Berbagai wisata alam baru muncul di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Salah satu destinasi wisata yang indah dan wajib dikunjungi di Kabupaten Bantul ialah Curug Pulosari. “Curug” artinya air terjun yang ukurannya kecil, sedangkan “Pulosari” adalah nama daerah tersebut. Curug Pulosari berada di bawah jurang. Meskipun begitu, pemandangan luar biasa akan menyambut pengunjung setibanya di tempat ini. Air terjun dikelilingi pepohonan dan suasana yang asri. Air jernih mengalir dan suara gemericiknya membuat suasana semakin kental alaminya. Curug ini mempunyai ketinggian sekitar 5 hingga 7 meter. Lantaran tempatnya yang tersembunyi, air terjun ini sangat cocok untuk me-refresh pikiran. Selain itu, air yang mengalir jatuh membentuk seperti tirai putih yang cantik. Hal ini yang menjadi daya tarik air terjun ini. Nah, di bawahnya, terdapat kolam yang biasa digunakan pengunjung untuk bermain-main air. Pada saat musim hujan, volume air akan bertambah, sehingga pemandangannya pun semakin mempesona. Berbagai aktivitas fisik yang menantang adrenalin juga bisa dilakukan di Curug Pulosari. Pengunjung bisa berolahraga panjat tebing (climbing) dan turun tebing di area sebelah barat air terjun, yakni di daerah perbukitan. Lantaran keasrian dan kealamiannya, Curug Pulosari sering dijadikan spot foto prewedding, bahkan pemotretan untuk studi banding. Akses jalan menuju Curug ini sangat layak dan bagus. Air terjun in tepatnya berada di Njurug, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga tiket masuk ke air terjun ini cukup murah, yakni sebesar 2.000,- rupiah per orang. Sedangkan, tarif parkir objek wisata ini ialah sebesar 2.000,- untuk motor dan 5.000,- untuk mobil. Sebelum sampai di lokasi air terjun, pengunjung harus berjalan sedikit dari tempat parkir. Dengan berbagai fasilitas, di antaranya ruang ganti baju, warung makan, tempat parkir, penyewaan ban renang, gazebo, dan warung oleh-oleh, pengunjung dapat menikmati suasana harmoni alam dengan nyaman. Bila ingin mengunjungi Curug Pulosari atau destinasi wisata lainnya di Jogja, segera pesan paket wisata Jogja di
Berbagai wisata alam baru muncul di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Salah satu destinasi wisata yang indah dan wajib dikunjungi di Kabupaten Bantul ialah Curug Pulosari. “Curug” artinya air terjun yang ukurannya kecil, sedangkan “Pulosari” adalah nama daerah tersebut. Curug Pulosari berada di bawah jurang. Meskipun begitu, pemandangan luar biasa akan menyambut pengunjung setibanya di tempat ini.
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di media sosial. Pemandangan alam perbukitan yang luas dengan vegetasi yang hijau nan asri mempesona siapa pun yang berkunjung. Di atas perbukitan Watu Payung Gunung Kidul, wisatawan bisa menikmati udara yang sejuk dan segar. Bila berkunjung pada siang hari, wisatawan bisa menikmati embusan angin sepoi yang bertiup. Pengunjung bisa menikmati mata hari terbit pada pagi hari dan matahari terbenam pada sore hari dengan latar panorama alam yang indah nan menawan. Keindahannya semakin memukau bila dilihat dari gardu pandang yang unik. Nah, bagi pencinta petualangan, Watu Payung tak hanya menawarkan keindahan panorama, tetapi juga aktivitas tracking. Wisatawan dapat mencoba pengalaman melintasi jalan setapak terjal yang terdapat beberapa spot foto yang menarik. Selain tracking, wisatawan juga akan bisa melakukan outbond. Sebab, pengelola sedang memperbanyak fasilitas yang lebih seru. Nah, Watu Payung ini letaknya berada di Turunan, Girisuko, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya pun mudah ditemukan. Walaupun begitu, untuk menuju ke sana, ada baiknya wisatawan berhati-hati karena jalannya naik-turun dan berbelok-belok. Sementara itu, biaya untuk menikmati keindahan dan keseruan di Watu Payung cukup murah. Sebab, pengunjung belum dikenakan biaya masuk. Ya, objek wisata ini belum dikelola secara resmi oleh pihak terkait. Oleh karena itu, wisatawan hanya dikenakan biaya parkir sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 5.000,- rupiah untuk mobil. Meskipun begitu, fasilitas di objek wisata ini cukup lengkap, sehingga pengunjung merasa nyaman, di antaranya gazebo, mushala, area parkir, kamar mandi/toilet, warung, dan lain sebagainya. Jika tertarik dan ingin mengunjungi Watu Payung Gunung Kidul atau destinasi wisata
