Siapa yang tidak mengenal Gunung Merapi? Gunung yang berada di Kota Yogyakarta ini menyimpan berbagai misteri dan sejarah. Karena penuh dengan sejarah, maka Gunung Merapi memiliki museum yang bernama Museum Gunung Merapi. Museum Merapi dibangun sebagai sarana edukasi mengenai Gunung Merapi. Tidak hanya aspek ilmiah, tapi juga aspek sosial dan lainnya ada di sini. Museum Gunung Merapi Museum Gunung Merapi telah diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare, museum yang ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal masyarakat sebagai Museum Gunungapi Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi. Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya. Koleksi Museum Gunung Merapi Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Gunung Merapi. Miniatur Gunung Merapi, miniatur Gunung Merapi yang dilihat dari atas merupakan tontonan yang patut disimak. Aktivitas gunung meskipun berbahaya, tetapi memiliki daya tarik tersendiri. Miniatur ini menampilkan kenampakan Gunung Berapi yang sedang mengeluarkan asap. Koleksi di lantai 1: Meliputi filosofi kegunungapian dan alat peraga kegempaan serta tempat pengumpulan dan perarsipan benda bernilai yang berkaitan dengan Gunung Merapi dan Gunungapi pada
Siapa yang tidak mengenal Gunung Merapi? Gunung yang berada di Kota Yogyakarta ini menyimpan berbagai misteri dan sejarah. Karena penuh dengan sejarah, maka Gunung Merapi memiliki museum yang bernama Museum Gunung Merapi. Museum Merapi dibangun sebagai sarana edukasi mengenai Gunung Merapi. Tidak hanya aspek ilmiah, tapi juga aspek sosial dan lainnya ada di sini. Museum
Selama berabad-abad yang lalu, kawasan utara Yogyakarta menjadi pusat peradaban Kerajaan Mataram kuno. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan candi Hindu dan pada saat itu candi ini menjadi tempat pemujaan kepada Dewa Siwa. Candi ini berdiri dengan megahnya di kaki Gunung Merapi. Suatu saat Gunung Merapi meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11, kemungkinan tahun 1006 dan memporak-porandakan daerah sekitar gunung tersebut dan mengubur Candi Sambisari ini. Candi ini terkubur sangat dalam hingga beribu tahun lamanya. Awal mula penemuan Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari bernama Karyowinangun. Beliau saat yang saat itu sedang mencangkul, kemudian mata cangkulnya terbetur baru yang mempunyai ukiran. Setelah diteliti oleh Dinas Kepurbakalaan, akhirnya diketahui bahwa batu tersebut merupakan komponen candi dan dilakukan eskavasi alias penggalian lanjutan. Perlu waktu nyaris 3 windu untuk merampungkan proses eskavasi hingga rekonstruksi bangunan. Ditemukan pada tahun 1966, candi ini baru selesai dipugar pada tahun 1987. Sesuai dengan nama desa tempat ia ditemukan, candi ini pun diberi nama Candi Sambisari. Letak candi ini berada lebih rendah 6,5 meter daripada permukaan tanah disekitarnya. Bangunan Bangunan candi utama dikelilingi oleh pagar batu dengan ukuran 50 m x 48 m. Di kompleks candi ini mempunyai candi utama yang didampingi oleh tiga candi perwara atau pendamping. Pada bagian luar dinding bangunan utama terdapat lima relung. Di sebelah utara terdapat patung Durga Mahisasuramardini, yang merupakan istri dari Dewa Syiwa, dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Sebelah timur terdapat patung Ganesha, selatan terdapat patung Agastya, dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu yaitu Mahakala dan Nandiswara. Di dalam candi utama terdapat Lingga dan Yoni dengan ukuran cukup besar. Latar Belakang Keagamaan di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam
Selama berabad-abad yang lalu, kawasan utara Yogyakarta menjadi pusat peradaban Kerajaan Mataram kuno. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan candi Hindu dan pada saat itu candi ini menjadi tempat pemujaan kepada Dewa Siwa. Candi ini berdiri dengan megahnya di kaki Gunung
