa Brayut tidak terlepas dari Bapak Budi Utomo seorang Dosen Akindo dan pengajar bahasa di Lembaga Pendidikan Bahasa Indonesia untuk orang asing di Turi, Sleman. Karena untuk mengajarkan bahasa perlu aktivitas interaksi dengan masyarakat lokal, maka beliau selaku tuan rumah Desa Brayut melihat potensi yang terdapat di desa nya tersebut, maka beliau untuk mengedukasi masyarakat untuk menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu asing perlu adanya lembaga. Untuk itu beliau membuat Yayasan Ani-ani di Desa Brayut. Sejak itulah desa Brayut mulai dikenal untuk orang-orang asing melalui lembaga bahasa ini. Perkembangan selanjutnya tidak hanya tamu asing yang datang tetapi wisatawan lokal dan pelajarpun mulai mengunjungi desa Brayut. 10 Kegiatan Yang Wisatawan Lakukan di Desa Brayut 1 Belajar Bercocok Tani Desa Wisata Brayut merupakan tempat bagi pengunjung yang ingin mengetahui cara bertani yang baik dan benar. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar secara langsung cara bercocok tanam dengan mengikuti kegiatan penduduk Desa Brayut saat bertani. Desa Brayut mempunyai paket-paket aktivitas bertani untuk wisatawan yaitu paket membajak sawah dengan menggunakan alat Bajak Tradisional berupa sapi dan perlengkapannya. Kegiatan
Berbicara tentang desa wisata, di Yogyakarta adalah surganya. Salah satu wisata alam ini sangat digemari oleh pengunjung karena banyak hal yang dapat dilakukan. Selain berlibur dan menghilangkan penat, berwisata ke desa wisata juga dapat dijadikan sarana edukasi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Desa Wisata Brayut Salah satu desa wisata yang banyak dikunjungi di Jogja
Berbicara soal wisata alam, Yogyakarta tidak diragukan. Di daerah yang terkenal dengan sebutan kota pelajar ini, banyak sekali wisata alam yang dapat dijumpai. Mulai dari wisata pantai, desa wisata, bukit, hutan, goa, hingga air terjun dapat ditemui di Jogja. Demi keindahannya, keaslian dan keasrian wisata-wisata alam tersebut tetap dijaga dengan baik. Salah satu wisata alam yang banyak dijadikan tujuan wisata adalah Air Terjun Tlogo Muncar. Air terjun ini terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Letaknya yang berada di lereng Gunung Merapi membuat wisata yang satu ini begitu indah, sehingga banyak menarik perhatian turis. Suasana di air terjun ini pun sangat sejuk dan menenangkan. Air Terjun Tlogo Mucar ini terletak di ketinggian sekitar 878 mdpl dan memiliki suhu udara sekitar 20 hingga 25 derajat celcius. Ketinggian Air Terjun Tlogo Muncar ialah 30 hingga 40 meter, sehingga sangat indah saat dijadikan latar belakang sebuah foto. Suhu udara yang relatif dingin di air terjun ini tidak menjadi halangan bagi pengunjung untuk berlama-lama bersantai di wisata ini. Sebab, airnya yang jernih dan segar mampu menghipnotis siapa pun yang datang. Aliran air di air terjun ini berasal dari lereng bukit Plawangan yang berada tidak jauh dari air terjun tersebut. Seperti air terjun pada umumnya, Air Terjun Tlogo Muncar memiliki debit air yang kurang deras saat musim kemarau dan cukup deras pada musim penghujan. Di sekitar Air Terjun ini, terdapat taman bermain untuk anak-anak. Sehingga, para orang tua juga banyak yang mengajak serta anak-anak mereka untuk berlibur di sini. Menariknya lagi, di sini juga terdapat monyet ekor panjang liar yang hidup di sekitar air terjun. Tentu saja, ini juga dapat menjadi wisata edukasi bagi anak-anak yang belum mengetahui dan melihat secara langsung hewan mamalia tersebut. Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, Air Terjun Tlogo Muncar pernah dijadikan tempat mandi oleh Cewi Condrokirono yang merupakan salah satu putri
Berbicara soal wisata alam, Yogyakarta tidak diragukan. Di daerah yang terkenal dengan sebutan kota pelajar ini, banyak sekali wisata alam yang dapat dijumpai. Mulai dari wisata pantai, desa wisata, bukit, hutan, goa, hingga air terjun dapat ditemui di Jogja. Demi keindahannya, keaslian dan keasrian wisata-wisata alam tersebut tetap dijaga dengan baik. Salah satu wisata alam