Salah satu destinasi wisata yang memukau keindahannya ialah Watu Payung Gunung Kidul. Asal nama Watu Payung karena terdapat batu besar yang menyerupai payung. Di sana, terdapat beberapa spot foto dengan background yang indah. Hal inilah yang membuat objek wisata ini terkenal. Gardu pandangnya dan foto corner yang unik menjadi buruan para wisatawan untuk di-posting di
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal Pangeran Diponegoro beserta keluarganya. Selanjutnya, museum ini didirikan oleh Mayjen TNI Surono. Pada akhirnya, pendirian museum ini dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo. Panitia persiapan pembangunan Monumen Pangeran Diponegoro pun dibentuk, tepatnya pada tanggal 2 Juli. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII Diponegoro. Beruntung, salah satu ahli waris menyetujui monumen itu dibangun di atas tanah peninggalan Pangeran Diponegoro. Surat Pernyataan itu pun ditandatangani oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewantara, dan dr. Sahir Nitiharjo. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober 1968, Pangdam VII selaku pembina Rumpun Diponegoro menanam prasasti “Ngesti Paras Gapuraning Tunggal” yang menunjukkan angka 1968 M di tanah bekas puri Pangeran Diponegoro. Arti prasasti tersebut, yaitu “untuk mencapai cita-cita yang indah dengan jalan tenar akan terjalin suatu persatuan”. Pada tanggal 9 Agustus 1969, Jenderal TNI (purnawirawan) Soeharto meresmikan Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Dengan luas sekitar 2 hektar, museum ini memiliki arsitektur Jawa. Pendapa dan pringritan di museum ini berisi berbagai benda bersejarah, terutama senjata tradisional, seperti keris, tombak, pedang, panah, dan lain sebagainya. Salah satu hal menarik di Museum Pangeran Diponegoro ialah lubang yang menjadi jalan keluar bagi Pangeran Diponegoro untuk meloloskan diri dari kepungan tentara Belanda. Ada pula barang peninggalan Sri Sultan HB II, seperti ketipung dan wilahan bonang penembung dari kayu serta perunggu merah dan kuning. Jumlahnya pun sebanyak lebih dari 100 buah. Selain itu, terdapat meriam di depan dan sebelah timur pendopo, serta berbagai macam peralatan rumah tangga, di antaranya tempat sirih, canting, teko, juga bokor. Museum Monumen Pangeran Diponegoro berada di
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal
Salah satu objek wisata di daerah Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang kini menarik perhatian masyarakat ialah Grojogan Lepo Dlingo. Mulai dibuka sejak tahun 2013, objek wisata ini sudah ramai pengunjung, terutama pada akhir pekan. Kondisinya yang masih sangat alami membuat masyarakat tertarik untuk berkunjung dan menikmati suasananya. Grojogan Lepo Dlingo mempunyai beberapa tingkat air terjun di dalam satu aliran sungai. Gerojokan pertama yang berada di dekat tempat penarikan sumbangan tidak terlalu tinggi, yakni hanya setinggi sekitar 1 meter. Terdapat sebuah cekungan alami berbentuk kolam renang dengan kedalaman 1 hingga 1,5 meter di bawah gerojogan ini. Gerojogan kedua terletak di bawah gerojogan pertama tadi. Tingginya sekitar 10 meter dengan tipe air terjun melebar. Nah, gerojokan inilah yang menjadi ikon dan amat menarik perhatian pengunjung. Pada dinding air terjun, mengalir air yang membentuk tirai kecil akibat pengendapan kapur yang larut di dalam air. Terdapat kolam yang panjangnya 30 meter dan