Goa Tanding yang berada di Gunungkidul mungkin bisa dikatakan gua terindah bila dibandingkan dengan gua lainnya yang berada di sekitarnya. Goa Tanding memiliki lorong sungai bawah tanah yang lebih panjang dan ruangan lebih besar. Asal usul nama Goa Tanding berawal dari salah satu warga Bejiharjo bernama Harto Tanding yang ingin membuat sumur. Tanah sudah digali, tetapi airnya tidak kunjung keluar. Semakin dalam digali, linggis Mbak Harto menembus rongga yang berada di perut bumi. Hingga, ia menemukan gua ini secara tidak sengaja. Pada awalnya, tidak ada akses keluar dan masuk Goa Tanding. Akses itu hanya melewati sumur Mbak Harto. Nah, lantaran situasi di dalam gua ini bahkan melebihi Goa Pindul, maka diberi nama Goa Tanding, selain diambil juga dari nama Mbah Harto Tanding. Pengunjung dapat menyusuri sungai bawah tanah menggunakan perahu karet di Goa Tanding. Kedalamannya mencapai 4 meter dengan tinggi 5 hingga 16 meter. Sedangkan, lebarnya sekitar 4 hingga 9 meter sesuai kontur gua. Nah, jarak susurnya mencapai 460 meter dengan durasi penyusuran sekitar 1 hingga 30 menit. Terdapat barisan stalaktit yang masih aktif bergelantungan di atap Goa Tanding. Ketika disorot menggunakan lampu senter, kelap-kelip kristal itu tampak indah. Sekitar 20 meter dari gua, pengunjung harus turun ke bawah dari arah pintu masuk. Nah, di sana, pengunjung baru bisa melihat dari luar keindahan Gua Tanding dan memulai pengarungan Gua Tanding seperti halnya rafting tetapi tidak ada arus di dalam Gua Tanding. Ada satu lokasi yang Anda bisa melihat cahaya masuk seperti halnya cahaya dari surga yang masuk dari sebuah lubang yang terbentuk dari galian Mbah Harto Tanding. Spot ini lah yang biasanya buat foto karena unik karena terdapat cahaya yang masuk ditengah-tengah gelap gulitanya gua. Spot lain untuk foto adalah staklaktit raksasa yang terdapat di salah satu spot foto yang meneluarkan butiran cahaya kristal jika di sorot menggunakan cahaya. Lokasi
Goa Tanding yang berada di Gunungkidul mungkin bisa dikatakan gua terindah bila dibandingkan dengan gua lainnya yang berada di sekitarnya. Goa Tanding memiliki lorong sungai bawah tanah yang lebih panjang dan ruangan lebih besar. Asal usul nama Goa Tanding berawal dari salah satu warga Bejiharjo bernama Harto Tanding yang ingin membuat sumur. Tanah sudah digali,
Museum Wayang Kekayon yang berada di jalan Wonosari ini memiliki banyak koleksi. Berdiri pada tahun 1990, museum ini memiliki banyak koleksi wayagn dan topeng , serta menampilkan sejarah wayang dari abad ke-6 hingga 20. Mulai dari wayang kulit, kayu, kain, hingga kertas, ada di Museum Wayang Kekayon. Sedangkan, berbagai jenis koleksi wayangnya, yakni wayang Purwa, Madya (menceritakan peristiwa Perang Baratayuda), Thengul, Klitik (tentang Damarwulan dan Minakjinggo), Beber, Gedhong (cerita tentang Dewi Candra Kirana), Suluh (tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain sebagainya. Hal menarik lainnya ialah poster penggambaran strategi perang Baratayuda, yakni Sapit Urang dan Gajah. Di depan Museum Wayang Kekayon, terdapat sarana mempelajari lingkungan dan kebudayaan bangsa Indonesian dengan angka untuk tanda Kekayon (7), Siaga (8), Angsti (9), dan Wiyata (1). Ini merupakan angka tahun selesainya pembangunan Museum Wayang Kekayon. Pengunjung akan disambut dengan udara yang sejuk dan kicauan burung ketika memasuki area museum ini. Terdapat oleksi Wayang Purwa gaya Yogkayarta pada unit pertama dan kedua. Terbaginya kerajaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta juga mempengaruhi gaya pewayangan keduanya. Koleksi wayang ini sudah lengkap, mulai dari wayagn tua hingga desain sederhana. Di unit ini, ada juga manekin wayang, termasuk Raden Gatotkaca yang tersimpan di dalam kotak besar. Pada unit