berkedalaman 1 meter berada di bawah gerojogan kedua ini. Memang, tampak bahwa aliran air ini seperti sengaja dibendung sebagai sarana mandi atau berenang bagi pengunjung. Gerojogan ketiga mempunyai tinggi dan tipe aliran air yang hampir sama dengan gerojogan kedua. Menariknya, pada gerojogan ketiga ini, ada batuan di dinding sekitar air terjun dan membentuk persegi panjang yang tersusun rapi. Meskipun kolam yang berada di bawahnya tidak berbahaya, ada baiknya para pengunjung berhati-hati ketika bermain-main di sana. Untuk menemukan objek wisata Gerojogan lepo Dlingo amat mudah, meskipun jauh dari pusat kota. Gerojogan ini tepatnya berada di Dusun Pokoh, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Pokoh I, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lantaran masih termasuk baru, untuk memasuki objek wisata ini tidak dikenakan biaya tiket. para pengunjung hanya dikenakan biaya untuk parkit, yakni sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 10.000,- rupiah untuk mobil. Sementara itu, fasilitas di Gerojogan Lipo Dlingo ini belum memadai. Beberapa fasilitas yang ada, di
Salah satu objek wisata di daerah Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang kini menarik perhatian masyarakat ialah Grojogan Lepo Dlingo. Mulai dibuka sejak tahun 2013, objek wisata ini sudah ramai pengunjung, terutama pada akhir pekan. Kondisinya yang masih sangat alami membuat masyarakat tertarik untuk berkunjung dan menikmati suasananya. Grojogan Lepo Dlingo mempunyai beberapa tingkat air terjun di
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas 10 Ha. Hal ini menarik perhatian berbagai pihak, khususnya pencinta lingkungan dan pemerintah. Pada akhirnya, mereka bekerja sama melakukan reboisasi hingga seluas 600 Ha. Kini, hutan tandus itu menjadi hijau. Hutan Wanagama merupakan hutan yang unik. Sebab, di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman dari berbagai daerah. Sehingga, hutan ini juga disebut sebagai miniatur hutan. Pohon akasianya termasuk dalam Hutan Tanaman Industri dan berpotensi sebagai bubur kayu yang merupakan bahan dari beberapa perusahaan besar. Ada pula deretan pohon minyak kayu putih dan atsiri yang berguna untuk menghangatkan badan. Berbagai pohon lainnya, seperti eboni, cendana, murbei, jati, dan lainnya juga terdapat di hutan ini. Tak hanya berbagai tanaman, di hutan ini juga dihuni oleh berbagai jenis hewan, seperti unggas, kera, serta beberapa jenis reptil. Kebutuhan air di hutan ini bersumber dari 3 sungai, yakni Oyo, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Adanya ketiga sungai ini memberi kesan sejuk, sedangkan suara gemericiknya membuat hati tenang. Nah, salah satu hal menarik yang terdapat di Hutan Wanagama ialah salah satu pohon yang membuat hutan ini mendunia, yakni pohon jati (Tectona Grandis) yang ditanam oleh pangeran Charles pada tahun 1989. Konon, pohon ini memiliki hubungan erat dengan Pangeran Charles. Pasalnya, pada saat Pangeran Charles mengumumkan perpisahannya dengan Putri Diana, pohon yang waktu itu masih setinggi 1 meter ini mengering, seakan ikut merasakan kesedihan atas perpisahan itu. Hutan ini membuat para pengunjung merasakan nuansa alam yang kental. Hutan Wanagama ini beralamat di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biaya masuk
Salah satu tempat wisata menakjubkan sekaligus tempat belajar yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta ialah Hutan Wanagama. Pada awalnya, hutan ini amat tandus akibat penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Prof. Oemi Han’im yang merasa harus ada perbaikan memelopori penghijauan hutan ini. Ia pun menanam pohon di lahan seluas