lain, ada berbagai koleksi wayang pada zaman dahulu, mulai dari Wayang madya. Gedhong, hingga Golek. Sedangkan, pada unit ke delapan dan sembilan, terdapat bermacam-macam topeng dan pagelaran mini. Sementara itu, pada unit terakhir, terdapat berbagai macam wayang, seperti wayang Thaiand, Potehi, Kraton, Turis, dan lain sebagainya. Ada pula koleksi astrologi wayang yang menjadi daya tarik wisatawan. Sebab, pengunjung bisa menyocokkan watak zodiak dengan karakter para tokoh wayang. Museum Wayang Kekayon berada di Jl. Laksamana Adi Sucipto Demangan, Kalangan, Baturetno, Gondokusuman, Bantul, Yogyakarta. Untuk memasuki objek wisata ini, pengunjung dikenakan biaya sebesar 7.000,- rupiah per orang untuk pelajar atau umum dan 20.000,-
Museum Wayang Kekayon yang berada di jalan Wonosari ini memiliki banyak koleksi. Berdiri pada tahun 1990, museum ini memiliki banyak koleksi wayagn dan topeng , serta menampilkan sejarah wayang dari abad ke-6 hingga 20. Mulai dari wayang kulit, kayu, kain, hingga kertas, ada di Museum Wayang Kekayon. Sedangkan, berbagai jenis koleksi wayangnya, yakni wayang Purwa,
Di dekat Alun-Alun Utara dan wisata Keraton Yogyakarta, terdapat masjid yang dibangun di atas tanah Keraton, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat, dibangunlah masjid ini. Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat adalah penghulu yang pertama. Akhirnya, pada tanggal 29 Mei 1773, masjid ini dibangun. Pada awalnya, masjid ini sebagai sarana ibadah keluarga Raja beserta rakyatnya. Dengan atap berlapis tiga dengan gaya tradisional Jawa yang bernama Tajuk Lambang Teplok, masjid ini terlihat unik dan berkelas. Serambi masjid ini bernama Al Makhamah Al Kabiroh. Serambi ini berfungsi atau dipakai untuk para jamaah yang semakin banyak. Dua tahun kemudian, serambi ini juga menjadi tempat pertemuan para alim ulama, pengajian, pengadilan agama, pernikahan, perceraian, pembagian waris, dan tempat peringatan hari besar Islam. Masjid Gedhe Kauman memiliki luas sekitar 16.000 meter persegi. Masjid ini juga memiliki dua buah pagoan yang terletak di sebelah utara dan selatan yang digunakan untuk meletakkan gamelan. Selain itu, ada 2 pajangan atau tempat berjaga. Ada pula pengulun, yakni tempat tinggal para ulama dan imam. Hal lain yang bisa ditemukan ialah makam, kantor sekretariat, dewan takmir, juga kantor urusan agama atau KUA. Ruang utamanya Masjid Gedhe Kauman terdiri atas beberapa tiang yang terbuat dari kayu jati Jawa tanpa sambungan. Sedangkan, tiangnya berjumlah sekitar 36 tiang dan tiang utama terdiri atas 4 tiang dengan tinggi masing-masing 4 meter. Hingga sekarang, tiang ini masih berdiri kokok. Padahal, pembangunannya sudah sejak 400 hingga 500 tahun lalu. 3 Peristiwa penting dan bersejarah di Masjid Kauman Beberapa peristiwa penting yang terjadi di Masjid Gedhe Kauman ini, menurut Rohib Winastuan, yakni pertama: K.H. Ahmad Dahlan menjabat sebagai ulama Keraton dan berhasil membetulkan arah kiblat yang selisih kemiringannya 23 derajat. Kedua, sebagai tempat menyusun strategi bagi Tentara Rakyat Indonesia bersama pejuang
Di dekat Alun-Alun Utara dan wisata Keraton Yogyakarta, terdapat masjid yang dibangun di atas tanah Keraton, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat, dibangunlah masjid ini. Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat adalah penghulu yang pertama. Akhirnya, pada tanggal