Tak jauh dari Candi Ratu Boko, Candi barong, dan Candi Ijo, terdapat candi bercorak Buddha. Candi ini bernama Candi Banyunibo. Dibangun pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno, candi ini berdiri megah dengan stupa pada bagian atasnya yang merupakan ciri khas Buddha. Di dusun sekitar Candi Banyunibo, ada juga candi yang berserakan. Pada sekitar tahun 1940, Candi Banyunibo disusun kembali setelah ditemukan dalam keadaan rusak. Nama Banyunibo sendiri berarti air yang jatuh atau menetes. Walaupun jarang dikunjungi oleh wisatawan, sebenarnya Candi Banyunibo sangat potensial karena keindahan, keunikan, dan eksotisnya. Banyaknya ornamen atau hiasan di candi ini menjadi daya tariknya. Bahkan, hampir setiap bagian candi terdapat relief. Beberapa bagian candi mempunyai ornamen yang sama. Hal ini tidak mengurangi keagungan candi ini. Nah, hiasan itu terdiri atas beberapa bidang yang terdapat ornamen tanaman yang berada di pot. Terletak di antara ladang tebu dan persawahan, candi utamanya menghadap ke arah barat. Di sekitarnya, terdapat 6 candi perwira atau pendamping yang berbentuk stupa dan terletak di sebelah selatan dan timur candi utama. Dua relief candi ini merujuk pada Dewi Hariti, yakni dewi kesuburan dalam agama Buddha; serta Vaisravana, yaitu suami Dewi Jariti. Dewi Hariti juga dianggap sebagai Dewi Ibu dan Dewi Kekayaan. Dahulu, warga setempat menyebut Candi Banyunibo sebagai Si Sebatang Kara Banyunibo. Sebab, letaknya terpisah dari candi-candi lainnya. Terdapat singa di sebelah kanan dan kiri pintu masuknya. Hal ini melambangkan penjaga candi. Aktivitas yang bisa dilakukan di Candi Banyunibo Candi Banyunibo Anda tidak sebatas hanya berfoto atau mempelajari sejarah candi saja. Kini ada sebuah aktivitas lain yaitu Jemparingan atau memanah gaya mataraman yang mungkin sebagian orang belum banyak yang mengetahui aktivitas ini. Beberapa tahun ini Jemparingan mulai banyak di minati oleh beberapa anak muda, bahkan banyak komunitas Jemparingan yang sudah aktif dan mulai membuat kejuaraan atau event tahunan. Termasuk di area Candi
Tak jauh dari Candi Ratu Boko, Candi barong, dan Candi Ijo, terdapat candi bercorak Buddha. Candi ini bernama Candi Banyunibo. Dibangun pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno, candi ini berdiri megah dengan stupa pada bagian atasnya yang merupakan ciri khas Buddha. Di dusun sekitar Candi Banyunibo, ada juga candi yang berserakan. Pada sekitar
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga saat ini, terdapat sebanyak lebih dari 30 ekor rusa timor. Ada juga Arboretum seluas 10,7 hektar dengan berbagai tanaman hutan. Tak hanya itu, persemaian dan pabrik pengelolaan minyak kayu putih “Sendang Mole” ada di kawasan ini. Taman Hutan Raya sering digunakan sebagai wilayah konservasi penelitian yang berada di Yogyakarta. Bahkan, banyak peneliti dari luar Yogyakarta datang karena berbagai flora dan faunanya. Terlebih, tempat ini didukung oleh berbagai potensi kawasan yang terkenal, seperti Hutan Wanagama, yang merupakan area pendidikan dan penelitian. Salah satu vegetasi di kawasan Taman Hutan Raya ialah tanaman yang meranggas pada musim kemarau. Pada musim seperti itu, hutan akan tampak lebih terbuka. Uniknya, bagian tepi hutan tetap hijau karena mengalir sungai Oyo. Berbagai bibit tanaman juga dikembangkan di Taman Hutan Raya, di antaranya tanaman tati, mahoni, kayu putih, dan jambu mete. Dengan jumlah produksi lebih dari dua juta bibit per tahun, berbagi tanam ini merupakan program reboisasi. Bila ingin bermain dengan rusa, menyentuh dan memberinya makan, pengunjung bisa menuju penangkaran rusa. Hewan-hewan liar itu berada di kandang berukuran 40x40 meter yang berada di sebelah timur area persemaian. Selain rusa, ada juga burung madu srigati, elang ular bido, alap-alap sapi, elang alpacina, raja udang, burung madu kelapa, cucak kutilang, dan kepodang. Taman Hutan Raya dibagi menjadi 3 zona. Zona 1 terdiri atas atraksi gajah, areal cycling, kuliner gantung, cultur show, dan camping ground. Sedangkan, zona 2 terdiri atas pabrik minyak kayu putih, persemaian, research centre, serta pusat indukan rusa. Sementara itu, zona 3 merupakan