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal Pangeran Diponegoro beserta keluarganya. Selanjutnya, museum ini didirikan oleh Mayjen TNI Surono. Pada akhirnya, pendirian museum ini dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo. Panitia persiapan pembangunan Monumen Pangeran Diponegoro pun dibentuk, tepatnya pada tanggal 2 Juli. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII Diponegoro. Beruntung, salah satu ahli waris menyetujui monumen itu dibangun di atas tanah peninggalan Pangeran Diponegoro. Surat Pernyataan itu pun ditandatangani oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewantara, dan dr. Sahir Nitiharjo. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober 1968, Pangdam VII selaku pembina Rumpun Diponegoro menanam prasasti “Ngesti Paras Gapuraning Tunggal” yang menunjukkan angka 1968 M di tanah bekas puri Pangeran Diponegoro. Arti prasasti tersebut, yaitu “untuk mencapai cita-cita yang indah dengan jalan tenar akan terjalin suatu persatuan”. Pada tanggal 9 Agustus 1969, Jenderal TNI (purnawirawan) Soeharto meresmikan Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Dengan luas sekitar 2 hektar, museum ini memiliki arsitektur Jawa. Pendapa dan pringritan di museum ini berisi berbagai benda bersejarah, terutama senjata tradisional, seperti keris, tombak, pedang, panah, dan lain sebagainya. Salah satu hal menarik di Museum Pangeran Diponegoro ialah lubang yang menjadi jalan keluar bagi Pangeran Diponegoro untuk meloloskan diri dari kepungan tentara Belanda. Ada pula barang peninggalan Sri Sultan HB II, seperti ketipung dan wilahan bonang penembung dari kayu serta perunggu merah dan kuning. Jumlahnya pun sebanyak lebih dari 100 buah. Selain itu, terdapat meriam di depan dan sebelah timur pendopo, serta berbagai macam peralatan rumah tangga, di antaranya tempat sirih, canting, teko, juga bokor. Museum Monumen Pangeran Diponegoro berada di
Bila ingin melihat berbagi peninggalan Pangeran Diponegoro, maka Museum Monumen Pangeran Diponegorolah jawabannya. Di museum ini, ada pula rumah kediaman Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro termasuk salah satu pahlawan yang gagah berani melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830. Nah, untuk mengenang berbagai jasanya, didirikanlah museum ini. Dahulu, Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah tempat tinggal
Berbagai tempat wisata di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, juga layak untuk dieksplorasi. Nah, di kabupaten ini terdapat banyak peninggalan bersejarah berupa candi, salah satunya ialah Candi Gebang. Candi Gebang diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yakni pada abad ke-8 Masehi, di bawah kepemimpinan Wangsa Sanjaya. Pada sekitar tahun 1936, warga menemukan patung Ganesha. Selajutnya, para arkeolog mulai melakukan penelitian di sekitar tempat ditemukannya patung Ganesha tersebut. Ternyata, memang benar terdapat candi. Kemudian, candi ini mengalami pemugaran pertama yang dipimpin oleh Van Romondt pada tahun 1937 hingga 1939. Candi Gebang seluas 5,25x5,25 meter ini berdiri di atas kaki bangunan setinggi sekitar 2 meter. Tinggi keseluruhan candi ialah 8 meter, sedangkan bahan dasarnya berupa batu andesit. Candi ini mempunyai ciri khas berupa puncak berbentuk lingga tegak di atas seroja. Hal ini mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri. Di kiri dan kanan pintu masuk candi yang terletak di sisi timur, terdapat relung tempat arca. Di relung sebelah utara, terdapat arca nandiswara, sedangkan di sebelah selatan kosong. Konon, terdapat arca Mahakala di dalam relung yang kosong itu. Sementara itu, di sisi barat, terdapat relung berisi arca Ganesha yang sedang duduk di atas yoni dengan belalai mengarah ke utara. Selain itu, keunikan lainnya ialah tidak adanya tangga untuk naik ke selasar di permukaan kaki candi. Namun, di candi lainnya, terdapat tangga berbentuk batu berundak yang menghubungkan kaki candi dengan ruangan utama. Meskipun begitu, terdapat dugaan bahwa tangga di candi Gebang terbuat dari kayu atau bahan lain yang mudah rapuh. Namun, belum da informasi jelas tentang tidak adanya tangga ini. Taman yang tertata rapi menambah keeksotisan dan keindahan Candi Gebang. Banyak pohon rindang dan bangku taman yang membuat pengunjung lebih nyaman beristirahat ketika lelah berkeliling candi. Lokasi Candi Gebang berada di Dusun Gebang, Kelurahan Widomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk masuk ke Candi