Tak hanya pantai, Gunung Kidul, Yogyakarta, juga mempunyai Taman Hutan Raya. Taman hutan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pada tahun 2012 dengan luas sekitar 634 hektar. 6,2 hektar kawasan ini adalah area penangkaran rusa timor (Cervus Timorensis) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan kelompok tani di sekitarnya. Hingga
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran, embung atau telaga ini mempunyai fungsi utama mengairi kebun buah yang berada di daerah sekitarnya. Pemandangan di Embung Nglanggeran Bila ingin mencapai embung ini, maka para pengunjung harus menaiki anak tangga berjumlah puluhan dan berkelok-kelok. Namun, lelahnya perjalanan itu akan terbayar ketika telah berada di atasnya. Nah, tepat di bawah embung inilah, terdapat perkebunan buah milik warga yang dialiri air embung tersebut. Oleh karena itu, tempat wisata ini juga disebut kebun Buah Nglanggeran. Embung Nglangeran ini dikelilingi oleh tebing-tebing dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Menurut penduduk di sekitarnya, telaga buatan ini tercipta dari sebuah bukit yang dipotong sedemikian rupa hingga menjadi telaga. Baca Juga: Picnic Trip with Campa Van Semburat Senja di Embung Nglanggeran Gunung Kidul Desain Embung Nglanggeran ini pun terbilang bagus. Di beberapa sisi telaga, terpasang instalasi yang mengalirkan air dari telaga ini ke area persawahan dan perkebunan warga. Dengan luas area sekitar 60x60 meter, telaga ini pun menarik dan mampu menghipnotis pengunjungnya. Bila datang ke Embung Nglanggeran pada pagi hari, pengunjung bisa menyaksikan matahari terbit dari tampak dari kejauhan dan indahnya pemandangan dengan latar lembah hijau yang berkabut. Nah, moment mengesankan lainnya ialah bila mengunjungi objek wisata ini pada sore hari. Saat musim kemarau, matahari terbenam menjadi momen yang dinanti. Hal itu terjadi karena langit cenderung lebih cerah sehingga ufuk barat lebih besar kemungkinannya untuk terlihat ketika matahari terbenam. Dari di pinggir Embung pengunjung bisa menikmati senja tanpa terhalang oleh pepohonan, bukit atau apapun. Hal Yang Tidak Boleh dilakukan di Embung
Siapa bilang di Gunung Kidul, Yogyakarta, hanya pantainya yang indah? Pada tanggal 19 Februari 2013, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan salah satu objek wisata di daerah Gunung Kidul yang tak kalah menakjubkannya, yakni Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan. Namun, soal keindahan, embung ini tidak bisa diremehkan. Berada di sekitar Gunung Api Purba
Salah satu pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang menakjubkan ialah Pantai Watu Kodok. Pasirnya yang putih dan air yang berwarna biru membuat pantai ini tampak eksotis. Selain itu, batu karang yang terjal menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri di pantai ini. Lantaran masih baru, pantai ini masih sangat alami dan lestari. Sehingga, cocok untuk menghabiskan liburan bersama teman atau keluarga. Asal mula nama Pantai Watu Kodok karena adanya dua batu karang yang berbentuk menyerupai kodok di sisi barat dan timur pantai. Sehingga, dua batu karang ini menjadi ikon Pantai Watu Kodok. Di sekitar pantai, banyak terdapat pohon cemara udang dan pandan laut. Pengunjung bisa berteduh di bawah pepohonan itu sembari menikmati suasana pantai. Selain itu, pengunjung boleh berenang, tetapi harus berhati-hati karena ombak di pantai ini sama berbahayanya seperti pantai lainnya. Di Pantai Watu Kodok, terdapat spot foto yang instagramable serta area camping. Keindahan pantai yang menakjubkan layak dipasang di sosial media. Sedangkan, bagi pengunjung yang ingin bermalam, tidak perlu khawatir karena ada keamanan yang menjaga area pantai. Area Pantai ini memang bisa dikatakan sepi pengunjung dan seperti surga tersembunyi, pasalnya