Berbagai tempat wisata di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, juga layak untuk dieksplorasi. Nah, di kabupaten ini terdapat banyak peninggalan bersejarah berupa candi, salah satunya ialah Candi Gebang. Candi Gebang diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yakni pada abad ke-8 Masehi, di bawah kepemimpinan Wangsa Sanjaya. Pada sekitar tahun 1936, warga menemukan patung Ganesha. Selajutnya, para
Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar dan maksura, yakni tempat khusus Pangeran Paku Alaman. Gerbang sebelah utara Puro Pakualaman sudah tutup, tetapi masih ada gerbang di sebelah selatan. Konon, tempat ini dikelilingi benteng baluwerti yang tak berujung, terbukti dengan adanya tembok setebal dua meter di sisi utara Jalan Sultan Agung. Sri Paduka Paku Alam IX dan wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tinggal di istana ini sekarang. Di Puro Pakualaman, pengunjung bisa melihat Bangsal Sewatama dan museum. Koleksi museum ini berupa terjemahan perjanjian politik berdirinya Kadipaten Paku Alaman dan perjanjian politik lainnya, pusaka kerajaan, seperti singgasana KGPA Paku Alam 1, payumg kebesaran yang disebut “Songsong Bharad” dan “Songsong Tunggul Naga”, pakaian kebesaran, senjata tombak trisula, juga kereta kuda milik para Pangeran Paku Alam. Pada awalnya, Puro Pakualaman adalah sebuah lembaga yang mengurus Raja dan keluarganya selama menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Paku Alam. Kemudian, pada tahun 1950, Kadipaten Puro Paku Alaman dan Keraton Yogyakarta diubah setingkat provinsi menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itu pula, Puro Paku Alaman menjadi Lembaga Pemangku Adat; dipisahkan dari Pemerintah Daerah Istimewa dan dihilangkan dari kepentingan politik. Puro Pakualaman berfungsi menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa, khususnya budaya Paku Alaman, Yogyakarta. Puro Pakualaman berada di Jl. Masjid No.46, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari titik 0 kilometer Kota Yogyakarta. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung bisa membayar tiket dengan sukarela, artinya tidak dipatok biaya. Sedangkan, biaya parkirnya sebesar 2.000,- rupiah untuk motor dan 10.000,- rupiah untuk mobil. Sementara itu, objek wisata
Pada tahun 1813 hingga 1950, istana kecil Kadipaten Pakualaman ini ditempati oleh para pengeran Pakualaman. Puro Pakualaman ini seperti Keraton Yogyakarta. Yang membedakan adalah ukurannya yang lebih kecil. Di depan istana yang menghadap ke selatan ini, terdapat lapangan yang disebut Alun-Alun Sewandanan. Di sebelah barat dayanya, terdapat Masjid Besar Pakualaman yang di dalamnya ada mimbar
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro Pakualaman, museum ini sudah berdiri sejak 29 Januari 1981 lalu. Selain dijadikan tempat penyimpanan barang peninggalan bersejarah, museum juga dijadikan sebagai objek wisata berbasis sejarah dan budaya. Pengunjung diberi edukasi tentang sejarah dan penggunaan barang-barang peninggalan tersebut. Didirikan sejak pada masa Paku Alam V, bangunan Museum Puro Pakualaman ini tidak lebih luas jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta, yakni sekitar 816 meter persegi luasnya. Bangunan ini adalah milik Puro Pakualaman dan dilakukan renovasi pada tahun 1981 dengan persetujuan langsung dari Sri Paku Alam. Dalam realisasi perbaikannya, pemerintah juga ikut membantu, yakni melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan gambaran budaya dan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Pakualaman. Barang peninggalan zaman VOC banyak dijumpai