selain akses jalan masuk menuju pantai ini yang tidak memungkinkan bus pariwisata memasuki area ini dikarenakan hanya cukup dilalui satu mobil saja dan harus bergantian jika ada dua mobil yang berpapasan. Sepinya pengunjung justru membuat alam Pantai Watu Kodok menjadi terjaga dari hiruk pikuk wisatawan. Di Pantai ini juga terdapat private resort yang mengangkat tema natural. Resort yang bernama Villa Watu Kodok, unikmya villa ini dibangun diatas bukit-bukit kecil-kecil yang mengelilingi pantai Watu Kodok. Konsep bangunan Joglo atau limasan di padukan dengan lingkungan alam sekitar menjadikan villa Watu Kodok sangat nyaman ditinggali. kebanyakan hanya turis asing yang menginap disana. Memanjakan mata dengan keindahan pantai, menghirup aroma laut, menikmati angin sepoi, dan menenangkan pikiran sejenak bisa menjadi pelepas stres. Lantaran
Salah satu pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang menakjubkan ialah Pantai Watu Kodok. Pasirnya yang putih dan air yang berwarna biru membuat pantai ini tampak eksotis. Selain itu, batu karang yang terjal menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri di pantai ini. Lantaran masih baru, pantai ini masih sangat alami dan lestari. Sehingga, cocok untuk menghabiskan
Sebagai surganya pantai, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta menawarkan banyak keindahan alam yang menjadi pilihan liburan. Pantai Sadeng yang juga sering disebut sebagai surganya nelayan termasuk pantai yang menarik untuk dikunjungi. Terbukti, baik wisatawan mancanegara maupun lokal banyak yang berkunjung ke pantai ini. Pantai ini disebut sebagai surganya para nelayan karena dahulu, pada tahun 1982, para nelayan dari daerah Gombong yang berbondong-bondong datang dan mendirikan perkampungan. Perkampungan ini pun berkembang seiring waktu, bahkan hingga lebih dari 35 tahun. Konon, lokasi Pantai Sadeng ini merupakan muara Sungai Bengawan Solo Purba, selain terdapat pelabuhan ikan. Salah satu objek wisata yang ada di Pantai Sadeng ialah Telaga Suling. Penduduk daerah ini meyakini bahwa telaga ini menyimpan sisa-sisa air dari sungai Bengawan Solo Purba. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua perbukitan kabur yang memanjang dan terdapat lembah berada di tengahnya. Lembah yang memiliki panjang 7 kilometer ini amat subur. Sehingga, kini menjadi ladang palawija bagi masyarakat sekitarnya. Nah, bila ingin melihat aktivitas para nelayan, maka Pantai Sadeng tempatnya. Wisatawan dapat menikmati pemandangan aktivitas yang natural, mulai dari kegiatan para nelayan yang sedang membersihkan perahu, membawa hasil tangSalah satu objek wisata yang ada di Pantai Sadeng ialah Telaga Suling. Penduduk daerah ini meyakini bahwa telaga ini menyimpan sisa-sisa air dari sungai Bengawan Solo Purba. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua perbukitan kabur yang memanjang dan terdapat lembah berada di tengahnya. kapan, menggiling es untuk mengawetkan ikan, hingga yang tak kalah menarik ialah proses pelelangan ikan. Tidak lengkap rasanya bila ke pantai, tetapi tidak menikmati seafood. Nah, selain menikmati keindahan pantai dan melihat aktivitas nelayan di Pantai Sadeng, wisata kuliner juga tak boleh terlewatkan. Pasalnya, kuliner aneka seafood di pantai ini juga terkenal. Menariknya lagi, berbagai makanan laut ini bisa kita dapatkan dengan harga relatif murah. Jadi, pengunjung tidak perlu khawatir soal harga. Menikmati makanan laut yang
Sebagai surganya pantai, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta menawarkan banyak keindahan alam yang menjadi pilihan liburan. Pantai Sadeng yang juga sering disebut sebagai surganya nelayan termasuk pantai yang menarik untuk dikunjungi. Terbukti, baik wisatawan mancanegara maupun lokal banyak yang berkunjung ke pantai ini. Pantai ini disebut sebagai surganya para nelayan karena dahulu, pada tahun 1982, para