di sini yang terbagi menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama adalah sebuah ruangan yang berisi silsilah keluarga Paku Alam. Selain itu, ada pula perjanjian politik antara Inggris dan Belanda dalam bentuk dokumen, dan juga beberapa foto Paku Alam yang diambil zaman dulu. Pengunjung juga bisa menemukan denah Museum Puro Pakualaman. Pada bagian kedua, terdapat barang dan peralatan yang digunakan saat Puro Pakualaman masih jaya. Di sini pula, pengunjung dapat menemukan koleksi kostum tari, pakaian prajurit, dan juga pakaian milik permaisuri Pangeran Adipati Praja Pakualaman. Selain itu, ternyata di sini juga menyimpan pakaian yang dipakai oleh abdi dalem Pakualaman. Tidak ketinggalan pula pakaian Pangeran Adipati Praja Pakualaman dan Bedoyo Samgita Hasta yang sangat menarik untuk diketahui. Sedangkan, pada bagian ketiga terdapat kereta kuda bernama Kereta Kiai Manik
Wisata sejarah merupakan salah satu keunggulan Yogyakarta selain wisata alam dan budaya. Di Jogja, kita akan menemukan Museum Puro Pakualaman yang merupakan salah satu wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Di museum ini, pengunjung dapat menemukan barang-barang peninggalan sejak zaman Kerajaan Pakualaman. Barang-barang tersebut tentu saja memiliki nilai sejarah yang penting. Terletak di kompleks Puro
Pecinta traveling pasti setuju jika Jogja memiliki banyak destinasi wisata yang beragam. Semuanya menarik untuk dikunjungi dan selalu memikat hati para pengunjungnya. Destinasi wisata yang dapat dikunjungi mulai dari yang sudah sangat dikenal hingga yang masih baru dan diresmikan. Bahkan, ada pula destinasi wisata yang belum banyak campur tangan pihak pengelola, sehingga begitu alami dan asri. Salah satu lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi dan masih alami adalah Goa Jepang Bantul. Goa ini memiliki pemandangan alam yang luar biasa dan mempesona. Letak Goa Jepang Bantul sekitar 400-500 meter di atas permukaan laut. Uniknya, Goa ini dibangun dari bahan beton yang kuat, sehingga sampai saat ini masih berdiri dengan kokohnya. Berlokasi di Bukit Pundong, Goa Jepang Bantul juga dikenal dengan Goa Jepang Pundong. Dari Goa ini pula, pengunjung dapat menikmati keindahan Pantai Parangtritis dari ketinggian. Suasananya yang sejuk dan indah, ditambah hembusan angin dari laut yang sepoi-sepoi membuat banyak pengunjung betah berlama-lama di Gua Jepang Bantul hanya sekadar duduk dan menikmati keindahan alam. Akses untuk menuju Goa Jepang Bantul cukup mudah untuk dilalui. Namun, tidak dipungkiri bahwa untuk mencapai Goa ini, pengunjung harus berhati-hati karena jalan yang dilalui berupa tanjakan dan tikungan yang cukup tajam. Alamat lengkap Goa Jepang Bantul adalah berlokasi di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. DIY. Saat ini, belum dikenakan biaya untuk masuk ke kawasan Goa Jepang ini. Dengan demikian, kalian dapat dengan puas mengakses Goa, baik untuk liburan maupun menggali sisa sejarah zaman Jepang menduduki Indonesia dulu. Namun, jika pengunjung ingin mengambil foto untuk kenang-kenangan, dikenakan biaya sebesar 3.000. Sedangkan, biaya lain yang harus kalian keluarkan adalah untuk jasa parkir, yakni 2.000 untuk motor dan 5.000 untuk mobil. Di sepanjang perjalanan menuju Goa ini, kalian akan disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indah. Hijaunya deretan sawah dan pepohonan menyambut sepanjang mata memandang. Sehingga, kesan dan suasana
Pecinta traveling pasti setuju jika Jogja memiliki banyak destinasi wisata yang beragam. Semuanya menarik untuk dikunjungi dan selalu memikat hati para pengunjungnya. Destinasi wisata yang dapat dikunjungi mulai dari yang sudah sangat dikenal hingga yang masih baru dan diresmikan. Bahkan, ada pula destinasi wisata yang belum banyak campur tangan pihak pengelola, sehingga begitu alami dan